Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Jurnal Median Arsitektur dan Planologi

PARTISIPASI MASYARAKAT KAMPUNG DALAM AKTIVITAS PARIWISATA DI PANTAI KHALKOTE, DISTRIK SENTANI TIMUR, KABUPATEN JAYAPURA Yannice L M Sitorus; Joko Purcahyono; Normalia Ode Yanthy
Jurnal MEDIAN Arsitektur dan Planologi Vol 8 No 02 (2018): Jurnal Median
Publisher : Universitas Sains dan Teknologi Jayapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (846.769 KB)

Abstract

Festival Danau Sentani (FDS) yang diselenggarakan sekitar bulan Juni selama beberapa hari dan telah berlangsung sejak tahun 2007 seharusnya dapat meningkatkan aktivitas pariwisata sepanjang tahun dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan penduduk yang bermukim di sekitar kawasan Danau Sentani. Pada kenyataannya tidak ada keterlibatan masyarakat kampung dalam aktivitas pariwisata di sana, misalkan seperti dalam pengelolaan dan perawatan atas fasilitas-fasilitasnya. Kondisi kawasan pariwisata di Pantai Khalkote, pusat penyelenggaraan FDS, cenderung kumuh karena tidak terawat, tidak sama seperti pada saat pelaksanaan FDS, yang bersih dan tertata rapi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan deskripsi bagaimana partisipasi masyarakat kampung dalam aktivitas pariwisata di kawasan Danau Sentani, dengan mengambil kasus studi di Pantai Khalkote, Kampung Asei Besar, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, setelah adanya pelaksanaan FDS selama 11 tahun. Penelitian menggunakan pendekatan studi kasus, yaitu dengan mengambil kasus kawasan pariwisata di Pantai Khalkote. Data yang digunakan dalam riset adalah data-data sekunder dan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif (analisa deskriptif). Partisipasi masyarakat kampung dalam aktivitas pariwisata di Pantai Khalkote, Distrik Sentani Timur, masih rendah. Keterlibatan masyarakat kampung di sana hanya tinggi saat pelaksanaan FDS (yang digerakkan oleh pemerintah). Melihat tingkat partisipasi masyarakat yang masuk kategori tokenism ini maka pihak luar, khususnya pihak pemerintah kabupaten, perlu berperan aktif dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam program pembangunan pariwisata di kampung.
APLIKASI METODE LOCATION QUETION DAN SHIFT SHARE DALAM ARAHAN PENGEMBANGAN EKONOMI (STUDI KASUS : KABUPATEN NGAWI PROVINSI JAWA TIMUR) Normalia Ode Yanthy
Jurnal MEDIAN Arsitektur dan Planologi Vol 3 No 01 (2013): Jurnal Median
Publisher : Universitas Sains dan Teknologi Jayapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.572 KB)

Abstract

Pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan tanpa perencanaan yang matang danmenyeluruh dapat mengakibatkan sumber daya alam yang dimanfaatkan tersebut menjadi tidakefisien, sehingga konsekuensi logisnya adalah eksploitasi terhadap sumber daya alam tidaksebanding dengan hasil yang diharapkan, dimana hasil yang diperoleh dari eksploitasi sumberdaya alam jauh lebih kecil daripada nilai sumber daya alam yang hilang.Banyak factor yang dapat menyebabkan kondisi tersebut di atas, diantaranya adalah penetapankebijakan pengembangan perekonomian yang tidak tepat, dalam konteks ini kebijakan yangditetapkan tidak didasarkan atas karakteristik dan potensi pada masing-masing wilayah, ataudapat dikatakan kebijakan antara hulu dan hilir dalam pengembangan perekonomian yangterjadi belum terintegrasi, yang seharusnya saling menunjang antara satu sektor ekonomidengansektor lainnya.Dalam upaya mengembangkan suatu wilayah yang bermuara pada perkembanganperekonomian wilayah, maka sebelumnya syarat mutlak yang harus dilakukan adalahmengenali dan menggali potensi yang terdapat di wilayah tersebut sesuai dengan karakteristikataupun kondisis eksisting wilayah yang dimaksud. Potensi wilayahdalam konteks ini tidakhanya dilihat berdasarkan kondisi intrawilayah tetapi juga harus memperhatikan keterkaitanatau korelasinya dengan wilayah lain(agregat wilayah), sebab bukan sesuatu hal yang mustahiljika potensi tersebut dalam konteks intra wilayahnya unggul tapi dalam agregat wilayahnya bisaterjadi hal yang sebaliknya. Potensi wilayah yang dimaksud dalam hal ini adalahsektor-sektorperekonomian dalam suatu wilayah yang bisa dijadikan sektor basis, dengan harapanpengembangansektor basis dapat mendorong pertumbuhansektor-sektor lain yang beradadalam kelompoksektornon basis.
IDENTIFIKASI TINGKAT PELAYANAN AIR BERSIH DI DISTRIK OBAA KABUPATEN MAPPI Yansen K Dumatubun; Normalia Ode Yanthy
Jurnal MEDIAN Arsitektur dan Planologi Vol 3 No 02 (2013): Jurnal Median
Publisher : Universitas Sains dan Teknologi Jayapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.46 KB)

Abstract

Akses terhadap air bersih di Distrik Obaa Kabupaten Mappi khususnya pada tujuh kampung yang terlayanai PDAM yakni di Kampung Kepi, Kampung Rep, Kampung Enem, Kampung Kogo, Kampung Emete, Kampung Dagimon, dan Kampung Soba dirasakan masyarakat masih relatif rendah jika dilihat dari aspek kualitas air maupun kuantitas air, selain itu sarana prasarana air juga diketahui kurang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pelayanan air bersih di Distrik Obaa dan mengidentifikasi kondisi fasilitas penunjang penyaluran air bersih (kondisi sarana dan prasarana air bersih). Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif/statistik dengan metode survei untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan dengan menggunakan program PSPP. Pengambilan sampel pada masyarakat yang telah terlayani PDAM dilakukan secara rando. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data primer (wawancara dan penyebaran kuisioner), data sekunder (instansi terkait) dan observasi (pengamatan langsung). Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa kualitas air mempengaruhi tingkat pelayanan sebesar -0,25 dan berdasarkan hasil analisis deskriptif kualitas air yang didistribusikan dikategorikan cukup baik. Kuantitas air mempengaruhi tingkat pelayanan sebesar 0,25 atau 25% dan berdasarkan hasil analisis kuantitas air yang didistribusikan dikategorikan sangat buruk. Dari sisi sarana prasarana air bersih mempengaruhi tingkat pelayanan sebesar 0,75 atau 75% dan berdasarkan hasil analisis deskripitif kondisi sarana prasarana dikategorikan belum memada karena kurangnya fasilitas sarana prasarana yakni fasilitas perpipaan, meteran air, reservoir, bak penagkap air dan mesin pemompa air.
STUDI IDENTIFIKASI FAKTOR MELUASNYA LAHAN KRITIS DI KABUPATEN JAYAWIJAYA Normalia Ode Yanthy
Jurnal MEDIAN Arsitektur dan Planologi Vol 2 No 01 (2012): Jurnal Median
Publisher : Universitas Sains dan Teknologi Jayapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1149.801 KB)

Abstract

Pengelolaan lahan kritis yang tidak tepat akan memberikan dampak negatif yang cukup kompleks. Dampak negatif dalam konteks ini diantaranya banjir, erosi, dan longsor. Banjir, erosi ataupun longsor disatu sisi merupakan dampak buruk yang terajdi akibat pengelolaan lahan kritis yang tidak tepat , tetapi disisi lain banjir, erosi ataupun longsor dapat menjadi faktor yang menyebabkan meluasnya lahan kritis, sebab hal tersebut dapat bermuara pada menurunnya kualitas lahan sehingga lahan tidak mampu berproduksi secara optimal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang jika diuraikan lebih jauh faktor-faktor tersebut berasal dari berbagai latar belakang yang saling mempengaruhi antara satu dan lainnya. Pada Kabupaten Jayawijaya yang menjadi lokasi penelitian faktor-faktor penyebab lahan kritis adalah terjadinya longsor yang disebabkan oleh erosi, illegal logging, pembakaran hutan, penataan zonasi kawasan yang belum berjalan dengan optimal, pola penggunaan lahan tidak konservatif, pengalihan status lahan yang tidak sesuai dengan arahan pemenfaatannya,, perilaku pemanfaatan lahan yang menurunkan kualitas lahan, seperti ladang berpindah, penggunaan pupuk yang berlebihan, pengembalaan ternak secara lepas dan tidak terkendali, serta faktor iklim yaitu musim hujan dan kemarau yang panjang. Untuk hasil penilaian kekritisan lahan pada masing-masing fungsinya adalah : hutan lindung dengan skor kekritisan lahan sebesar 380 yang berarti kondisi lahan tergolong “ Potensial Kritis”, kawasan budidaya untuk pertanian dengan skor 415 yang artinya lahan dalam kategori “ Potensial Kritis”, sedangkan kawasan lindung diluar kawasan hutan dengan skor 140 termasuk dalam kategori “Kritis”.
PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN PERKEBUNAN DI KOTA JAYAPURA Christian Aldy Nugroho; Normalia Ode Yanthy; Yannice L M Sitorus
Jurnal MEDIAN Arsitektur dan Planologi Vol 13 No 1 (2023): Jurnal Median
Publisher : Universitas Sains dan Teknologi Jayapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58839/jmap.v13i1.1226

Abstract

Terjadi perubahan tutupan lahan pada kawasan peruntukan perkebunan di Kota Jayapura. Hal tersebut diperkirakan akan berdampak antara lain pada tingkat kesejahteraan warganya yang bekerja sebagai petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi laju perubahan luas lahan perkebunan di Kota Jayapura, khususnya Distrik Abepura dan Muara Tami, dan faktor penyebab alih fungsi lahan tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif serta data penelitian dianalisis dengan metode deskriptif. Data diperoleh antara lain lewat overlay peta tutupan lahan Kota Jayapura selang waktu lima tahun terakhir, observasi lapangan, serta wawancara dengan warga, tokoh masyarakat, dan pihak pemerintah yang terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan luas kawasan perkebunan terjadi akibat pesatnya pembangunan di Kota Jayapura yang membutuhkan sejumlah besar lahan dan kurang produktifnya sektor perkebunan pada kawasan tersebut. Pada tahun 2017, luas kawasan perkebunan sebesar 2.365 Ha dari seharusnya 2.482 Ha sesuai RTRW Kota Jayapura. Pada tahun 2020, luas lahan perkebunan sebesar 2.342 Ha, dan pada tahun 2021, berkurang menjadi 2.333 Ha. Lahan perkebunan berubah menjadi jalan, perkuburan, penambangan galian C, tambak, dan permukiman.