Y Supriati
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pembentukan Benih Sintetik Tanaman Nenas Roostika, Ika; Purnamaningsih, R; Supriati, Y; Mariska, Ika; Khumaida, N; Wattimena, GA
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 4 (2012): Desember
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nenas merupakan tanaman buah tropis dan subtropis yang komersial. Kultivar Smooth Cayenne memiliki tipe dan jumlah propagul yang terbatas, sehingga diperlukan dukungan teknologi lainnya untuk produksi benih secara masal. Teknologi benih sintetik dapat diterapkan untuk produksi benih secara masal dan konservasi. Tujuan  penelitian ialah untuk mengetahui pengaruh kombinasi auksin dan sitokinin terhadap morfogenesis eksplan nenas yang terenkapsulasi, mengetahui pengaruh interaksi antara suhu penyimpanan dengan konsentrasi paklobutrazol atau manitol terhadap pertumbuhan eksplan nenas yang terenkapsulasi dan masa simpan. Penelitian dilaksanakan dari Bulan April sampai dengan Desember 2011 di Laboratorium Kultur Jaringan, Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor. Percobaan disusun secara faktorial dalam rancangan acak lengkap terdiri atas enkapsulasi eksplan, pertumbuhan minimal menggunakan paklobutrazol, atau manitol yang dikombinasikan dengan suhu penyimpanan. Enkapsulasi dilakukan terhadap batang semu dan basal daun menggunakan Na-alginat 3% yang berisi media MS dengan penambahan BA (0, 1, 2, dan 3 mg/l) yang dikombinasikan dengan NAA (0, 1, 2, dan 3 mg/l). Untuk memacu proses diferensiasi, basal daun diberi praperlakuan menggunakan media MS yang mengandung BA 0,5 mg/l dan NAA 0,5 mg/l sebelum dienkapsulasi dengan perlakuan BA dan NAA pada konsentrasi 0; 0,5; dan 1 mg/l.  Pertumbuhan minimal dilakukan menggunakan paklobutrazol (0, 1, 2, dan 3 mg/l) atau manitol (0, 1, 2, 3, 4, dan 5%) pada suhu penyimpanan 15 dan 25 0C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa basal daun nenas yang terenkapsulasi mampu berdiferensiasi setelah praperlakuan. Tidak terdapat interaksi yang nyata antara konsentrasi paklobutrazol dengan suhu penyimpanan terhadap daya hidup dan daya tembus kapsul tunas nenas. Biakan tersebut hanya dapat disimpan selama 1 bulan. Interaksi yang nyata juga tidak dijumpai antara konsentrasi manitol dengan suhu penyimpanan terhadap daya hidup dan daya tembus kapsul embrio somatik nenas. Manitol 4% mampu memperpanjang masa simpan hingga 4 bulan. Manitol dapat menggantikan aplikasi suhu rendah dalam penyimpanan kultur nenas yang terenkapsulasi. Pineapple is a commercial tropical and subtropical fruit crop. Smooth Cayenne cultivar has limited type and number of propagules so that it should be supported by the other technology to produce plenty seedlings. Artificial seed can be applied for seed production and conservation. The objectives of the study were to know the effect of combination treatments between auxin and cytokinin to the morphogenesis of encapsulated pineapple cultures, to know the effect of paclobutrazol, mannitol, and temperature of storage to the growth of encapsulated pineapple cultures. The experiment was conducted from April to December 2011 at Tissue Culture Laboratory, Researchers Group of Cell and Tissue of Biology, Indonesian Center for Agricultural Biotechnology and Genetic Resources Research and Development, Bogor. Factorial of a completey randomized design was used. The study consisted of encapsulation, minimal growth by using paclobutrazol or mannitol combined with storage temperature. Encapsulation was conducted by using 3% Na-alginat containing of MS medium with addition of BA (0, 1, 2, and 3 mg/l) combined with NAA (0, 1, 2, and 3 mg/l). To promote differentiation, leaf bases were pre-cultured on MS media containing BA and NAA at concentration of 0.5 mg/l respectively prior to encapsulated by BA and NAA (0; 0.5; and 1 mg/l). Minimal growth was conducted by using paclobutrazol (0, 1, 2, and 3 mg/l), or mannitol (0, 1, 2, 3, 4, and 5%), and combined with storage temperature (15 and 25 0C). The results showed that encapsulated leaf bases of pineapple could differentiate after pre-treatment. There was no interaction between paclobutrazol and temperature to the survival rate and emergence rate of the encapsulated cultures. The encapsulated shoots could be stored for 1 months. There was also no interaction between mannitol and temperature to the survival rate and emergence rate of the encapsulated cultures. By using somatic embryos and 4% mannitol, the storage period could be prolonged for 4 months. Mannitol could substitute the use of low temperature in the conservation of encapsulated pineapple cultures.
Induksi Akar Batang Bawah Mawar dan Aklimatisasinya Supriati, Y; Adil, W H
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 2 (2005): Juni 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mawar merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang populer, karena nilai estetik bunga yang tinggi. Saat ini permintaan pasar terhadap mawar sangat tinggi, tetapi ketersediaan bibit masih menjadi faktor penghambat. Metode pembibitan yang biasa dilakukan petani adalah dengan teknik penyambungan antara batang bawah dari satu varietas dengan batang atas dari varietas mawar lain. Dengan teknik penyambungan ini diharapkan meningkatkan produktivitas tanaman. Kendala yang dihadapi adalah batang bawah yang tersedia di tingkat petani banyak terserang penyakit yang disebabkan oleh virus. Teknik kultur in vitro dapat membantu pengadaan bibit secara cepat, seragam, dan bebas patogen. Percobaan untuk mendapatkan media pertunasan telah diperoleh dari percobaan tahun pertama. Percobaan ini difokuskan kepada skrining formulasi media untuk merangsang sistem perakaran dan dilanjutkan dengan uji aklimatisasi di rumahkaca. Perlakuan yang dicoba untuk induksi perakaran adalah membandingkan dua jenis media dasar MS dan gamborg (1 dan 0,5 formula) yang dikombinasikan dengan zat pengatur tumbuh IBA (0,1,2, dan 3 mg/l) dan IAA (0, 1, 2, dan 3 mg/l). Perlakuan disusun secara faktorial dengan rancangan lingkungan acak lengkap. Pada pengujian aklimatisasi di rumahkaca dibandingkan empat jenis media tanam berikut, (1) kompos, (2) casting, (3) serbuk gergaji, (4) tanah, (5) kompos + casting (1:1), (6) kompos + tanah (1:1), dan (7) kompos+casting+tanah (1:1:1). Parameter yang diamati di laboratorium adalah jumlah tunas dan buku, jumlah dan panjang akar, sementara di rumahkaca adalah tinggi tanaman, jumlah cabang dan jumlah buku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mawar lokal, media pengakaran terbaik adalah menggunakan ½ MS atau gamborg tanpa memakai zat pengatur tumbuh. Sedangkan untuk mawar introduksi memerlukan formulasi MS maupun gamborg secara penuh, juga tanpa zat pengatur tumbuh. Pada percobaan aklimatisasi diperoleh hasil bahwa untuk mawar lokal, media tumbuh yang terbaik adalah campuran antara kompos dan casting (1:1), sedangkan untuk mawar introduksi, semua jenis media, baik secara tersendiri maupun kombinasinya memberikan hasil sangat baik dengan tingkat keberhasilan 100%. Untuk meningkatkan efisiensi, disarankan dalam aklimatisasi mawar introduksi, sebaiknya menggunakan media kompos.Root induction of Rosa multiflora and its acclimatization for rootstock propagation. Rose is one of ornamental plant which is very popular due to its esthetic and economic value. Nowdays, the demand of rose is increasing, but good seedling availability is limited. The most popular technique for rose propagation is grafting between the rootstock of one variety with upper plant of another variety which has specific flower type and color. The main constraint on grafting system is unavailability of rootstocks which free from virus, the presence of virus can cause unsuccessful grafting. In vitro culture technique has an important role in plant propagation. The new plant which is resulted by these techniques are genetically uniform, free from pathogen. Formula for buds multiplication was succesfully obtained in the first year of this study, therefore in the second year research were emphazised on root induction formula and its acclimatization at greenhouse. The trials for root induction were comparing two kind of basic media (MS and gamborg) in the composition of a half and full formula, and in combination with four rates (0,1,2, and 3 mg/l) of two kinds of growth regulators (IBA and IAA). Trials were conducted with CRD in factorial arrangement. Acclimatization of the plant which was produced by in vitro culture had been done with the treatment of four kind of plant media (soil, green manure, casting, and sawmill) and their combinations as follows (1) green manure, (2) casting, (3) sawmill, (4) soil, (5) green manure + casting, (6) green manure + soil, and (7) green manure + casting + soil. The parameters observed in the laboratory were number of buds and roots, and length of the roots, while in the greenhouse were plant height, number of branch and internode. The experiment showed that local rose needed only a half formula of MS or gamborg media without plant growth regulator, while introduction rose required full formula without plant growth regulator. The best media for acclimatization of local rose was combination of manure and casting (1:1), while for introduction rose was all of kind of media and also its combination with the success rate of 100%. Meaningly, the most efficient in acclimatization of introduction rose was using compost of green manure.