Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

THE EFFECT OF PICLORAM AND LIGHT ON SOMATIC EMBRYOGENESIS REGENERATION OF PINEAPPLE Roostika, Ika; Khumaida, Nurul; Mariska, Ika; Wattimena, Gustaaf Adolf
Indonesian Journal of Agricultural Science Vol 13, No 2 (2012): October 2012
Publisher : Indonesian Agency for Agricultural Research and Development - MOA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Smooth Cayenne is the largest pineapple type cultivated in Indonesia, but its vegetative planting materials for mass propagation are limited. Somatic embryogenesis is a potential method to be applied. The aim of this study was to investigate the somatic embryogenesis regeneration under the effect of picloram and light. Callus formation was induced by picloram (21, 41 and 62 μM) added with 9 μM thidiazuron. The calli were transferred onto MS or Bac medium  enriched with N-organic compounds with or without addition of 21 μM picloram under dark or light condition. The compact calli were subcultured onto MS medium supplemented with 4.65 μM kinetin, while the friable calli were  transferred onto BIG medium (modified MS + 1.1 μM benzyl adenine + 0.9 μM indole butyric acid + 0.09 μM giberelic acid) or B medium (MS + 0.018 mM benzyl adenine). The results showed that the events of somatic embryogenesis were started from cell polarization, asymmetrical division, proembryo formation as  embryogenic tissues and friable embryogenic tissues, and embryo development. The best treatment for callus induction was 21 μM picloram. The addition of 21 μM picloram on N-organic enriched medium and the use of light condition  proliferated embryogenic calli. The N-organic enriched Bac medium and light condition yielded the highest number of mature somatic embryos (17 embryos perexplant in 2 months). The B medium was better than BIG medium to develop  somatic embryos from friable embryogenic tissues. The somatic embryogenesis method presented is potential for pineapple mass propagation and artificial seedproduction.Abstrak Bahasa IndonesiaSmooth Cayenne merupakan kultivar nenas yang banyak dibudidayakan di  Indonesia, namun ketersediaan benih untuk perbanyakan massal masih terbatas. Embriogenesis somatikadalah metode yang potensial untuk produksi bibit secara massal. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pengaruh pikloram dan pencahayaan terhadap regenerasi embriogenesis somatik nenas. Kalus diinduksi menggunakan pikloram (21, 41, dan 62 μM) dan penambahan thidiazuron 9 μM. Selanjutnya, kalus dipindahkan ke media MS atau Bac yang diperkaya dengansenyawa N-organik dengan atau tanpa penambahan pikloram 21 μM dalam kondisi gelap atau dengan pencahayaan. Kalus kompak disubkultur pada media MS yang mengandung kinetin 4,65 μM, sedangkan kalus remah dipindahkan ke media BIG (MS modifikasi + bensil adenin 1.1 μM + indole butyric acid 0,9 μM + giberelic acid 0,09 μM) atau media B (MS + bensil adenin 0,018 μM). Hasil penelitian  menunjukkan bahwa tahapan embriogenesis somatik diawali dengan polarisasi sel, pembelahan asimetris, pembentukan proembrio sebagai jaringan embriogenik danjaringan embriogenik remah, serta perkembangan embrio. Perlakuan terbaik untuk induksi kalus adalah pikloram 21 μM. Penambahan pikloram 21 μM pada media yang diperkaya dengan senyawa N-organik mampu meningkatkan jumlah kalusembriogenik. Media Bac yang diperkaya senyawa N-organik dan kondisi pencahayaan menghasilkan jumlah embrio somatik dewasa terbanyak (17 embrio per eksplan dalam 2 bulan). Media B lebih baik daripada media BIG untuk regenerasi embrio somatik dari jaringan embriogenik remah. Metode embriogenesis somatik yang dihasilkan dari penelitian ini berpotensi diterapkan untukperbanyakan massal dan produksi benih nenas.
Pembentukan Benih Sintetik Tanaman Nenas Roostika, Ika; Purnamaningsih, R; Supriati, Y; Mariska, Ika; Khumaida, N; Wattimena, GA
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 4 (2012): Desember
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nenas merupakan tanaman buah tropis dan subtropis yang komersial. Kultivar Smooth Cayenne memiliki tipe dan jumlah propagul yang terbatas, sehingga diperlukan dukungan teknologi lainnya untuk produksi benih secara masal. Teknologi benih sintetik dapat diterapkan untuk produksi benih secara masal dan konservasi. Tujuan  penelitian ialah untuk mengetahui pengaruh kombinasi auksin dan sitokinin terhadap morfogenesis eksplan nenas yang terenkapsulasi, mengetahui pengaruh interaksi antara suhu penyimpanan dengan konsentrasi paklobutrazol atau manitol terhadap pertumbuhan eksplan nenas yang terenkapsulasi dan masa simpan. Penelitian dilaksanakan dari Bulan April sampai dengan Desember 2011 di Laboratorium Kultur Jaringan, Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor. Percobaan disusun secara faktorial dalam rancangan acak lengkap terdiri atas enkapsulasi eksplan, pertumbuhan minimal menggunakan paklobutrazol, atau manitol yang dikombinasikan dengan suhu penyimpanan. Enkapsulasi dilakukan terhadap batang semu dan basal daun menggunakan Na-alginat 3% yang berisi media MS dengan penambahan BA (0, 1, 2, dan 3 mg/l) yang dikombinasikan dengan NAA (0, 1, 2, dan 3 mg/l). Untuk memacu proses diferensiasi, basal daun diberi praperlakuan menggunakan media MS yang mengandung BA 0,5 mg/l dan NAA 0,5 mg/l sebelum dienkapsulasi dengan perlakuan BA dan NAA pada konsentrasi 0; 0,5; dan 1 mg/l.  Pertumbuhan minimal dilakukan menggunakan paklobutrazol (0, 1, 2, dan 3 mg/l) atau manitol (0, 1, 2, 3, 4, dan 5%) pada suhu penyimpanan 15 dan 25 0C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa basal daun nenas yang terenkapsulasi mampu berdiferensiasi setelah praperlakuan. Tidak terdapat interaksi yang nyata antara konsentrasi paklobutrazol dengan suhu penyimpanan terhadap daya hidup dan daya tembus kapsul tunas nenas. Biakan tersebut hanya dapat disimpan selama 1 bulan. Interaksi yang nyata juga tidak dijumpai antara konsentrasi manitol dengan suhu penyimpanan terhadap daya hidup dan daya tembus kapsul embrio somatik nenas. Manitol 4% mampu memperpanjang masa simpan hingga 4 bulan. Manitol dapat menggantikan aplikasi suhu rendah dalam penyimpanan kultur nenas yang terenkapsulasi. Pineapple is a commercial tropical and subtropical fruit crop. Smooth Cayenne cultivar has limited type and number of propagules so that it should be supported by the other technology to produce plenty seedlings. Artificial seed can be applied for seed production and conservation. The objectives of the study were to know the effect of combination treatments between auxin and cytokinin to the morphogenesis of encapsulated pineapple cultures, to know the effect of paclobutrazol, mannitol, and temperature of storage to the growth of encapsulated pineapple cultures. The experiment was conducted from April to December 2011 at Tissue Culture Laboratory, Researchers Group of Cell and Tissue of Biology, Indonesian Center for Agricultural Biotechnology and Genetic Resources Research and Development, Bogor. Factorial of a completey randomized design was used. The study consisted of encapsulation, minimal growth by using paclobutrazol or mannitol combined with storage temperature. Encapsulation was conducted by using 3% Na-alginat containing of MS medium with addition of BA (0, 1, 2, and 3 mg/l) combined with NAA (0, 1, 2, and 3 mg/l). To promote differentiation, leaf bases were pre-cultured on MS media containing BA and NAA at concentration of 0.5 mg/l respectively prior to encapsulated by BA and NAA (0; 0.5; and 1 mg/l). Minimal growth was conducted by using paclobutrazol (0, 1, 2, and 3 mg/l), or mannitol (0, 1, 2, 3, 4, and 5%), and combined with storage temperature (15 and 25 0C). The results showed that encapsulated leaf bases of pineapple could differentiate after pre-treatment. There was no interaction between paclobutrazol and temperature to the survival rate and emergence rate of the encapsulated cultures. The encapsulated shoots could be stored for 1 months. There was also no interaction between mannitol and temperature to the survival rate and emergence rate of the encapsulated cultures. By using somatic embryos and 4% mannitol, the storage period could be prolonged for 4 months. Mannitol could substitute the use of low temperature in the conservation of encapsulated pineapple cultures.
Regenerasi Kultur Lengkeng Dataran Rendah cv. Diamond River melalui Embriogenesis Somatik Roostika, Ika; Arief, V N; Sunarlim, N
Jurnal Hortikultura Vol 20, No 1 (2010): Maret 2010
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Beberapa kultivar lengkeng toleran dataran rendah telah diintroduksi ke Indonesia termasuk lengkengcv. Diamond River. Kultivar tersebut telah dibudidayakan secara komersial di daerah Kalimantan Barat. Namun,pengembangannya menghadapi kendala dalam hal penyediaan bibit. Dalam rangka memperoleh bibit lengkengdalam jumlah yang berlimpah, perlu penerapan teknik kultur in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk menginduksidan meregenerasikan kalus embriogenik lengkeng cv. Diamond River. Induksi kalus dilakukan menggunakan daunmuda sebagai eksplan. Regenerasi kalus embriogenik dilakukan dalam 4 tahap. Pada tahap pertama digunakan airkelapa pada konsentrasi 5 dan 10%. Pada tahap kedua, diuji pengaruh auksin (IBA dan NAA) serta sitokinin (BAdan kinetin) masing-masing pada taraf 0,5 ppm. Pada tahap ketiga, diuji pengaruh auksin IBA dan NAA pada taraf0,1; 0,5; dan 1 ppm. Pada tahap keempat diuji perlakuan sukrosa pada taraf 2 dan 3% dengan atau tanpa auksin(IBA dan NAA) masing-masing pada taraf 0,5 dan 1 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa regenerasi melaluiembriogenesis somatik berpeluang diterapkan pada tanaman lengkeng cv. Diamond River. Respons kalus embriogeniklebih dominan ke arah pembentukan akar daripada tunas. Penggunaan media yang mengandung NAA 1 ppm mampumeningkatkan pembentukan tunas hingga mencapai lebih dari 30%, sedangkan penggunaan sukrosa 3% tanpa auksinmampu meningkatkan pembentukan planlet hingga mencapai 12%. Persentase keberhasilan aklimatisasi adalahsebesar 14%.ABSTRACT. Roostika, I., V.N. Arief, and N. Sunarlim. 2009. Regeneration of Lowland Longan cv. DiamondRiver through Somatic Embryogenesis. Several low-land longan cultivars have been introduced to Indonesia,including cultivar of Diamond River. This cultivar has been planted commercially and produced well in WestKalimantan. Unfortunately, the development of this cultivar was facing a problem on the availability of plantingmaterials. In order to provide large number of Diamond River seedlings, tissue culture technique was used. Theaim of the study was to induce and regenerate embryogenic calli of longan cv. Diamond River. A research on callusinduction was conducted using young leaves as explants source. Regeneration of embryogenic calli was conductedin 4 steps. The first, coconut water at the rate of 5 and 10% were used. The second, the auxin (IBA and NAA) andcytokinin (BA and kinetin) at the level of 0.5 ppm, respectively were tested. The third, the IBA and NAA at thelevel of 0.1, 0.5, and 1 ppm were used. The fourth, the sucrose at the level of 2 and 3% with or without addition ofIBA and NAA at the level of 0.5 and 1 ppm were used respectively. The results showed that somatic embryogenesisregeneration was potentially applied to longan cv. Diamond River. The root formation was more dominant than theshoot formation. The use of 1 ppm NAA could increase the shoot formation up to more than 30% whereas the useof 3% sucrose without auxin could increase the plantlet formation up to 12%. The 14% of plantlet produced by thistechnique grew well during acclimatization period.
PENINGKATAN KERAGAMAN GENETIK PURWOCENG MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA DAN SELEKSI IN VITRO ROOSTIKA, IKA; DARWATI, IRENG; YUDIWANTI, YUDIWANTI
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPeningkatkan keragaman genetik purwoceng memerlukan aplikasiteknologi alternatif yang mampu membentuk keragaman baru. Tujuanpenelitian adalah untuk meningkatkan keragaman genetik dan toleransipurwoceng terhadap cekaman suhu tinggi melalui iradiasi dan seleksi invitro. Tahapan penelitian meliputi induksi mutasi kalus embriogenikdengan sinar gamma, seleksi in vitro dengan cekaman suhu tinggi, induksiperakaran  somaklon  putatif,  analisis  keragaman  genetik  secaraflowcytometry, dan aklimatisasi somaklon putatif. Iradiasi dilakukan padadosis 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 Krad sedangkan seleksi in vitro dilakukan padatiga level suhu (20, 25, dan 30 0 C). Induksi perakaran dilakukan dalam duatahap, dengan menggunakan media DKW atau MS yang mengandungsukrosa 3-6% dengan penambahan IBA atau NAA taraf 0,5-1,5 ppm. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa kalus purwoceng mampu bertahan hiduppada dosis iradiasi tertinggi (5 Krad). Meningkatnya dosis iradiasicenderung meningkatkan pendewasaan embrio somatik. Pada tahap seleksiin vitro, kalus purwoceng mampu tumbuh pada kondisi suhu tertinggi(30 0 C). Tingkat proliferasi kalus yang tinggi dan jumlah embrio somatikterbanyak diperoleh dari perlakuan suhu 25 0 C. Embrio somatik yangterbentuk dari perlakuan suhu tinggi tersebut merupakan kandidatsomaklon yang toleran suhu tinggi pada lingkungan dataran rendah.Diantara embrio somatik yang terbentuk, hanya embrio yang berasal dariperlakuan suhu 20 0 C saja yang berhasil membentuk planlet. Media yangterbaik untuk induksi perakaran adalah media MS yang mengandungsukrosa 4% dengan penambahan NAA 1,5 ppm. Analisis ploidi pada daunembrio somatik menunjukkan terbentuknya varian yang bersifat tetraploid(4x).Kata kunci: Pimpinella pruatjan, iradiasi sinar gamma, seleksi in vitro,keragaman genetik, suhu tinggiABSTRACTTo improve new pruatjan genetic variations, the alternativetechnology should be applied. The objective of the research was to increasepruatjan genetic variation and tolerance to the high temperature throughinduced mutation and in vitro selection. The steps of this study were inducedmutation of embryogenic callus by gamma irradiation, in vitro selection, rootinduction of putative somaclones, genetic variation analysis by flowcytometer,and putative somaclones acclimatization. The dosages of gamma irradiationwere 0, 1, 2, 3, 4, and 5 Krad. In vitro selection was conducted at threetemperatures (20, 25, and 30 0 C). The root induction was conducted in twosteps by using DKW or MS media containing of 3-6% sucrose withaddition of 0.5-1.5 ppm IBA or NAA. The result showed that embryogeniccalli could survive after treatment of the highest gamma irradiation dose. Ittends to increase the maturation of somatic embryos. During in vitroselection, embryogenic calli could grow at the highest temperature but thehighest callus proliferation and the number of somatic embryos wereobtained from 25 0 C. The somatic embryos survived and grew at the hightemperature are assumed as somaclones which considered as thecandidates of tolerant plants to high temperature that can be developed inthe of low altitude area. Among the regenerated somatic embryos, only the20 0 C-derived embryos were successfully form plantlets. The best mediumfor root induction was MS basal medium containing of 4% sucrosesupplemented with 1.5 ppm NAA. The ploidy analysis of somatic embryosleaf showed a tetraploid (4x) variant.Key words: Pimpinella pruatjan, gamma irradiation, in vitro selection,genetic variation, high temperature
OPTIMASI DAN EVALUASI METODE KRIOPRESERVASI PURWOCENG ROOSTIKA, IKA; DARWATI, IRENG; MEGIA, RITA
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKOptimasi dan evaluasi metode kriopreservasi perlu dilakukan dalammenentukan protokol standar untuk penyimpanan jangka panjang biakanpurwoceng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasiperlakuan pratumbuh, prakultur, dan formulasi media pemulih terhadapdaya tumbuh dan daya regenerasi tunas in vitro dan kalus embriogenikserta untuk mengevaluasi metode kriopreservasi melalui observasimorfologi, anatomi, dan sitologi. Penelitian dilakukan di LaboratoriumKultur Jaringan Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan BB LitbangBiogen pada tahun 2008-2009. Teknik kriopreservasi yang digunakanadalah vitrifikasi (untuk apeks) dan enkapsulasi-vitrifikasi (untuk kalusembriogenik). Pada teknik vitrifikasi, tunas pucuk diberi perlakuanpratumbuh dengan sukrosa (3, 4, 5, dan 6%) selama 1 dan 2 minggu,perlakuan prakultur dilakukan pada media yang mengandung sukrosa 0,3M selama 1 dan 3 hari, perlakuan dehidrasi dengan PVS2 diberikan selama15 dan 30 menit, dan media pemulih yang diujikan adalah media dasar MSatau DKW dengan dan tanpa penambahan adenin sulfat 20 ppm. Padateknik enkapsulasi-vitrifikasi, kalus embriogenik dienkapsulasi terlebihdahulu dengan Na-alginat 3%, perlakuan dehidrasi dengan PVS2 diberikanselama 0, 30, dan 60 menit. Evaluasi metode teknik kriopreservasidilakukan melalui pengamatan morfologi secara visual, anatomi meristemdengan scanning electron microscope (SEM), pengujian viabilitas denganfluorescein diacetate (FDA), dan analisis ploidi secara flowcytometry.Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik enkapsulasi-vitrifikasi lebihbaik daripada teknik vitrifikasi untuk kriopreservasi purwoceng. Walaupunpersentase keberhasilan kriopreservasi rendah (10%), kalus embriogenikpurwoceng mampu berproliferasi dan beregenerasi menjadi ribuan embriosomatik dewasa. Evaluasi metode kriopreservasi dengan SEM dan FDAdapat diterapkan untuk memperkirakan keberhasilan teknik kriopreservasisecara dini sedangkan analisis flowcytometry dapat diterapkan untukmenguji stabilitas genetik bahan tanaman pasca-kriopreservasi.Kata kunci: Pimpinella pruatjan Molk., kriopreservasi, SEM, FDA,flowcytometryABSTRACTOptimization and evaluation of cryopreservation methods should beconducted to obtain standard protocol for long term conservation ofpruatjan. The objective of this study was to evaluate the effect ofcombined treatments of pregrowth, preculture, and recovery media to thesurvival and regeneration rate of in vitro shoots and embryogenic calli andto evaluate the cryopreservation methods by observing the morphological,anatomical, and cytological characters. The techniques of vitrification (forapex) and encapsulation-vitrification (for embryogenic calli) were appliedin this study. On vitrification technique, the apical shoots were pregrownon media containing of 3, 4, 5, and 6% sucrose for 1 and 2 weeks,precultured on media containing of 0,3 M sucrose for 1 and 3 days,dehydrated by PVS2 solution for 15 and 30 minutes, and planted onrecovery media (MS or DKW basal media supplemented with 20 ppmadenine sulphate). On encapsulation-vitrification technique, embryogeniccalli were encapsulated by 3% Na-alginate, dehydrated by PVS2 solutionfor 0, 30, and 60 minutes. The evaluation of cryopreservation methods wasdone through visual observation, SEM analysis, viability test, andflowcytometry determination. The result showed that encapsulation-vitrification was better than vitrification technique for cryopreservation ofpruatjan. The successful rate of this method was low (10%) but theembryogenic calli could proliferate and regenerate into thousands maturesomatic embryos. The evaluation by SEM and FDA can be applied asearly detection to estimate the successful of cryopreservation, whereasflowcytometry  analysis  may  determine  the  genetic  stability  ofcryopreserved materials.Key words: Pimpinella pruatjan Molk., cryopreservation, SEM, FDA,flowcytometry
DEHIDRASI DAN PEMBEKUAN JARINGAN APEKS TEBU UNTUK PENYIMPANAN JANGKA PANJANG ROOSTIKA, IKA; DEWI LIMA WATI, RARA PUSPITA; EFENDI, DARDA
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKTebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman yangdiperbanyak secara vegetatif. Kriopreservasi merupakan metode yangpaling sesuai untuk penyimpanan jangka panjang bagi tanaman yangdiperbanyak secara vegetatif. Dehidrasi dan pembekuan jaringan merupa-kan tahapan paling kritis yang menentukan keberhasilan kriopreservasi.Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh durasi dehidrasi yang optimaldan metode pembekuan jaringan apeks tebu. Penelitian dilakukan diLaboratorium Kultur Jaringan, Kelompok Peneliti Biologi Sel danJaringan, Balai Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber-daya Genetik Pertanian, Bogor pada Mei 2013 sampai Februari 2014.Untuk optimasi metode dehidrasi, apeks direndam dalam larutan PVS2(MS + gliserol 30% + etilen glikol 15% + dimetil sulfoksida 15% +sukrosa 0,4 M) selama 10, 20, 30, dan 40 menit. Untuk optimasi metodepembekuan, diujikan kombinasi perlakuan prakultur (dengan sukrosa 0;0,1; dan 0,3 M selama 5 hari) dan pemuatan dalam larutan LS (MS +gliserol 2 M + sukrosa 0,4 M) selama 0, 10, 20, dan 30 menit sebelumtahapan dehidrasi dan pembekuan jaringan di dalam nitrogen cair (-196 o C). Hasil penelitian menunjukkan durasi dehidrasi jaringan yangterbaik adalah 30 menit dalam larutan PVS2. Kombinasi perlakuanprakultur dengan sukrosa 0,3 M dan pemuatan dengan larutan LS selama10 menit merupakan metode terbaik untuk pembekuan jaringan. Persentasetumbuh sebelum dan setelah pembekuan dalam nitrogen cair berturut-turutadalah 100 dan 40%. Setelah kriopreservasi, biakan mampu tumbuhdengan tingkat multiplikasi tunas sekitar 10 tunas/eksplan. Metode yangdiperoleh pada penelitian ini berpeluang diterapkan untuk penyimpananplasma nutfah tebu dalam jangka panjang secara kriopreservasi daneliminasi patogen obligat secara krioterapi.Kata kunci: Saccharum officinarum L., apeks, dehidrasi, pembekuan,nitrogen cairABSTRACTSugarcane (Saccharum officinarum L.) is vegetatively propagatedplant. Cryopreservation is the most suitable method for long-termpreservation of vegetatively propagated plant. Dehydration and freezingare critical steps of successful cryopreservation so that it should beoptimized. The research aimed to obtain the optimal duration ofdehydration and freezing method of sugarcane apex tissues. Theexperiments were conducted at Tissue Culture Laboratory, Plant CellTissue Biology Group, Indonesian Center for Agricultural Biotechnologyand  Genetic  Resources  Research  and  Development  on  May2013−February 2014. To optimize dehydration method, the tissues wereexposured in PVS2 solution (MS + 30% glycerol + 15% ethylene glycol +15% dimethyl sulphoxide + 0.4 M sucrose) for 10, 20, 30, and 40 minutes.To optimize freezing method, the combined treatment of preculture withsucrose (0, 0.1, dan 0.3 M) for 5 days and loading in LS solution (MS + 2M glycerol + 0.4 M sucrose) for 0, 10, 20, dan 30 minutes) were testedbefore dehydration for 30 minutes and freezing in liquid nitrogen (-196 o C).The best duration of dehydration was 30 minutes. The combined treatmentof preculture on 0.3 M sucrose and loading for 10 minutes was the bestmethod for tissues freezing. Percentage of regrowth before and afterfreezing in liquid nitrogen was 100 and 40% respectively. Aftercryopreservation, the cultures could grow with high shoot multiplicationrate about 10 shoots/explant. The method resulted in this study can beapplied for long-term storage of sugarcane germplasms by cryopreser-vation and (elimination of obligate pathogens by cryotherapy.Keywords: Saccharum officinarum L., apex, dehydration, freezing, liquidnitrogen.
Pengaruh PVP dan DIECA terhadap Regenerasi Meristem Tebu Roostika, Ika; Wati, Rara Puspita Dewi Lima; Sukmadjaja, Deden
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 7, No 1 (2015): April 2015
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman yang diperbanyak secara vegetatif sehingga berisiko besar akan terjadinya akumulasi virus di dalam jaringan tanaman. Kultur meristem merupakan salah satu teknik eliminasi virus yang umum digunakan, namun seringkali meristem memiliki daya hidup dan daya re-generasi yang rendah. Salah satu penyebabnya adalah karena akumulasi senyawa fenol. Akumulasi senyawa tersebut dapat direduksi melalui penggunaan senyawa adsorben dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan un-tuk mengetahui pengaruh polyvinylpyrrolidone (PVP) dan diethyldithiocarbamate sodium (DIECA) terhadap regenerasi meristem tebu. Bahan tanaman yang digunakan adalah tebu PS864. Eksplan yang digunakan adalah meristem dengan 1–2 primordia daun yang diisolasi di bawah mikroskop. Perlakuan meliputi PVP (100 dan 300 mg/l) dan DIECA (0 dan 20 mg/l) serta kombinasi antara kedua zat tersebut, dengan 3 ulang-an (botol) dan setiap botol terdiri atas 3 meristem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kon-sentrasi PVP atau kombinasi perlakuan PVP dan DIECA dapat meningkatkan persentase eksplan hidup, daya regenerasi, dan jumlah tunas. Kombinasi perlakuan PVP 300 mg/l dan DIECA 20 mg/l merupakan perlakuan terbaik karena persentase hidup dan daya regenerasi eksplan yang paling tinggi (100%) dengan jumlah tu-nas 3,8 tunas/eksplan. Being vegetatively propagated, sugar cane faces a high risk of virus accumulation. Meristem culture is one method that usually applied for virus elimination. However, it often has low survival and regeneration rate due to an accumulation of phenolic compounds. Accumulation of those compounds can be reduced by apply adsorbent antioxidant. This research aimed at evaluating the effect of PVP and DIECA on the regeneration capacity of meristem. The plant material was sugar cane PS864. Meristems with 1─2 primoridial leaves were used as the explants and isolated under microscope. The PVP (100−300 mg/l) and DIECA (0− 20 mg/l), or combined treatment of both antioxidants were used as treatments. Each treatment was replicated 3 times (bottles), and each bottle contained 3 meristems. The result showed that the higher concentration of PVP or combined treatment of PVP and DIECA could increase the percentage of survival, regeneration rate, and number of shoot. The combined treatment of 300 mg/l PVP, and 20 mg/l DIECA produced the highest level of survival rate (100%) which yielded 3.8 shoots/explants.
Indirect Organogenesis and Somatic Embryogenesis of Pineapple Induced by Dichlorophenoxy Acetic Acid Roostika, Ika; Mariska, Ika; Khumaida, Nurul; Wattimena, Gustaaf A
Jurnal AgroBiogen Vol 8, No 1 (2012): April
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTIndirect Organogenesis and Somatic Embryogenesis ofPineapple Induced by Dichlorophenoxy Acetic Acid. IkaRoostika, Ika Mariska, Nurul Khumaida, and Gustaaf A.Wattimena. This research aimed to study the effect of 2,4-D,AdS, and basal media to the regeneration of pineapplethrough indirect organogenesis and somatic embryogenesis,and to study the complete event of somatic embryogenesis.Callus formation was induced by 21, 41, and 62 μM 2,4-Dwith addition of 9 μM TDZ. The non embryogenic calli weretransferred onto 4.65 μM Kn containing medium.Embryogenic callus formation was induced on MS or Bacbasal media consisted of N-organic compounds withaddition of AdS (0, 0.05 and 0.1 μM). The embryogenic calliwere regenerated on modified MS medium with addition of0.9 μM IBA, 1.1 μM BA, 0.09 μM GA3 or MS mediumsupplemented with 0.018 mM BA. The result proved that thesingle auxin of 2,4-D was not enough to induce embryogeniccells. Therefore the non embryogenic calli were regeneratedthrough organogenesis. The 21 μM 2,4-D yielded high level ofcallus formation (80%), higher fresh weight (0.2 g/explant)and higher number of shoot (25 shoots/explant in twomonths). Embryogenic calli were produced on N-organiccompounds enriched media. The regeneration mediumsignificantly affected the level of browning, where the MSmedium with addition of 0.018 mM BA yielded lower level ofbrowning. There was an interaction of embryogenic callusinduction medium and regeneration medium to the numberof mature somatic embryos. The embryogenic callusinduction on MS medium enriched with N-organiccompounds and 0.05 μM AdS followed by the regenerationof somatic embryos on MS medium with addition of 0.018mM BA was the best treatment which yielded 17 maturesomatic embryos/explant
Regenerasi Kultur Lengkeng Dataran Rendah cv. Diamond River melalui Embriogenesis Somatik Roostika, Ika; Arief, V N; Sunarlim, N
Jurnal Hortikultura Vol 20, No 1 (2010): Maret 2010
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v20n1.2010.p%p

Abstract

ABSTRAK. Beberapa kultivar lengkeng toleran dataran rendah telah diintroduksi ke Indonesia termasuk lengkengcv. Diamond River. Kultivar tersebut telah dibudidayakan secara komersial di daerah Kalimantan Barat. Namun,pengembangannya menghadapi kendala dalam hal penyediaan bibit. Dalam rangka memperoleh bibit lengkengdalam jumlah yang berlimpah, perlu penerapan teknik kultur in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk menginduksidan meregenerasikan kalus embriogenik lengkeng cv. Diamond River. Induksi kalus dilakukan menggunakan daunmuda sebagai eksplan. Regenerasi kalus embriogenik dilakukan dalam 4 tahap. Pada tahap pertama digunakan airkelapa pada konsentrasi 5 dan 10%. Pada tahap kedua, diuji pengaruh auksin (IBA dan NAA) serta sitokinin (BAdan kinetin) masing-masing pada taraf 0,5 ppm. Pada tahap ketiga, diuji pengaruh auksin IBA dan NAA pada taraf0,1; 0,5; dan 1 ppm. Pada tahap keempat diuji perlakuan sukrosa pada taraf 2 dan 3% dengan atau tanpa auksin(IBA dan NAA) masing-masing pada taraf 0,5 dan 1 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa regenerasi melaluiembriogenesis somatik berpeluang diterapkan pada tanaman lengkeng cv. Diamond River. Respons kalus embriogeniklebih dominan ke arah pembentukan akar daripada tunas. Penggunaan media yang mengandung NAA 1 ppm mampumeningkatkan pembentukan tunas hingga mencapai lebih dari 30%, sedangkan penggunaan sukrosa 3% tanpa auksinmampu meningkatkan pembentukan planlet hingga mencapai 12%. Persentase keberhasilan aklimatisasi adalahsebesar 14%.ABSTRACT. Roostika, I., V.N. Arief, and N. Sunarlim. 2009. Regeneration of Lowland Longan cv. DiamondRiver through Somatic Embryogenesis. Several low-land longan cultivars have been introduced to Indonesia,including cultivar of Diamond River. This cultivar has been planted commercially and produced well in WestKalimantan. Unfortunately, the development of this cultivar was facing a problem on the availability of plantingmaterials. In order to provide large number of Diamond River seedlings, tissue culture technique was used. Theaim of the study was to induce and regenerate embryogenic calli of longan cv. Diamond River. A research on callusinduction was conducted using young leaves as explants source. Regeneration of embryogenic calli was conductedin 4 steps. The first, coconut water at the rate of 5 and 10% were used. The second, the auxin (IBA and NAA) andcytokinin (BA and kinetin) at the level of 0.5 ppm, respectively were tested. The third, the IBA and NAA at thelevel of 0.1, 0.5, and 1 ppm were used. The fourth, the sucrose at the level of 2 and 3% with or without addition ofIBA and NAA at the level of 0.5 and 1 ppm were used respectively. The results showed that somatic embryogenesisregeneration was potentially applied to longan cv. Diamond River. The root formation was more dominant than theshoot formation. The use of 1 ppm NAA could increase the shoot formation up to more than 30% whereas the useof 3% sucrose without auxin could increase the plantlet formation up to 12%. The 14% of plantlet produced by thistechnique grew well during acclimatization period.
INDUKSI KERAGAMAN SOMAKLONAL TANAMAN KANTONG SEMAR (NEPENTHES MIRABILIS) DENGAN MUTAGEN KIMIA KOLKISIN SECARA IN VITRO Damayanti, Fitri; Roostika, Ika; Samsurianto, Samsurianto
Prosiding Seminar Biologi Vol 9, No 1 (2012): Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi
Publisher : Prodi Pendidikan Biologi FKIP UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (545.607 KB)

Abstract

ABSTRAK   Nepenthes merupakan salah satu tanaman yang berada pada tingkat erosi genetik yang tinggi akibat dari penjarahan hutan dan eksploitasi yang berlebihan tanpa diikuti upaya peremajaan. Konsekuensinya, keragaman tanaman ini menjadi sempit seiring dengan punahnya spesies tertentu dari waktu ke waktu. Perbaikan tanaman secara in vitro dapat dilakukan antara lain melalui keragaman somaklonal yang dapat memberikan peluang baru untuk pengembangan bibit yang berguna dalam menunjang program pemuliaan tanaman. Keragaman somaklonal dapat ditingkatkan dengan pemberian mutagen kimia (kolkisin) atau mutagen fisika (radiasi sinar gamma). Eksplan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tunas in vitro dari N. mirabilis. Mutagen yang digunakan adalah mutagen kimia kolkisin (0, 0.05, 0.075, dan 0.1%) dengan lama perendaman tiga hari. Induksi keragaman somaklonal dengan menggunakan kolkisin terbukti dapat meningkatkan keragaman genetik pada tanaman Nepenthes dan kultur lebih mudah beregenerasi. Keragaman somaklonal yang dihasilkan terlihat dari penampilan morfologi dan karakter sitologi. Pada beberapa perlakuan mutasi dihasilkan tanaman varigata/khimera, seperti: daun belang (setrip putih dan hijau), daun dengan ukurannya yang sempit, daun dengan bentuk memanjang, daun dengan ukuran kecil, warna daun lebih gelap, ukuran kantong yang lebih besar diikuti dengan peningkatan ukuran stomata dan jumlah kloroplas. Perlakuan kolkisin 0.05% dapat menginduksi embriogenesis somatik yang sangat potensial dalam perbaikan sifat tanaman.   Kata Kunci: Nepenthes mirabilis, keragaman somaklonal, kolkisin.