Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

SAHABAT NABI SAW DALAM PERSPEKTIF SUNNI DAN SYI’AH (Pengaruhnya Pada Kesahihan hadis) Muhammad Imran
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1865.164 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v1i1.497

Abstract

Sahabat Nabi merupakan mata rantai periwayatan hadis dan dari merekalah hadis-hadis Nabi diriwayatakan baik secara mutawatir, ahad, lafdzi maupun maknawi. Keadahalan sahabat menjadi sangat penting karena mereka merupakan pusat periwayatan hadis. Jika salah seorang diantara sahabat itu dipermasalahkan keadalahannya, maka hadis-hadis yang diriwayatkan juga akan dipermasalahkan bahkan bisa tertolak secara keseluruhan. Dua golongan umat Islam yaitu Sunni dan Syi’ah memiliki pandangan yang berbeda tentang keadalahan sahabat Nabi sesuai dengan data-data dan argumentasi yang mereka miliki. Dengan pandangan yang berbeda tentang keadalahan sahabat, maka akan mempengaruhi kualitas hadis yang mereka riwayatkan. Argumentasi ulama sunni tentang keadalahan sebagian besar bahkan seluruh sahabat mendapat bantahan dari beberapa pengkaji hadis yang lain. Begitupun dengan argumentasi ulama syi’ah yang mempermasalahkan keadalahan beberapa sahabat juga mendapatkan bantahan dan kritikan dari pengkaji hadis yang lain. Objektifitas dalam penilaian keadalahan sahabat tentu sangat diperlukan mengingat tingkat keimanan dan ketakwaan mereka juga berbeda-beda berdasarkan pada riwayat-riwayat yang ada.Kata Kunci: Sahabat, Syiah, Sunni, Hadits Prophet’s Companions were keys to the chains of hadith. Therefore, they were the main sources of the prophet’s hadith which were told in a form of mutawatir (from such a large number of narrators), ahad (of one narrator), lafdzi (literally) and Maknawi (essentially). The companions’ trustworthy is very important since they were center of the chains. If anyone of the Companions’ trustworthy is questioned, the hadith is questioned too, or even rejected entirely. The two branches of Islam, Sunni and Syiah, have different points of views towards the trustworthyof the prophet’s Companions on the basis of data and arguments they have. The differences will affect the quality of hadits that they told. Arguments of Sunni ulamas’ on the trustwothy of most and even all Companions raised objections from several other researchers of hadith. Similarly, arguments of the Syiah Ulamas who questioned the Companions’ trustworthy also raised objections from others. Objectivity towards the Companions trustworthy is, indeed, required because their levels of faith and piety are also varied.Keywords: Syi`ah, Sunni, Hadits 
URGENSI KE-IQAH-AN PERAWI HADIS DALAM SANAD Muhammad Imran
Jurnal Ilmiah Al-Syir'ah Vol 9, No 2 (2011)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.72 KB) | DOI: 10.30984/as.v9i2.22

Abstract

Hadis merupakan sumber utama syari’at Islam setelah al-Qur’an, namun keduanya terdapat perbedaan yang signifikan dalam proses periwayatan dan kehujjahannya. Al-Qur’an bersifat pasti (qa¯’³ al-wur­d), sementara hadis sebagian bersifat pasti dan sebagian yang lain diperkirakan bersumber dari Nabi (§ann³ al-wur­d). Dalam menentukan kesahihan sebuah hadis, maka penelitian ke-£iqah-an perawi hadis menjadi sangat penting tanpa menafikan aspek ketersambungan sanad dan kesahihan matan hadis. Maka kajian ke-£iqah-an perawi dan sanad hadis menjadi bagian terpenting dan tidak dapat dipisahkan dalam kajian ul­m al-¥ad³£ sebagai disiplin ilmu.
Konsep Pendidikan Pranatal dalam Perspektif Pendidikan Islam Rivai Bolotio; Muhammad Imran; Dewi Afiatul Qutsiyah
Journal of Islamic Education : The Teacher of Civilization Vol 1, No 2 (2020): Volume 1 No. 2 September 2020
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jurnal ini mengkaji tentang Konsep Pendidikan Pranatal dalam Perspektif Pendidikan Islam. Kajian ini dilatar belakangi kekhawatiran akan arus informasi yang semakin masif dan tidak terkontrol lagi ditambah anak-anak bangsa banyak yang terjerumus kedalam hal-hal negatif dan anarkis. Sebagai orangtua mempunyai tugas yang sangat penting dalam menerapkan pendidikan pertama untuk generasi muda khususnya pendidikan anak dalam kandungan (Pendidikan Pranatal). Namun permasalahan seringkali muncul, mana kala orang tua kurang menyadari pentingnya mendidik anak dalam kandungan. Pendidikan Pranatal seringkali diabaikan. Menjaga anak dalam kandungan sekedar merupakan kewajiban orang tua agar anak lahir sehat, tidak cacat, dan tidak keguguran. Bahkan orang tua juga beranggapan bahwa mendidik anak itu dimulai dari anak di lahirkan. Melihat permasalahan tersebut, penulis mengkaji dan menganalisis Konsep Pendidikan Pranatal dalam Perspektif Pendidikan Islam.Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunkan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam hal ini ialah melakukan identifikasi wacana, dari buku-buku, artikel, jurnal, web (internet), atau informasi lainnya yang berhubungan dengan judul penelitidan teknik analisis data yang digunakan oleh penulis adalah content analysis (analisis isi).Berdasarakan hasil penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini berkesimpulan bahwa Konsep Pendidikan Pranatal dimulai dari masa prakonsepsi, konsepsi dan pasca konsepsi yaitu pertama, pemilihan jodoh yang sesuai dengan aturan agama: dilihat dari kecantikan/ ketampanan, nasabnya, kekayaan, dan yang paling penting adalah agamannya. Kedua, penikahan. Ketiga pertumbuhan janin mulai dari nuftah, alaqah, mudghah, idzaman hingga menjadi makhluk yang berbentuk lain.. Keempat, masa kehamilan hingga faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan anak dalam kandungan seperti faktor genetik/keturunan, makanan, dan lingkungan. Konsep Pendidikan Pranatal di atas ketika dilihat dari Perspektif Pendidikan Islam akan mewujudkan Implemetasi Nilai-nilai Pendidikan Pranatal dalam pembentukan karakter anak seperti halnya meningkatkan kemampuan IQ, EQ, SQ, dan untuk meningkatkan ketiga kemampuan tersebut maka harus menggunakan beberapa metode dalam pendidikan pranatal sehingga dapat merangsang aktivitas anak dalam kandungan sehingga interaksi anak dengan otang tua sudah terjalin sejak dini. Dari beberapa metode-metode yang dilakukan diatas juga akan meningkatkan dan memperkuat niali- nilai Akidah, Akhlak dan ibadah.Kata Kunci: Pendidikan Pranatal, Pendidikan Islam, Pembentukan Karakter Anak
Jalan Menuju Taqwa Perspektif Syaikh ‘Abdul Qadir Al-Jailani (Analisis Penafsiran Ayat-ayat Taqwa dalam Tafsir al-Jailani) Basri Mahmud; Hamzah Hamzah; Muhammad Imran
AL QUDS : Jurnal Studi Alquran dan Hadis Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29240/alquds.v6i2.4608

Abstract

The Path to Taqwa from the Shaykh 'Abdul Qadir Al-Jailani’s Perspective: Analysis of the Interpretation of Taqwa Verses in Tafsir al-JailaniThis research focuses on the study of the interpretation of the verses of taqwa in the interpretation of al-Jailani as the culmination of various rituals required by Allah, this research includes descriptive qualitative research, which provides a systematic, careful and accurate description of the interpretation of Shaykh 'Abdul Qadir al-Jailani about the verses of piety. This study uses two data, namely primary data in the form of verses of the Qur'an, namely verses containing taqwa words while secondary data in the form of interpretation of ideas, ideas, other written materials that are related to this research The results of this study show that the terminology of taqwa with its various kinds is repeated 242 times in the Quran. The essence of taqwa according to Shaikh 'Abdul Qadir al-Jailani is obedience built solely to Allah, obeying his commands not violating them, remembering them instead of forgetting them, being grateful for them instead of incarnating them. The devout are those who obey God's commands and spare their souls from all forms of obedience that can hinder true purity and access to closeness to the Creator.  The way to attain devotion according to Shaikh Abdul Qadir Jailani is to abstain from the deeds that deeds that deeds that are deeds that deeds of Allah's servants and their rights, escape from obedience, which include great sins and minor sins and then preoccupied oneself with forsaking the sins of the heart which is the mother of various sins and the essence from which it gives birth to sins in the limbs. The sins of the heart such as riya', nifaq, ujub, takabbur, ambition, gluttony, fear of beings, hoping for them, expecting office and position, accentuating themselves to others. The privileges of a devout person according to him are: (1) getting blessings and happiness, (2) getting solutions to the problems he faces and sustenance from God, (3) getting love and protection from God, (4) getting Lessons from God and (5). Get God's forgiveness and heaven
Unlocking Tolerance in a Diversity through Hadith: : A Lesson-Learned from Manado, a City of a Thousand Churches Muhammad Imran; Basri Mahmud
Al-Ulum Vol. 23 No. 1 (2023): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30603/au.v23i1.3346

Abstract

Tolerance among religious adherents in Indonesia as a plural state is necessary. Therefore, this current research aims at seeking religious tolerance among people in Manado, classifying and analyzing the implementation of hadith on religious tolerance in the city of a thousand churches. This research is qualitative descriptive research using the social-phenomenon approach. Primary and secondary data were collected through a literature review supported by empirical research. Empirical research data were collected through interviews and observation. Data were analyzed descriptively using an interactive model of Miles and Huberman, which covers data collection, data reduction, data display, data verification, and conclusion. This research shows that hadith related to tolerance in diversity are classified into five categories, i.e., giving and taking gifts or food to and from non-Muslims, trading interaction with non-Muslims, non-Muslim allowance praying at the mosque, respecting non-Muslims' corpses, and eating allowance with non-Muslims containers. Among those five categories, the only third category is not shown explicitly in the daily life of Manado people. It could be caused by the church's numbers quantitatively in Manado being more than the mosque numbers. The hadith implementation for tolerance indicates that the diversity of the Manado people does not always affiliate with the act of intolerance. Moreover, tolerance acts among 'different' people are commonly found in their daily life. It can be easily found during a public religious celebration, e.g., Ramadhan month, Idul Fitri, Christmas day, new year, and other religious ceremonies.