Suhartini Suhartini
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banten

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI PADA SISWI KELAS VII SMPN 2 DESA TAMBAK BAYA KECAMATAN CIBADAK KABUPATEN LEBAK TAHUN 2017 Suhartini Suhartini; Ahmad Ahmad
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 5 No 1 (2018): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.198 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v5i1.48

Abstract

Pada undang-undang Kesehatan No 36 tahun 2009 dikatakan bahwa pemeliharaan kesehatan remaja diarahkan untuk mempersiapkan kaum remaja menjadi orang dewasa sehat serta produktif baik dari sisi sosial maupun ekonomi. Data Riskesdas 2013 menggambarkan provinsi Banten adalah salah satu provinsi dengan prevalensi remaja usia 13-15 tahun sangat kurus (IMT/U) diatas prevalensi nasional. Hasil penelitian Indah dkk diketahui bahwa; hasil pengukuran IMT/U 11,3% anak sekolah dasar tergolong sangat kurus dan kurus sebesar 6,5%. Hasil penelitian oleh Suhartini di SMPN2 Tambak Baya, diketahui bahwa 63% siswi status gizinya kurang dari normal. Penjajakan awal siswi kelas VII di SMPN 2 Tambak Baya ada 111 orang, namun kondisi status gizi remaja belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran status gizi bagi remaja putri serta faktor-faktor yang berpengaruh. Metodelogi penelitian ini menggunakan desain “crossectional” Populasi penelitian adalah siswi kelas VII SMPN Cibadak Kabupaten lebak . Dari 111 orang yang berhasil di data 92 orang, sampel penelitian sama dengan populasi. Tehnik pengambilan sampel secara purporsiv..Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai November 2017. Hasil penelitian menunjukkan masih ditemukan status gizi remaja putri < normal 29,3%, pendidikan ibu < SLTP 82,6%, Pekerjaan Ayah sebagian besar non PNS 98,9%. Pendapatan < UMR sebanyak 88%, Pola makan siswi < 3 kali dalam sehari 55,4%. Pengetahuan siswi kurang tentang gizi remaja sebanyak (90,2%). Ada hubungan bermakna antara pendapatan dengan status gizi 0,694 artinya pendapatan orang tua dapat mencegah status gizi < normal. Ada hubungan antara pengetahuan dengan keadaan gizi remaja putri OR 1,5 artinya siswi dengan pengetahuan kurang tentang gizi remaja berisiko 1,5 kali lipat mengalami gizi kurang Kepada pihak sekolah disarankan dapat menyampaikan informasi formal melalui mata pelajaran terkait disekolah, mendatangkan nara sumber, serta menyebarluaskan informasi gizi bagi remaja putri melalui buku saku, brosur, leaflet , poster. Kepada puskesmas diharapkan dapat memberikan penyuluhan gizi remaja, menyebarluaskan informasi tentang status gizi remaja putri melalui poster, brosur, leaflet, dan melakukan kegiatan rutin penjaringan kesehatan terhadap remaja putri, melalui pengukuran BB,TB berkala, dan bila memungkinkan memberikan Makanan Tambahan dan TabletTambah Darah bekerjasama dengan komite sekolah, Puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat
ANALISIS PENERAPAN STANDAR NASIONAL PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR) PADA PUSKESMAS PKPR DI KABUPATEN LEBAK TAHUN 2016 Een Sukaedah; Suhartini Suhartini
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 4 No 1 (2017): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.166 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v4i1.67

Abstract

Kelompok remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Kelompok ini di Indonesia memiliki proporsi kurang lebih 1/5 dari jumlah seluruh penduduk. Jumlah ini sesuai dengan proporsi remaja di dunia dimana jumlah remaja diperkirakan 1,2 miliar atau sekitar 1/5 dari jumlah penduduk dunia (WHO,2003). Melihat jumlahnya yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani, mental dan spiritual. Puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan terbawah dan terdekat dengan masyarakat memiliki andil yang cukup penting dalam optimalisasi Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di puskesmas. Pelayanan Kesehatan Peduli remaja di kabupaten Lebak telah dilaksanakan di 5 (lima) Puskesmas,yang aktif melaksanakan program PKPR ada tiga puskesmas, namun sejauhmana penerapan standar nasional layanan PKPR di 3 (tiga) puskesmas ini belum diketahui. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis sejauhmana penerapan Standar Nasional PKPR pada puskesmas PKPR di kabupaten Lebak tahun 2016 Metodelogi penelitian ini dengan menggunakan desain “Cross sectional”. Populasi penelitian adalah seluruh pimpinan puskesmas, pengelola program PKPR di puskesmas, petugas pendukung dan remaja yang memanfaatkan layanan PKPR di masing-masing puskesmas. Sampel penelitian ini sama dengan populasi. Lokasi penelitian dilakukan di 3 (tiga) Puskesmas yang melaksanakan kegiatan PKPR yaitu; puskesmas Rangkasbitung, Cibadak, dan Cipanas. Kegiatan Penelitian dilaksanakan sejak bulan Agustus sampai dengan Desember tahun 2016 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian standar SN-PKPR di tiga puskesmas yaitu; puskesmas Cibadak 53%, Rangkasbitung 50%, dan Cipanas 37%). Ketiga puskesmas tingkat pemenuhan Standar SN-PKPR masih minimal (<60%) atau garis merah. angka pencapaian standar SDM tertinggi 72% terendah43%. angka capaian fasilitas tertinggi 76% dan terndah 62%. angka capaian remaja tertinggi 50%, terendah 10%, angka capaian jejaring tertinggi 33% terendah 11%, angka capaian manajemen kesehatan tertinggi 33% terendah 7%. Mengingat secara keseluruhan pencapaian SN-PKPR di tiga puskesmas masih rendah, untuk itu disarankan perlu disusun rencana aksi (workplan), agar pelaksanaan kegitan PKPR di puskesmas dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dukungan dari Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas dan institusi terkait lainnya sangat diperlukan dalam mendukung kegiatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR ) di puskesmas Rangkasbitung, Cibadak, Cipanas kabubaten Lebak.
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI KELAS VIII SMPN 2 DESA TAMBAK BAYA KECAMATAN CIBADAK KABUPATEN LEBAK TAHUN 2016 Suhartini Suhartini
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 4 No 1 (2017): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.727 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v4i1.74

Abstract

Menarche adalah perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang wanita. Usia menarche dapat bervariasi pada setiap individu. Secara umum usia menarche terjadi pada usia 12-15 tahun, pada usia ini pendidikan yang ditempuh adalah SMP. Dalam 100 tahun terakhir, usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda. Semmel weiss menyatakan bahwa 100 tahun yang lalu usia gadis-gadis Vienna pada waktu menarche berkisar antara 15-19 tahun. Sekarang usia gadis remaja pada waktu menarche bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun tetapi rata-rata 12,5 tahun. Hasil penjajakan awal melalui wawancara dengan pengelola program UKS di puskesmas Mandala dikemukakan bahwa belum pernah dilakukan penelitian terkait usia menarche pada siswi kelas VIII SMPN 2 desa Tambak Baya kabupaten Lebak yang termasuk ke dalam di wilayah kerja puskesmas Mandala. Penelitian ini bertujuan untuk meanganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menarche pada siswi kelas VIII SMPN 2 desa Tambak Baya kecamatan Cibadak kabupaten Lebak tahun 2016. Metodelogi penelitian ini menggunakan desain “crossectional” Populasi penelitian adalah seluruh siswi kelas VIII SMPN 2 desa Tambak Baya kecamatan Cibadak kabupaten Lebak berjumlah 100 orang, Sedangkan sampel penelitian sama dengan populasi. Tehnik pengambilan sampel secara purporsive sesuai dengan tujuan penelitian ditujukan kepada siswi saja. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2016 sampai Nopember 2016. Pada penelitian ini penulis akan mengkaji lebih dalam tentang usia menarche pada wilayah pedesaan, karena dari beberapa penelitian terdahulu dilakukan diwilayah perkotaan. Hasil Penelitian menunjukkan sebagian besar siswi menarche >12 tahun (65%), Hampir seluruhnya pendidikan ibu ≤ SLTP (97%), sebagian besar usia menarche ibu > 12 tahun (82%), sebagian usia pengenalan komunikasi HP usia > 10 tahun (67%), sebagian besar sumber informasi menarche diperoleh melalui media non formal (77%), hampir seluruh siswi aktifitas fisik olah raga ≤ 2 kl per minggu (96%), sebagian besar status gizi siswi ≤ Kurang (63%). Ada hubungan bermakna antara sumber informasi dengan usia menarche (OR 0,3).Ada hubungan bermakna antara status gizi dengan usia menarche (OR 2,5). Tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan ibu, usia menarche ibu, usia pengenalan media komunikasi HP, aktivitas olah raga dengan usia menarche. Hasil analisis faktor risiko usia menarche diketahui ada hubungan bermakna antara sumber informasi dan status gizi dengan usia menarche. Kepada pihak sekolah disarankan untuk memberikan informasi formal melalui mata pelajaran terkait kesehatan reproduksi disekolah, mendatangkan nara sumber, serta menyebarluaskan informasi formal tentang menarche melalui buku saku, brosur, Leaflet. Kepada puskesmas diharapkan dapat menyebarluaskan informasi tentang menarche melalui penyuluhan, poster, brosur, leaflet, dan lainnya.
HUBUNGAN KARATERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN TENTANG IMMUNISASI TT 2 + DI DESA PASARKEONG KECAMATAN CIBADAK KABUPATEN LEBAK TAHUN 2015 Suhartini Suhartini; Ahmad Ahmad
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 3 No 2 (2016): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.724 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v3i2.101

Abstract

Tetanus di 28 hari pertama kehidupan (Tetanus Neonatorum) telah lama diakui sebagai penyebab utama kematian neonatal. Upaya pencegahannya adalah melaui immunisasi TT. Data Dinkes Lebak 2013 Cakupan TT 2+ di puskesmas Cibadak baru mencapai 66,5%, cakupan ini lebih rendah dari target yang ingin dicapai yaitu 80%. Pada tahun 2013 di puskesmas Cibadak masih ditemukan 1 kasus TN berasal dari desa Pasir keong. Hasil penelitian terdahulu Mislianti dkk (2012) menyatakan bahwa, responden dengan pengetahuan rendah mempunyai resiko 2,497 kali lebih besar tidak melakukan imunisasi TT jika dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan tinggi. Dari data inilah penulis tertarik untuk melihat apakah ada hubungan antara karatestik ibu dengan pengetahuan tentang immunisasi TT 2+. Metodelogi penelitian ini menggunakan desain Cross sectional. populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang terdata di desa pasar keong wilayah kerja puskesmas Cibadak berjumlah 67 orang. Sampel penelitian setelah dipilih dengan menggunakan kriteria insklusi dan ekslusi didapatkan sampel berjumlah 55 orang responden, tehnik sampling menggunakan Acidental sampling. Pengumpulan data penelitian dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilaksanakan sejak pertengahan Mei s/d Juli 2015. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu hamil berpengetahuan kurang (67,3%), sebagian besar ibu berusia ≤30 tahun (85%), berpendidikan≤ SLTP kebawah (61,8%) sebagian besar ibu tidak bekerja (83,6%), paritas ≤1 (63,6%), Ibu yang tidak/belun mendapatkan TT 2 + (63,6%). Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pengetahuan tentang immunisasi TT (OR 9,4), ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pengetahuan tentang immunisasi TT 2 + (OR 6), ada hubungan keterpaparan informasi dengan pengetahuan ibu tentang immunisasi TT 2+ (OR 12,6%), Tidak ada hubungan antara usia, paritas, status immunisai TT 2 + ibu hamil Dari hasil analisis hubungan karateristik ibu dengan pengetahuan tentang immunisai TT 2+ disimpulkan ada hubungan bermakna antara pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan keterpaparan informasi dengan pengetahuan ibu hamil tentang TT 2+. Disarankan agar dalam memberikan informasi tentang immunisasi TT 2 + kepada Ibu hamil agar memperhatikan karateristik ibu meliputi; pendidikan, pekerjaan ibu dan media penyampaian informasi dalam upaya mempromosikan pentingnya immunisasi TT 2+ pada ibu hamil. Koordinasi lintas program terkait immunisasi TT 2+ di berbagai level perlu ditingkatkan.
FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN (HDK) DI DESA BOJONGLELES PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN CIBADAK KABUPATEN LEBAK TAHUN 2015 Suhartini Suhartini; Ahmad Ahmad
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 2 No 2 (2015): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.133 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v2i2.117

Abstract

Hipertensi merupakan salah satu masalah medis yang kerapkali muncul selama kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3 persen kehamilan. Hipertensi pada kehamilan dapat menyebabkan morbiditas/ kesakitan pada ibu Selain itu, hipertensi pada kehamilan juga masih merupakan sumber utama penyebab kematian pada ibu. Hipertensi Dalam Kehamilan/ Preeklamsia terjadi pada kurang lebih 5% dari seluruh kehamilan. Di desa Bojongleles tahun 2014 kejadian Hipertensi pada ibu hamil ditemukan sebanyak 7 % lebih tinggi dari prediksi . Kejadian hipertensi pada kehamilan dimungkinkan terjadi karna kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang penyakit hipertensi pada kehamilan. Metodelogi penelitian ini menggunakan desain crossectional populasi penelitianini adalah seluruh ibu hamil yang terdata di desa Bojongleles wilayah kerja puskesmas Mandala berjumlah 60 orang. Sampel penelitian setelah seleksi dengan menggunakan kriteria insklusi danekslusi didapatkan sampel berjumlah 40 orang responden, tehnik sampling menggunakan Acidental sampling. Pengumpulan data penelitian dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilaksanakan sejak pertengahan Mei s/d Juli 2015. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu hamil berpengetahuan kurang (65%), sebagian besar ibu berusia ≤20>35 tahun (67,5%), berpendidikan ≤ SLTP kebawah (57,5%) sebagian besar ibu tidak bekerja (60 %), Ibu hamil Risti (42,5%), ANC ≤2 kali (52,5%), Riwayat Hipertensi. (25%), Tidak terpapar informasi (55%) . Ada hubungan antara usia ibu dengan pengetahuan (OR 19), ada hubungan antara antara pendidikan ibu dengan pengetahuan (OR,25), ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pengetahuan tentang HDK (OR,33), ada hubungan antara riwayat ANC dengan pengetahuan tentang HDK. ada hubungan antara keterpaparan informasi dengan HDK (OR 54%), Tidak ada hubungan antara Gravida, Riwayat hipertensi dengan pengetahuan ibu hamil tentang HDK Dapat disimpulkan bahwa dari hasil penelitian terdapat hubungan antara usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu , riwayat ANC, keterpaparan informasi dengan pengetahuan tentang HDK, sedangkan gravida dan riwayat hipertensi tidak berhubungan. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan pengetahuan Ibu hamil tentang HDK perlu menyermati faktor-faktor tersebut.Untuk puskesmas dan Bidan desa di wilayah kerja puskesmas diharapkan dapat menyampaikan informasi tentang HDK di wilayah kerjanya melalui berbagai media baik secara formal maupun non formal, baik media elektronik maupun non elektronik.
HUBUNGAN TEMPAT SEKOLAH DENGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA PELAJAR SMA DI KABUPATEN LEBAK Suhartini Suhartini
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 1 No 2 (2014): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.232 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v1i2.135

Abstract

Diperkirakan seperlima dari penduduk dunia adalah remaja.Di negara wilayah Asia Tenggara proporsi penduduk remaja mencapai 18-25 %.Di Indonesia pengertian remaja adalah mereka yang berusia 10 hingga 19 tahun dan belum menikah. Data tentang pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja di propinsi Banten dapat diungkapkan dari hasil penelitian Farihah (2002) pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja di tiga SMUN di kota Serang ditemukan bahwa 3.3% berpengetahuan kurang baik, 21.3% berpengetahuan sedang dan 75 % berpengetahuan baik. Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja di kabupaten Lebak provinsi Banten belum diketahuiPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tempat sekolah dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja pada pelajar SMA. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi crossectional. Data yang diambil adalah data primer dengan menggunakan kuesioner dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2008. Hasil penelitian mendapatkanproporsi remaja SMA di kabupatenLebakyang berpengetahuan kurang baik dalam hal kesehatan reproduksi remaja(65.7%). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara tempat sekolah dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja OR 4.510 (CI 2.660-7.647) artinya pelajar SMA negeri memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang kesehatan reproduksi remaja 4.5 kali dibanding pelajar SMA di pondok pesantren. Untuk itu disarankan agar Sekolah Menengah Atas di kabupaten Lebak dapat membekali pelajar dengan pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) agar mereka memiliki pengetahuan yang benar tentang sistem, fungsi dan proses reproduksi manusia.
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN EKLAMPSIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD AJIDARMO KAB. LEBAK TAHUN 2013 Suhartini Suhartini
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 2 No 1 (2015): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36743/medikes.v2i1.140

Abstract

Angka kematian ibu dan bayi di negara berkembang seperti Indonesia masih cukup tinggi, dan salah satu penyebabnya adalah Pre Eklampsia-Eklampsia, selain sepsis dan perdarahan. Data Medical Record RSUD Ajidarmo tahun 2014 di gambarkan bahwa, ibu hamil dengan eklampsia yang dirawat ruangan rawat inap kebidanan tahun 2013 masih cukup tinggi yaitu ada 60 kasus eklampsia dan 1 kematian bayi (CFR 1,6%), namun faktor risiko yang menyebabkan kejadian eklampsia tersebut, sampai saat ini belum diketahui.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian eklampsia pada ibu bersalin yang dirawat di ruang kebidanan RSUD Adjidarmo tahun 2013 Metodologi penelitian ini dengan menggunakan desain kasus kontrol, dan populasi penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang terdata pada register rawat inap dan rekam medik RSUD Adjidarmo, tahun 2013, Sampel penelitian ini adalah 54 orang ibu bersalin dengan eklampsia dan 54 orang ibu dengan persalinan normal dengan perbandingan 1:1, Total sampel 108 orang. tehnik pengambilan sampel pada kasus yaitu seluruh kasus eklampsia yang memenuhi kriteria insklusi dan ekslusi, pada kelompok kontrol dengan systematic random sampling. Penelitian dilaksanakan sejak Agustus sampai dengan November 2014 Hasil penelitian Masih ditemukan 36.3 % ibu melahirkan dengan usia muda (<20 tahun) dan usia tua (>35 tahun), pendidikan SLTP kebawah (69.4%), melahirkan anak pertama (primi) sebesar 75.9%, (19,4%) dengan riwayat hipertensi, usia kehamilan ≥37 minggu (74,1%). Ada hubungan bermakna antara usia ibu dengan dengan kejadian eklampsia OR sebesar 5,3, dengan paritas OR 5,7, riwayat penyakit OR 2,6, usia kehamilan OR 0,2, dan tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian eklampsia. Dari hasil analisis faktor risiko eklampsia pada ibu bersalin di RSUD Adjidarmo , disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara usia ibu, paritas, riwayat penyakit sebelumnya dan usia kehamilan, namun pada penelitian ini faktor pendidikan tidak berhubungan, untuk itu dimohon agar RS dapat memberikan pelayanan dan penanganan terbaik kepada pasien eklampsia yang di rawat di RS Adjidarmo untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi melaului optimalisasi pelayanan dan peningkatan PKMRS terkait eklampsia di ruang rawat jalan/inap ibu dan bayi
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGETAHUAN KADER TENTANG DETEKSI DINI RISIKO TINGGI KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIKULUR TAHUN 2018 Suhartini Suhartini; Ahmad Ahmad
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 6 No 1 (2019): Mei
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (743.675 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v6i1.167

Abstract

SDGs, mentargetkan menurunkan Angka Kematian Ibu hingga dibawah 70 per 100.000 KH dan menurunkan Angka Kematian Neonatal menjadi 12 per 1000 KH..Data dari Dinas kesehatan Kabupaten Lebak diketahui bahwa jumlah kematian ibu tahun 2015 berjumlah 43 orang dan tahun 2016 38 orang dan tahun 2017 s/d Okober berjumlah 30 orang. Data Puskesmas Cikulur menunjukan terjadi peningkatan jumlah kematian ibu sejak tahun 2015 tidak ada kematian 2016 ada 1 (satu) kematian dan pada tahun 2017 dilaporkan sebanyak 2 (dua) kasus kematian Ibu. Dari data belum diketahui pengetahuan kader tentang deteksi dini risiko tinggi kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pegetahuan kader tentang deteksi dini risiko tinggi kehamilan di Puskesmas kecamatan cikulur kabupaten lebak Metodelogi penelitian ini menggnakan desain “croos sectional” populasi penelitian adalah Kader kesehatan di kecamatan cikulur dan jumlah sampel sebanyak 120 orang kader kesehatan di wilayah kerja puskesmas Cikulur. Tehnik pengambilan sampel dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan sampel, didapatkan sampel 120 orang di 34 posyandu. Masing-masing posyandu didata 3-4 orang kader. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan November 2018 Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Masih ditemukan (28,3%) Kader yang memiliki pengetahuan kurang tentang deteksi dini resiko tinggi kehamilan, (75,8%) Kader pendidikan terakhir ≤ SLTP., (70,8%) Kader belum pernah mengikuti pelatihan terkait Deteksi Risiko Tinggi kehamilan., Masih terdapat (15,8%) Kader yang lama menjadi kader nya ≤ 1 Tahun. Sebagian besar (84,2%) Kader menyatakan tidak memiliki pedoman deteksi dini resiko tinggi kehamilan, Hasil analis lanjut diketahui bahwa, Pengetahuan kader kurang tentang deteksi dini resiko tinggi kehamilan proporsinya lebih tinggi pada kelompok pendidikan kader ≤ SLTP (31,9%) , belum pernah mengikuti pelatihan kader (21,2%). kelompok <1 tahun menjadi kader (42,1%), kelompok tersedianya pedoman (42,1 %), dan Kader memperoleh sumber informasi informal (33,3%),namun hasil analisis lanjut dari beberapa variabel dinyatakan tidak menunjukkan hubungan yang antara pendidikan, pelatihan, lama menjadi kader, ketersediaan pedoman dan sumber informasi dengan pengetahuan tentang deteksi dini risiko tinggi kehamilan P.value > dari 0.05. Mengingat masih ditemukan kader yang berpengetahuan kurang dan belum terlatih, serta tidak memiliki petoman untu melakukan deteksi risiko tinggi kehamilan, maka disarankan kepada puskesmas untuk meningkatkan pelatihan, menyediakan pedoman, serta membuat brosur,leaflet, dan buku saku deteksi dini risiko tinggi kehamilan, mengembangkan model surveilans KIA berkoordinasi dengan dinas kesehatan maupun dosen pada kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat berikutnya
PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA SLTA DI RANGKASBITUNG TAHUN 2019 Suhartini Suhartini; Ahmad Ahmad
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 6 No 2 (2019): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36743/medikes.v6i2.180

Abstract

Merokok merupakan salah satu perilaku yang merugikan kesehatan, baik bagi dirinya maupun orang lain yang ada disekitar orang yang sedang merokok. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 menyebutkan prevalensi perokok usia 15 – 18 tahun masih sebesar 9,1 %, lebih tinggi dari target RPJM sebesar 5,4 %, serta meningkat dari hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 yang hanya sebesar 7,2%, Sekolah sebagai salah satu tempat strategis dalam membentuk perilaku para siswanya untuk tidak merokok,. Salah satu penciptaan kondisi lingkungan yang memungkinkan siswa untuk tidak merokok tersebut adalah dengan diberlakukannya lingkungan sekolah sebagai Kawasan tanpa asap Rokok (KTR). Penelitian ini bertujuan diketahuinya pengaruh implementasi kebijakan Kawasan Tanpa Rokok terhadap perilaku merokok siswa SLTA di Rangkasbitung tahun 2019 Penelitian dilaksanakan di dua Sekolah Menengah Atas (SMA) di wilayah Kota Rangkasbitung Kabupaten Lebak, yakni SMA Negeri III Rangkasbitung dan SMA Negeri I Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak. Desain penelitian yang digunakan adalah crosessctonal study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki kelas XI di dua SMAN di Rangkasbitung yang berjumlah 164 orang, sedangkan sampel penelitian sebanyak 114 siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa Perilaku merokok siswa di sekolah yang belum memiliki kebijakan Kawasan Tanpa Rokok proporsinya lebih tinggi (57,9 %) dibanding siswa di sekolah yang memiliki kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (36,1 %). Perilaku merokok proporsinya hampir sama terjadi pada siswa yang memiliki pengetahuan kurang dengan siswa yang memiliki pengetahuan yang baik tentang rokok, Tidak ada hubungan antara pengetahuan siswa dengan perilaku merokok siswa.. Perilaku merokok proporsinya lebih tinggi terjadi pada siswa yang memiliki sikap positip tentang rokok (90,9%) dibanding siswa yang memiliki sikap negative (33,7%)., Ada hubungan antara keberadaan kebijakan KTR di sekolah dengan perilaku merokok dengan nilai OR= 19,677 yang berarti bahwa sikap yang memiliki sikap positif tentang rokok memiliki peluang 19,677 kali untuk merokok dibanding siswa yang memiliki sikap negative tentang rokok. Perlunya siswa lebih memahami tentang bahaya rokok bagi kesehatan, melalui berbagai sumber belajar baik buku, media online, tenaga kesehatan maupun guru sehingga pengetahuan tentang bahaya rokok bagi kesehatan akan lebih utuh dan lengkap
ANALISIS FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG COVID-19 DI PROVINSI BANTEN TAHUN 2020 Ahmad Ahmad; Suhartini Suhartini
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 8 No 2 (2021): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36743/medikes.v8i2.315

Abstract

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is a contagious disease caused by Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). This is a new type of coronavirus that has never been previously identified in humans. The COVID-19 cases in various province in Indonesia has increased significantly. Based on the data from Banten Provincial Public Health Office, as of July 25, 2020, there were 10.456 cases of ODP (people under monitoring), 3.364 cases of PDP (patient under surveillance), 1.244 positive cases, and 98 deaths. This study aims to determine the factors that influence family knowledge about COVID-19 in Banten Province, 2020. The research design is cross-sectional with a population of people who are respondents in integrated PKL (field work training) activities. The data used is secondary data from the result of integrated PKL students on 302 respondents. The research sample is 178 with criteria; the respondents live in Banten Province, the data analysis was carried out using univariate and bivariate. The results showed that the proportion of respondents who had a good level of knowledge about COVID-19 was slightly higher (59,6%) compared to respondents who had less knowledge of COVID-19 (40,4%). Most of the respondents are >30 years old (83,3%), have low education (68%), female (83,3%), and live in the district (82%). The knowledge about COVID-19 was highly obtained from non-health workers (64%), more than half of the respondents lived in the green zone (61,2%), while a small proportion of the respondents lived in the red zone (27%). The results also show that there is a significant relation between education and family knowledge about COVID-19 with OR value 10,2. There is also relation between sources of information and family knowledge about COVID-19 with OR value 34,2. However, there is no relation between ages, gender, and places where they lived, with family knowledge about COVID-19. Sosialization and education on preventing COVID-19 with 3 messages (wearing mask, washing hands with soap, and keeping the distance) need to be carried out through various media such as brochures, leaflets, posters, banners, and any other media.