Berliani Ardha, Berliani
Universitas Mercu Buana

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Intercultural communication competence: A case study of international students' intercultural intelligence in Malaysia Mardhiyyah - Mardhiyyah; Mohd. Amirul Hafidz Ahmat; Berliani Ardha; Al-Mansor Bin Abu Said
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi Vol 8, No 1 (2022): Accredited by Kemenristekdikti RI SK No. 36/E/KPT/2019
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30813/bricolage.v8i1.2542

Abstract

The experience of everyday intercultural communication events and encounters will always shape one's intercultural communication perspective. This perspective is also fully interwoven in our deeply held beliefs and values, which guide our thoughts and actions both within and across cultural boundaries, as well as our understandings of the other cultures we encounter. Therefore, it is a must to have intercultural communication competence in crossing these cultural differences. This study aims to develop Intercultural Communication Competence: a Case Study on Intercultural Intelligence of International students in Melaka, Malaysia. Using the concept of Intercultural Communication Competence, this study investigates studies related to the intercultural communication competence of international students in Melaka, Malaysia. The paradigm used in this study is constructivism. This study uses a qualitative method with a single case study design and data collection techniques with interviews and documentation studies. The subjects of this research are international students studying in Malaysia. Miles and Huberman’s data analysis technique was used in this study, which includes three activities, namely data reduction, data presentation, and conclusion drawing (verification). The findings of this study provide a description of international students' intercultural communication competence as evidenced by their attitudes, skills, knowledge, and behavior in accepting a culture other than their own. They have a strong desire to be able to adapt to a new culture, even though they are frequently hampered by language differences and stereotypes during the adaptation process.Keywords:  Intercultural, communication, competence, foreign  student
SOCIAL MEDIA SEBAGAI MEDIA KAMPANYE PARTAI POLITIK 2014 DI INDONESIA Berliani Ardha
Jurnal Visi Komunikasi Vol 13, No 1 (2014): May 2014
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.379 KB) | DOI: 10.22441/visikom.v13i1.383

Abstract

Abstrak , Kekuatan media sosial untuk mempengaruhi masyarakat didasarkan secara eksklusifpada aspek sosialnya: ini berarti interaksi dan partisipasi yang bisa dilakukan melalui kampanye.Kampanye pada dasarnya adalah penyampaian pesan –pesan dari pengirim kepada khalayak.Dengan berkembangnya teknologi internet dan banyak penduduk di Indonesia menggunakaninternet serta mempunyai media sosial seperti facebook, twitter, blog dan youtube. Indonesiamenempati urutan kedelapan di seluruh dunia. Layanan jaringan media sosial yang khas bisaberbagi konten, komunitas web, dan forum internet media sosial dari alat dan komunitas yangberbeda. Penggunaan media sosial itu harus direncanakan, dikomunikasikan dan di programuntuk meningkatkan kredibilitas partai. komunikasi organisasi adalah pertimbangan yang pentinguntuk memastikan cukup interaksi dalam platform media sosial. Dapat disimpulkan bahwa mediasosial telah memainkan dan akan terus memainkan peran penting dalam kampanye politik politik2014. Sejauh penggunaan masa depan media sosial melalui platform seperti Facebook , Twitter ,dan Youtube , kandidat politik akan terus berinteraksi dengan pendukung dan menerimadukungan dalam bentuk sumbangan dan relawan.
Analisis Komunitas Virtual Brand Tory Burch Lovers Indonesia Di Facebook Dalam Proses Keputusan Pembelian Tas Berliani Ardha; Dahlia Ardhana R
GANDIWA Jurnal Komunikasi Vol 2, No 2 (2022): Gandiwa Jurnal Komunikasi
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30998/g.v2i2.1223

Abstract

Tory Burch resmi membuka butik kelimanya di Plaza Indonesia. Berada di Level 1 mal termewah di Jakarta pada 24-27 November 2021. Brand asal Amerika Tory Burch banyak diminati oleh konsumen tas mewah di Indonesia dan maraknya penipuan online shop maka muncullah komunitas-komunitas virtual yang mana banyak mengkhususkan pada brand tertentu, seperti Komunitas Tory Burch, Brand Coach, Michael Korrs, Kate Spade dan lainnya. Fungsi sosial komunitas virtual, masalah besar komunitas virtual lainnya adalah potensi komersialnya. Bahkan diskusi tentang potensi komersial komunitas virtual dimulai sedini diskusi tentang fungsi komunitas virtual. Perkembangan teknologi yang pesat hingga mendorong pemasaran berjalan lebih efektif, serta kemunculan internet menyebabkan perubahan perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian, Online Customer Review terdiri dari 3 dimensi yaitu:  Kredibel, keahlian dan menyenangkan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan pendekatan deksiptif yaitu penelitian yang memberikan gambaran kepada pembaca dan mengungkapkan suatu masalah, keadaan, peristiwa, dan bagaimana adanya mengungkapkan fakta secara detail. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Harga murah merupakan daya tarik utama para calon pembeli yang membeli secara online berharap mendapatkan harga terbaik dan barang yang asli banyak juga yang menjadi korban penipuan tas palsu. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya pajak masuk produk impor khusus nya yang berkatagori barang mewah cukup besar perbandingan harga nya dengan harga yang dijual dari negara asal merek Tory Burch yaitu Amerika Serikat.
Pola Perilaku Konsumen Di Era Digital Melaui Media Sosial Instagram Terhadap Fashion Luxury Brand Berliani Ardha
Marcommers : Jurnal Marketing Communication and Advertising Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/marcommers.v14i1.3042

Abstract

Tak luput dari tren, Indonesia pun memiliki ekosistem produk fesyen mewah yang solid. Preferensi konsumennya pun bergeser. Kalau dulu banyak orang Indonesia memburu barang bermerek preloved(bekas), kini mereka semakin mampu membeli yang baru. Permintaan akan barang baru dari merek prestisius (blue-chip brands) meroket dari tahun ke tahun, khususnya di tataran e-commerce. Tahun lalu, total transaksi barang branded naik 37% dibandingkan periode sebelumnya, sedangkan total pembelanjaannya melesat 50%. Tren konsumsi barang-barang bermerek dengan harga fantastis itu terungkap dalam laporan Asia Luxury Index 2016 yang dilansir Reebonz, situs belanja online terbesar di Asia khusus untuk segmen produk fesyen prestisiusPerilaku konsumen berkaitan dengan komunikasi pemasaran karena dengan menganalisis perilaku konsumen maka diketahui informasi mengenai bagaimana konsumen mengambil keputusan dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa. Informasi tersebut diperlukan dalam mencari factor-faktor penyebab seorang konsumen membeli atau tidak jadi membeli dengan memperhatikan adanya perbedaan harapan dan kebutuhan konsumen.Dengan definisi kamus sederhana, kata "mewah" sering mengacu pada sesuatu yang dianggap lebih bersifat indulgensi daripada sebuah kebutuhan, sesuatu yang diinginkan yang memberikan kesenangan dan kenyamanan namun sulit didapat dan seringkali mahal (TheFreeDictionary.com, n.d.). Untuk menguraikan definisi ini, ahli kemewahan Kapferer dan Bastien (2012) menyiratkan bahwa konsep kemewahan berkaitan dengan "pengalaman atau produk hedonistik yang dibuat dengan harapan" yang dihargai secara signifikan lebih tinggi daripada nilai fungsional yang akan disarankan, dan bahwa distribusi barang sengaja dibatasi untuk mempertahankan citra eksklusif. Oleh karena itu, memiliki produk mewah yang diinginkan oleh orang lain membuat konsumen merasa istimewa, dan bertindak sebagai alat pembedaan sosial dan komunikasi status.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan pendekatan deksiptif yaitu penelitian yang memberikan gambaran kepada pembaca dan mengungkapkan suatu masalah, keadaan, peristiwa, dan bagaimana adanya mengungkapkan fakta secara detail. Sedangkan, menurut Bagdan & taylor (dalam Moleong, 2002), yang dimaksud penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.