Dwiana Sulistyanti
Faculty of Medicine Universitas Mulawarman Samarinda

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Patofisiologi dan Penanganan Kardiomiopati Peripartum Dwiana Sulistyanti; Bambang Suryono
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 2 No 2 (2019): September
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v2i2.16

Abstract

Kardiomiopati peripartum adalah salah satu penyebab dari kardiomiopati dilatasi yang timbul pada waktu akhir trimester tiga kehamilan sampai 5 bulan kelahiran. Tanda karakteristik kardiomiopati peripatum adalah berkurangnya fraksi ejeksi ventrikel kiri dan berhubungan dengan gagal jantung kongesti, yang dapat meningkatkan resiko aritmia, tromboemboli dan henti jantung mendadak. Pengertian mendalam tentang fisiologi selama kehamilan dan patofisiologi penyakit jantung pada ibu sangat penting untuk dokter anestesi, dokter kandungan dan dokter jantung yang terlibat pada penanganan pasien PPCM selama periode kehamilan dan persalinan (perawatan peripartum). Penatalaksanaan kardiomiopati peripartum sebagian besar bersifat suportif. Tujuan terapi pada pasien dengan kardiomiopati peripartum adalah optimalisasi hemodinamik, mengoptimalkan preload, menurunkan afterload dan meningkatkan kontraktilitas. Keputusan jenis persalinan pasien dengan kardiomiopati peripartum harus dibuat berdasarkan indikasi obstetri. Pilihan tehnik anestesi yang akan digunakan disesuaikan dengan kondisi klinis ibu pada saat itu dengan memperhatikan efek obat terhadap ibu maupun janin. Baik tehnik anestesi umum maupun tehnik anestesi regional dapat digunakan untuk parturien dengan kardiomiopati peripartum. Pathophysiology and Management of Peripartum Cardiomyopathy Abstract Peripartum cardiomyopathy (PPCM) is a number of cause of dilated cardiomyopathy which occured during the end third trimester of pregnancy until the fifth months of birth. The characteristic sign of peripartum cardiomyopathy is reduced the ejection fraction of left ventricle and associated to congestive heart failure, increased risk of arrhythmia, thromboemboli and sudden cardiac arrest. A comprehensive understanding of the physiology of pregnancy and pathophysiology of maternal cardiac disease is importance for anesthesiologist, gynecologists and cardiologists involved in peripartum care in patients with peripartum cardiomyopathy during the pregnancy and childbirth periods. Management of peripartum cardiomyopathy is mostly supportive therapy. The goal of therapy in patients with peripartum cardiomyopathy is hemodynamic optimization, such as maintaining preload, reducing afterload and improving contractility. Decision of the mode of delivery of patient with peripartum cardiomyopathy hould be based on obstetric indication. The choice of anesthesia technique should consider the current clinical condition of parturient and the effect of the drug for the mother and fetus. Both general anesthesia and regional anesthesia techniques can be an option for parturients with peripartum cardiomyopathy.
Diagnosis dan Tatalaksana Emboli Air Ketuban Dwiana Sulistyanti; Yusmein Uyun
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 3 No 2 (2020): September
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v3i2.38

Abstract

Emboli air ketuban merupakan sindrom katastrofik yang terjadi selama kehamilan dan persalinan atau segera setelah melahirkan. Emboli air ketuban adalah peristiwa masuknya air ketuban yang mengandung sel-sel janin dan material debris lainnya ke dalam sirkulasi maternal yang menyebabkan kolaps kardiorespirasi. Patofisiologinya sampai saat ini belum jelas. Ada tiga faktor utama yang menyebabkan masuknya air ketuban kedalam sirkulasi ibu yaitu robekan amnion dan korion, terbukanya vena ibu baik melalui vena-vena endoserviks, sinus venosus subplasenta atau akibat laserasi segmen bawah rahim serta adanya tekanan yang mendesak masuknya air ketuban kedalam sirkulasi ibu. Gambaran klinisnya sesak yang tiba-tiba, gagal nafas dan hipotensi yang diikuti oleh kolaps kardiovaskuler, DIC dan kematian. Emboli air ketuban mempunyai angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Pengenalan dini dan diagnosis emboli air ketuban sangat penting untuk meningkatkan angka harapan hidup maternal maupun janin. Penatalaksanaan emboli air ketuban bersifat non spesifik dan suportif, yaitu meningkatkan oksigenasi, memperbaiki sirkulasi, dan memperbaiki koagulopati diikuti dengan prinsip-prinsip basic life support dan advanced life support, dengan fokus utama yaitu stabilisasi kardiopulmonal maternal secara cepat. Tujuan utama yang paling penting adalah mencegah bertambah beratnya hipoksia dan gagal organ yang lebih lanjut. Resusitasi cepat sangat diperlukan tergantung pada keadaan klinis pasien. Pasien dengan emboli air ketuban mempunyai prognosis yang sangat jelek. Sampai saat ini, sindroma ini tidak dapat diprediksikan atau dicegah. Dengan diagnosis awal yang baik, resusitasi cepat dan pendekatan multidisiplin yang baik akan meningkatkan prognosis, memperbaiki mortalitas dan morbiditas maternal maupun fetal. Diagnostic and Management of Amniotic Fluid Embolism Abstract Amniotic fluid embolism (AFE) is a catastrophic syndrome that occurs during pregnancy and childbirth or immediately after delivery. Amniotic fluid embolism is an event when amniotic fluid containing fetal cells and other debris enter the maternal circulation, which causes cardiorespiratory collapse. The pathophysiology is not yet clear. There are three main factors that cause the entry of amniotic fluid into the mother's circulation, i.e. tearing of the amnion and chorion, an opening of the maternal veins either through the endocervical veins, subplacental venous sinuses or due to laceration of the lower uterine segment and the pressure that forces the entry of amniotic water into the mother's circulation. The clinical features are sudden onset of breathlessness, respiratory failure and hypotension followed by cardiovascular collapse, DIC and death. Amniotic fluid embolism has high morbidity and mortality rates. Early recognition and diagnosis of amniotic embolism are very important to increase the life expectancy of both the maternal and the fetus. Management of amniotic fluid embolism is non-specific and supportive, namely increasing oxygenation, improving circulation, and improving coagulopathy followed by the principles of basic life support and advanced life support, with the main focus of rapid maternal cardiopulmonary stabilization. The main and most important goal is to prevent further progression of hypoxia and organ failure. Rapid resuscitation is necessary, depending on the clinical condition of the patient. Patients with amniotic fluid embolism have a very poor prognosis. Until recently, this syndrome could not be predicted or prevented. With a good initial diagnosis, rapid resuscitation and a good multidisciplinary approach will improve prognosis, improve maternal and fetal mortality and morbidity.
Open Lung Recruitment untuk Pasien Udem Paru Akut Pasca Operasi Sesar Dwiana Sulistyanti; Yusmein Uyun
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 3 No 1 (2020): Maret
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v3i1.39

Abstract

Udem paru akut pada wanita hamil merupakan kejadian yang jarang tetapi merupakan kejadian yang dapat mengancam jiwa. Meskipun merupakan kejadian yang jarang terjadi tetapi berhubungan dengan meningkatnya resiko pada ibu juga meningkatkan morbiditas dan mortalitas janin. Beberapa faktor resiko yang diidentifikasikan dapat menyebabkan udem paru: preeklamsi atau eklamsi, infeksi yang berat, penggunaan obat tokolitik, kelebihan cairan dan kehamilan ganda. Selain itu, perubahan fisiologi yang berhubungan dengan kehamilan mungkin bisa menjadi penyebab udem paru pada wanita hamil. Ventilasi mekanik efektif meningkatkan kandungan oksigen dan menurunkan trauma pada paru. Open lung recruitment dapat meningkatkan oksigenasi pada pasien dengan udem paru akut, dapat menurunkan indeks cairan ekstravaskuler paru, meningkatkan pengembangan paru dan menurunkan tekanan pada jalan nafas. Laporan kasus ini menjelaskan tentang penanganan udem paru akut pada wanita muda pasca operasi sesar atas indikasi preeklamsi, dimana dilakukan open lung recruitment saat pasien dirawat di ruang ICU, pasien dirawat selama hampir 2 minggu dan pulang dalam keadaan baik. Open Lung Recruitment for Patient Acute Pulmonary Edema Post Caesarean Section Abstract Acute pulmonary edema in pregnant women is a rare but life-threatening event. Although it is a rare event, but it is associated with an increased risk for the mother as well as increasinh fetal morbidity and mortality. Several indentified risk factors can cause pulmonary edema : preeclampsia or eclamsia, severe infections, use of tocolytic drugs, fluid overload, and multiple pregnancies. In adition, physiological changes related to pregnancy may be a cause of pulmonary edema in pregnant women. Mechanical ventilation effectively increases oxygen content and reduces trauma to the lungs. Open lung recruitment can increase oxygenation in patient with acute pulmonary edema, can reduce the pulmonary extravascular fluid index, increase lung development, and reduce pressure on the airway. This case report describes the management of acute pulmonary edema in young women post-operative cesarean section for indications of preeclampsia, where open lung recruitment is performed when the patient is treatedin the ICU, the patient is treated for almost two weeks and return home in good condition.
Anestesi untuk Seksio Sesarea pada Pasien dengan Ventrikel Septal Defek Dwiana Sulistyanti; Yusmein Uyun
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 4 No 1 (2021): Maret
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v4i1.58

Abstract

Pasien hamil yang memiliki penyakit jantung kongenital merupakan tantangan untuk dokter kandungan dan dokter anestesi ketika pasien akan menjalani operasi sesarea mergensi. Dalam penanganan pasien hamil yang beresiko tinggi dibutuhkan pemahaman yang baik tentang perubahan hemodinamik saat kehamilan, dan efek perubahan tersebut terhadap pasien dan fisiologi jantung abnormal. Penyakit jantung kongenital merupakan penyebab paling banyak masalah jantung pada pasien hamil tetapi pasien dengan defek yang tidak dikoreksi merupakan kasus yang jarang pada bagian kandungan. Pada populasi dewasa, lesi jantung kongenital kronik yang tidak diperbaiki merupakan situasi yang sulit bagi dokter anestesi karena tingginya resiko anestesi obstetrik. Laporan kasus ini menjelaskan tentang keberhasilan operasi sesar pada pasien penyakit jantung kongenital dalam kondisi emergensi. Wanita umur 28 tahun, G1P0A0 dengan umur kehamilan 38–39 minggu datang ke rumah sakit untuk melahirkan. Wanita ini memiliki riwayat penyakit jantung kongenital ventrikel septal defek (VSD). Kemudian dilakukan operasi sesar dengan anestesi umum dengan gas inhalasi dan obat intravena. Cefotaxim dan gentamisin diberikan untuk propilaksis endokarditis bakteri. Bayi lahir dengan skor APGAR 8 setelah menit ke 5. Pasca operasi pasien dibawa ke ruang ICU untuk monitoring ketat tanda vital dan perawatan pasca operasi. Laporan kasus ini menjelaskan tentang kondisi pasien pre-operasi, intra-operasi dan pasca-operasi. Anesthesia for a Cesarean Section in a Patient with Ventricular Septal Defect AbstractPregnant patient with congenital heart disease (CHD) make for a unique challenge to the obstetrician and anesthesiologist, when the patient has to undergo emergency cesarean section. Managing high-risk parturient requires a thorough understanding of the hemodynamic changes of pregnancy, its effect on the patient and physiology of the abnormal heart. CHD is becoming the most common source of cardiac problem in pregnant patient but non-corrected cardiac defect patient are rare cases in the obstetric departement. In adult population, chronic non-palliated congenital heart lession present new difficult situation for the anesthesiologist working with high-risk obstetric anesthesia. This case report makes a successful cesarean section in a CHD patient in emergency condition. A 28 year old female, gravida 1 at 38-39 weeks gestation age admitted to our hospital for delivery. She had a history of CHD with ventricular septal defect. She was prepared for cesarean section under general anesthesia with inhaled and intravenous anesthetic agents. Cefotaxim and gentamicin were administered for prophylaxis against bacterial endocarditis. The newborn was delivered quickly with APGAR score 8 after 5 minutes. Postoperatively, the patient was admitted to the intensive care unit (ICU) for close monitoring of vital signs and post-operative care. The case report will include details in pre-operative, intra-operative and post-operative outcome of the patient.