Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Panjang Vertebra dan Indeks Massa Tubuh sebagai Prediktor Hipotensi Pasca Anestesi Spinal untuk Seksio Sesarea Angga Aditya Wirawan; Yusmein Uyun; Ratih Kumala Fajar Apsari; Sudadi Sudadi; Mahmud Mahmud
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 5 No 1 (2022): Maret
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v5i1.90

Abstract

Latar Belakang: Hipotensi sering terjadi pada anestesi neuraksial yang dapat menyebabkan gangguan perfusi uteroplasenta, hipoksia fetus, asidosis, dan cedera neonatus. Hipotensi berat dapat menyebabkan penurunan kesadaran, aspirasi pulmonal, henti napas, hingga henti jantung. Panjang vertebra dan indeks massa tubuh dapat menjadi prediktor hipotensi pasca anestesi spinal pada seksio sesarea (SC) karena ada penelitian yang mendapatkan hubungan panjang vertebra dan indeks massa tubuh dengan ketinggian blok sensorik dan pemberian vasopressor.Tujuan: Untuk mengetahui peran panjang vertebra dan indeks massa tubuh sebagai prediktor kejadian hipotensi pasca anestesi spinal pada SC.Subjek dan Metode: Penelitian observasional prospektif dengan desain cross sectional pada 72 ibu hamil status fisik ASA 1 dan 2 yang akan dilakukan SC dengan anestesi spinal. Hipotensi didefinisikan sebagai penurunan tekanan darah sistolik >20% dari pengukuran awal setelah dilakukan anestesi spinal sampai menit ke 20.Hasil: Panjang vertebra tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik (p=0,076), sedangkan indeks massa tubuh menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik (p=0,0001).
Scalp block untuk Kraniotomi dan Penanganan Nyeri Membandel Pasca Kraniotomi Sri Rahardjo; Mahmud Mahmud
Jurnal Neuroanestesi Indonesia Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : https://snacc.org/wp-content/uploads/2019/fall/Intl-news3.html

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2580.341 KB) | DOI: 10.24244/jni.v9i1.255

Abstract

Pemberian anestesi lokal dari saraf kulit kepala disebut sebagai “Scalp block”. Teknik ini telah diperkenalkan beberapa abad lalu, sempat tidak popular kemudian popular kembali pada era anestesi modern dalam manajemen anestesi intra operatif dan post operatif. Indonesia telah memasuki era pelayanan kesehatan dengan universal health coverage melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), menyebabkan pemberi layanan anestesi harus familiar dengan prinsip dasar ekonomi medis dan ikut berperan aktif dalam mengendalikan biaya untuk tata kelola anestesi. Pelayanan anestesi memiliki banyak kesempatan mengendalikan biaya, tentu saja dengan tetap menjaga keseimbangan antara keselamatan dan pembiayaan pasien. “Scalp block” adalah salah satu teknik pilihan yang dapat dikombinasikan dengan pembiusan umum. Disini akan ditinjau penggunaan “Scalp block” untuk operasi kraniotomi dan penanganan nyeri membandel pasca kraniotomi dengan dasar anatomi, evolusi histori, teknik yang berkembang saat ini, potensi keuntungan dan kekurangannya. Kami mendukung penggunaan teknik ini untuk penggunaan secara luas pada masa depan “Scalp Block” for Craniotomy and Intractable Pain Management Post CraniotomyAbstract Using local anesthesia of the nerves of the scalp is referred as ‘‘scalp block.’’ This technique was introduced more than a century ago, but has undergone a modern rebirth in intraoperatif and postoperative anesthetic management. Indonesia has entered the era of health services which universal health coverage BPJS (Heath Social Organizing Agency), this causes the provider to be familiar with the basic principles of medical economics and participate actively in controlling costs for anesthesia service. Providers of anesthesia services have many opportunities to reduce these costs, with the aim of maintaining balance between profit, patient safety and costs. Scalp block is an alternative option that can be combined with general anesthesia. Here, we review the use of ‘‘scalp block’’ during craniotomy and refractory post craniotomy pain with its anatomic basis, historical evolution, current technique, potential advantages, and pitfalls. We also address its current and potential future applications