Boniran Boniran
STAB Maha Prajna Jakarta

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KAJIAN MANTRA DA BEI ZHOU UNTUK MENUMBUHKAN KEYAKINAN DALAM DIRI UMAT BUDDHA Boniran Boniran; Wahyu Diono; Suparman Suparman; Winja Kumari
Jurnal Pendidikan Buddha dan Isu Sosial Kontemporer (JPBISK) Vol 2 No 2 (2020): Desember
Publisher : STAB Bodhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mantra Da Bei Zhou merupakan salah satu mantra yang populer di kalangan Buddhis khususnya sekte Mahayana yang selalu melafalkan mantra ini pada saat Ce It dan Cap Go. Hal ini dilakukan oleh umat Buddha Mahayana khususnya dengan tujuan memperoleh keberkahan, kesehatan serta selalu mendapat perlindungan dari para dewa, agar terhindar dari mara bahaya. Praktik melafal mantra “Maha Karuna Darani” dapat dilakukan dengan membuat jadwal tetapdan harus dipraktikkannya secara konsisten. Sudah menjadi pemandangan umum bahwa ada praktisi yang menetapkan jadwal sehari melafal sebanyak 3x, 7x, 21x, 49x bahkan 108x melafal mantra Da Bei Zhou. Jika tidak dapat melakukannya secara penuh pada hari tersebut, maka dia harus memupuknya kembali pada hari berikutnya. Hal ini bertujuan untuk melatih ketekunan dan mengokohkan keyakinan serta tekad dalam diri masing-masing. Di dalam Mantra Da Bei Zhou juga dijelaskan beberapa Ikrar Agung dari Avalokitesvara Bodhisattva salah satunya yaitu tidak akan merealisasikan Kebuddhaan sebelum semua makhluk di samsara menyebrang ke pantai seberang dan bahagia. Kekuatan Mantra memang tidak tampak, namun jika diyakini dengan tulus maka mantra tersebut akan memberikan kekuatan yang luar biasa dan tidak dapat dijangkau dengan akal dan pikiran manusia. Kekuatan mantra dapat menghindarkan berbagai bencana dan malapetaka, juga penyakit dan derita, dapat pula mengubah nasib yang buruk menjadi baik sesuai dengan jalan kebenaran.
PERAN ILMU PENGETAHUAN AGAMA BUDDHA DALAM KONSTRUKSI ETIKA SOSIAL DAN SPIRTUAL MASYARAKAT Tejo Ismoyo; Lisniasari Lisniasari; Boniran Boniran
Jurnal Pendidikan Buddha dan Isu Sosial Kontemporer (JPBISK) Vol 3 No 2 (2021): Desember
Publisher : STAB Bodhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Agama mengajarkan dan membimbing pemeluknya dalam melakukan prosesi atau upacara keagamaan, khususnya dalam menghormati jiwa dan hati manusia dalam rangka mengenal Tuhan, suatu proses yang sering dikaitkan dengan proses pembentukan spiritual. Spiritualitas, spiritualitas, dan spiritualisme sendiri mengacu pada kata Spirit atau Spirius yang berarti nafas. Nilai dari spritualitas adalah keyakinan, norma dan etika yang dihormati. Transendensi dan sebuah pengalaman, kesadaran dan kesadaran akan dimensi transenden kehidupan tentang diri sendiri.Menghubungkan berarti membangkitkan kesadaran akan hubungan antara diri kita dengan orang lain dan antara Tuhan dan jiwa manusianya. Setiap agama memberikan doktrin kebenaran yang tidak dapat diubah oleh manusia. Agama menganggap wahyu itu mutlak, tetapi bisa dimaknai. Oleh karena itu, ketika agama bersinggungan dengan etika, tidak mungkin mengubah ajaran agama secara absolut, tetapi secara absolut, etika memiliki peran melindungi pelaku, bukan untuk bias. Dengan rasionalitas etis, agama dapat dipahami dalam konteks (Teichman, 2003: 3) Etika tidak dapat menggantikan agama.Agama adalah hal yang tepat untuk memberikan bimbingan moral. Religius menemukan orientasi fundamental kehidupan dalam agamanya. Religius mengharapkan ajaran agamanya rasional. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dari sumber literatur yang mendukung data penulisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agama Buddha menerapkan berbagai ajaran untuk membentuk konstruksi etika sosial spiritualitas bagi masyarakat.
BENCANA COVID-19 DALAM PERSEPSI BUDDHIS Boniran Boniran; Wahyu Diono; Nuriani Nuriani
Jurnal Pendidikan Buddha dan Isu Sosial Kontemporer (JPBISK) Vol 3 No 2 (2021): Desember
Publisher : STAB Bodhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Covid-19 merupakan bencana non alam yang terjadi sekarang ini tepatnya pada awal tahun 2020, Covid-19 merupakan bencana non alam yang disebabkan oleh virus corona atau savere acute respiratory syndrome corona virus 2 (SARS-CoV-2) virus yang menyerang sistem pernapasan. Seiring perkembangan zaman yang modern seperti sekarang ini, karena masih banyak manusia yang berlebihan mengkonsumsi hewan liar dan kurangnya memahami hukum sebab akibat, sehingga menyebabkan munculnya virus baru, masalah yang sedang terjadi sekarang ini yaitu virus corona. Awal mula munculnya virus corona ini berasal dari kota Wuhan, Tiongkok penyebarannya virus tersebut diduga melalui mengkonsumsi daging kelelawar. Dalam buddhisme kurangnya memahami hukum sebab-akibat juga merupakan salah satu penyebab munculnya virus ini, dalam pancasila buddhis yang pertama dijelaskan “Panatipata veramani sikkhapadam samadiyami” yang artinya: aku bertekad melatih diri untuk menghindari pembunuhan makhluk hidup. Jika kita melanggar sila yang pertama ini dalam kehidupan kita yang akan datang akan terlahir kembali dalam keadaan cacat, mempunyai wajah yang buruk, berbadan lemah dan berpenyakitan, dan berumur pendek. Maka dari itu membunuh bahkan memakan binatang liar merupakan tindakan yang tidak baik, karena bisa mengakibatkan dampak. Terutama pada kesehatan karena tidak tahu binatang liar yang dikonsumsi didalamnya mengandung virus atau bakteri yang berpengaruh terhadap kesehatan kita. Jadi bisa dikatakan memahami hukum sebab-akibat merupakan salah satu yang haru kita tanamkan karena kita bisa memahami mana yang benar dan salah saat kita akan melakukan sesuatu tindakan, sehingga bisa mendapatkan kebahagiaan. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan teori-teori yang ada didalam buku-buku, serta karya para praktis. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk paparan didalam pembahasan. Dengan adanya penelitian ini, hendaknya seseorang harus memahami hukum sebab-akibat dalam melakukan perbuatan. Dengan menyadari hal tersebut di atas, maka disini penulis mencoba untuk mengadakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan sumber-sumber tentang Covid-19 serta Covid-19 dalam Buddhisme dikatakan dalam bencana atau bukan. Sehingga diharapkan bisa terhindar dari virus Covid-19.
KAJIAN MANTRA DA BEI ZHOU UNTUK MENUMBUHKAN KEYAKINAN DALAM DIRI UMAT BUDDHA Boniran Boniran; Wahyu Diono; Suparman Suparman; Winja Kumari
Jurnal Pendidikan Buddha dan Isu Sosial Kontemporer (JPBISK) Vol 2 No 2 (2020): Desember
Publisher : STAB Bodhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mantra Da Bei Zhou merupakan salah satu mantra yang populer di kalangan Buddhis khususnya sekte Mahayana yang selalu melafalkan mantra ini pada saat Ce It dan Cap Go. Hal ini dilakukan oleh umat Buddha Mahayana khususnya dengan tujuan memperoleh keberkahan, kesehatan serta selalu mendapat perlindungan dari para dewa, agar terhindar dari mara bahaya. Praktik melafal mantra “Maha Karuna Darani” dapat dilakukan dengan membuat jadwal tetapdan harus dipraktikkannya secara konsisten. Sudah menjadi pemandangan umum bahwa ada praktisi yang menetapkan jadwal sehari melafal sebanyak 3x, 7x, 21x, 49x bahkan 108x melafal mantra Da Bei Zhou. Jika tidak dapat melakukannya secara penuh pada hari tersebut, maka dia harus memupuknya kembali pada hari berikutnya. Hal ini bertujuan untuk melatih ketekunan dan mengokohkan keyakinan serta tekad dalam diri masing-masing. Di dalam Mantra Da Bei Zhou juga dijelaskan beberapa Ikrar Agung dari Avalokitesvara Bodhisattva salah satunya yaitu tidak akan merealisasikan Kebuddhaan sebelum semua makhluk di samsara menyebrang ke pantai seberang dan bahagia. Kekuatan Mantra memang tidak tampak, namun jika diyakini dengan tulus maka mantra tersebut akan memberikan kekuatan yang luar biasa dan tidak dapat dijangkau dengan akal dan pikiran manusia. Kekuatan mantra dapat menghindarkan berbagai bencana dan malapetaka, juga penyakit dan derita, dapat pula mengubah nasib yang buruk menjadi baik sesuai dengan jalan kebenaran.
PERAN ILMU PENGETAHUAN AGAMA BUDDHA DALAM KONSTRUKSI ETIKA SOSIAL DAN SPIRTUAL MASYARAKAT Tejo Ismoyo; Lisniasari Lisniasari; Boniran Boniran
Jurnal Pendidikan Buddha dan Isu Sosial Kontemporer (JPBISK) Vol 3 No 2 (2021): Desember
Publisher : STAB Bodhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Agama mengajarkan dan membimbing pemeluknya dalam melakukan prosesi atau upacara keagamaan, khususnya dalam menghormati jiwa dan hati manusia dalam rangka mengenal Tuhan, suatu proses yang sering dikaitkan dengan proses pembentukan spiritual. Spiritualitas, spiritualitas, dan spiritualisme sendiri mengacu pada kata Spirit atau Spirius yang berarti nafas. Nilai dari spritualitas adalah keyakinan, norma dan etika yang dihormati. Transendensi dan sebuah pengalaman, kesadaran dan kesadaran akan dimensi transenden kehidupan tentang diri sendiri.Menghubungkan berarti membangkitkan kesadaran akan hubungan antara diri kita dengan orang lain dan antara Tuhan dan jiwa manusianya. Setiap agama memberikan doktrin kebenaran yang tidak dapat diubah oleh manusia. Agama menganggap wahyu itu mutlak, tetapi bisa dimaknai. Oleh karena itu, ketika agama bersinggungan dengan etika, tidak mungkin mengubah ajaran agama secara absolut, tetapi secara absolut, etika memiliki peran melindungi pelaku, bukan untuk bias. Dengan rasionalitas etis, agama dapat dipahami dalam konteks (Teichman, 2003: 3) Etika tidak dapat menggantikan agama.Agama adalah hal yang tepat untuk memberikan bimbingan moral. Religius menemukan orientasi fundamental kehidupan dalam agamanya. Religius mengharapkan ajaran agamanya rasional. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dari sumber literatur yang mendukung data penulisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agama Buddha menerapkan berbagai ajaran untuk membentuk konstruksi etika sosial spiritualitas bagi masyarakat.
BENCANA COVID-19 DALAM PERSEPSI BUDDHIS Boniran Boniran; Wahyu Diono; Nuriani Nuriani
Jurnal Pendidikan Buddha dan Isu Sosial Kontemporer (JPBISK) Vol 3 No 2 (2021): Desember
Publisher : STAB Bodhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Covid-19 merupakan bencana non alam yang terjadi sekarang ini tepatnya pada awal tahun 2020, Covid-19 merupakan bencana non alam yang disebabkan oleh virus corona atau savere acute respiratory syndrome corona virus 2 (SARS-CoV-2) virus yang menyerang sistem pernapasan. Seiring perkembangan zaman yang modern seperti sekarang ini, karena masih banyak manusia yang berlebihan mengkonsumsi hewan liar dan kurangnya memahami hukum sebab akibat, sehingga menyebabkan munculnya virus baru, masalah yang sedang terjadi sekarang ini yaitu virus corona. Awal mula munculnya virus corona ini berasal dari kota Wuhan, Tiongkok penyebarannya virus tersebut diduga melalui mengkonsumsi daging kelelawar. Dalam buddhisme kurangnya memahami hukum sebab-akibat juga merupakan salah satu penyebab munculnya virus ini, dalam pancasila buddhis yang pertama dijelaskan “Panatipata veramani sikkhapadam samadiyami” yang artinya: aku bertekad melatih diri untuk menghindari pembunuhan makhluk hidup. Jika kita melanggar sila yang pertama ini dalam kehidupan kita yang akan datang akan terlahir kembali dalam keadaan cacat, mempunyai wajah yang buruk, berbadan lemah dan berpenyakitan, dan berumur pendek. Maka dari itu membunuh bahkan memakan binatang liar merupakan tindakan yang tidak baik, karena bisa mengakibatkan dampak. Terutama pada kesehatan karena tidak tahu binatang liar yang dikonsumsi didalamnya mengandung virus atau bakteri yang berpengaruh terhadap kesehatan kita. Jadi bisa dikatakan memahami hukum sebab-akibat merupakan salah satu yang haru kita tanamkan karena kita bisa memahami mana yang benar dan salah saat kita akan melakukan sesuatu tindakan, sehingga bisa mendapatkan kebahagiaan. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan teori-teori yang ada didalam buku-buku, serta karya para praktis. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk paparan didalam pembahasan. Dengan adanya penelitian ini, hendaknya seseorang harus memahami hukum sebab-akibat dalam melakukan perbuatan. Dengan menyadari hal tersebut di atas, maka disini penulis mencoba untuk mengadakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan sumber-sumber tentang Covid-19 serta Covid-19 dalam Buddhisme dikatakan dalam bencana atau bukan. Sehingga diharapkan bisa terhindar dari virus Covid-19.
KONSEP CARA BERKORBAN YANG BENAR DALAM AGAMA BUDDHA MENURUT KUTADANTA SUTTA Boniran Boniran; Hendra Hendra
Jurnal Pendidikan Buddha dan Isu Sosial Kontemporer (JPBISK) Vol 4 No 2 (2022): Desember
Publisher : STAB Bodhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Upacara kurban masih menjadi ritual tersendiri bagi penganut kepercayaan tertentu. Diyakini bahwa dengan berkorban seseorang menemukan jalan yang mudah di dunia ini dan setelah kematian. Dengan kata lain, upacara kurban dilakukan untuk mendapatkan pahala. Pahala yang berasal dari kurban adalah untuk diri sendiri atau untuk kerabat yang meninggal. Dalam upacara kurban ini, hewan kurban biasanya disembelih. Agama Buddha juga memiliki ajaran tentang pengorbanan dan pengorbanan yang baik. Menurut umat Buddha, pengorbanan bukanlah pengorbanan yang melibatkan pembunuhan dan perusakan ekosistem. Namun, masih banyak umat Buddha yang belum memahami konsep pengorbanan dan cara yang tepat. Dalam Kūṭadanta Sutta, Digha Nikāya memberikan penjelasan yang menarik tentang persembahan Buddhis (D.I.127). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu. memeriksa literatur untuk buku dan majalah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya yang berkecimpung dalam bidang agama Buddha dan pedagogi keagamaan, yang akan dikembangkan sebagai bahan ajar tentang agama Buddha dan pedagogi keagamaan secara teori dan praktik.
KONSEP CARA BERKORBAN YANG BENAR DALAM AGAMA BUDDHA MENURUT KUTADANTA SUTTA Boniran Boniran; Hendra Hendra
Jurnal Pendidikan Buddha dan Isu Sosial Kontemporer (JPBISK) Vol 4 No 2 (2022): Desember
Publisher : STAB Bodhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Upacara kurban masih menjadi ritual tersendiri bagi penganut kepercayaan tertentu. Diyakini bahwa dengan berkorban seseorang menemukan jalan yang mudah di dunia ini dan setelah kematian. Dengan kata lain, upacara kurban dilakukan untuk mendapatkan pahala. Pahala yang berasal dari kurban adalah untuk diri sendiri atau untuk kerabat yang meninggal. Dalam upacara kurban ini, hewan kurban biasanya disembelih. Agama Buddha juga memiliki ajaran tentang pengorbanan dan pengorbanan yang baik. Menurut umat Buddha, pengorbanan bukanlah pengorbanan yang melibatkan pembunuhan dan perusakan ekosistem. Namun, masih banyak umat Buddha yang belum memahami konsep pengorbanan dan cara yang tepat. Dalam Kūṭadanta Sutta, Digha Nikāya memberikan penjelasan yang menarik tentang persembahan Buddhis (D.I.127). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu. memeriksa literatur untuk buku dan majalah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya yang berkecimpung dalam bidang agama Buddha dan pedagogi keagamaan, yang akan dikembangkan sebagai bahan ajar tentang agama Buddha dan pedagogi keagamaan secara teori dan praktik.
Kajian Mantra Da Bei Zhou untuk Menumbuhkan Keyakinan dalam Diri Umat Buddha Boniran Boniran
Jurnal Pelita Dharma Vol. 5 No. 2 Edisi Juni 2019
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Da Bei Zhou Mantra is one of the most popular mantras among Buddhists especially the Mahayana sect who always recite this mantra at Ce It and Cap Go. This is done by the Mahayana Buddhists especially with the aim of obtaining blessing, health and always getting protection from the gods, in order to avoid danger. The practice of reciting the mantra "Maha Karuna Darani" can be done by making a fixed schedule. and must be practiced consistently. It has become a common sight that there are practitioners who set a daily schedule to recite 3x, 7x, 21x, 49x and even 108x to recite the mantra of Maha Karuna Darani / Ta Pei Cou. If he cannot do it fully on that day, then he must cultivate it again the next day. It aims to practice perseverance and strengthen confidence and determination in each of us. In the Da Bei Zhou Mantra also explained some of the Great Pledges of the Avalokitesvara Bodhisattva, one of which is that they will not realize Buddhahood before all beings in samsara cross to the opposite shore and be happy. The power of the Mantra is not visible, but if it is believed sincerely, the mantra will provide extraordinary power and cannot be reached with the human mind and mind. The power of the spell can prevent various disasters and disasters, as well as illness and suffering, can also change bad luck into good in accordance with the path of truth.Mantra Da Bei Zhou merupakan salah satu mantra yang populer di kalangan Buddhis, khususnya sekte Mahayana yang selalu melafalkan mantra ini pada saat Ce It dan Cap Go. Hal ini dilakukan oleh umat Buddha Mahayana dengan tujuan memperoleh keberkahan, kesehatan serta selalu mendapat perlindungan dari para dewa, agar terhindar dari mara bahaya. Praktik melafal mantra Maha Karuna Darani dapat dilakukan dengan membuat jadwal tetap dan harus dipraktikkan secara konsisten. Sudah menjadi pemandangan umum bahwa ada praktisi yang menetapkan jadwal sehari melafal sebanyak 3, 7, 21,49, bahkan 108 kali melafal kembali mantra Maha Karuna Darani/Ta Pei Cou. Jika seseorang tidak dapat melakukannya secara penuh pada hari tersebut, maka harus memupuknya kembali pada hari berikutnya. Hal ini bertujuan melatih ketekunan dan mengokohkan keyakinan serta tekad dalam diri masing-masing. Di dalam mantra Da Bei Zhou juga dijelaskan beberapa Ikrar Agung Avalokitesvara Bodhisattva, salah satunya tidak akan merealisasikan ke-Buddha-an sebelum semua makhluk di samsara menyeberang ke pantai seberang dan bahagia. Kekuatan mantra memang tidak tampak, namun jika diyakini dengan tulus maka akan memberikan kekuatan luar biasa dan tidak dapat dijangkau dengan akal dan pikiran manusia. Kekuatan mantra dapat menghindarkan berbagai bencana dan malapetaka, juga penyakit dan derita, dapat pula mengubah nasib yang buruk menjadi baik sesuai dengan jalan kebenaran.