Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

OPTIMALISASI PENGGUNAAN SUMBERDAYA LAHAN DI WILAYAH IRIGASI AIR TANAH KECAMATAN PRINGGABAYA KABUPATEN LOMBOK TIMUR Nurtaji Wathoni
JURNAL AGRIMANSION Vol 1 No 2 (2001): Jurnal AGRIMANSION (AGRIBUSINESS MANAGEMENT & EXTENSION) MEI
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v1i2.63

Abstract

ABSTRAK Tujuan studi ini adalah untuk menganalisis biaya dan pendapatan pada berbagai pola tanam, menentukan pola tanam yang menguntungkan, dan menganalisis penggunaan sumberdaya lahan yang optimal di Wilayah Irigasi Air Tanah Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur. Studi ini dilakukan di Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur (1999/2000). Sebanyak 17 unit pompa irigasi air tanah sampel diperoleh secara proportional random sampling atas dasar tahun awal operasi sumur pompa. Kemudian, dari setiap sumur pompa ditentukan sebanyak 5 responden petani, sehingga secara keseluruhan terdapat 85 responden petani. Untuk menganalisis data yang diperoleh digunakan Linear Programming. Hasil studi diperoleh: (1) terdapat 6 pola tanam dominan yang diusahakan petani, yaitu: jagung–jagung–jagung, kacang tanah–bawang merah–jagung, jagung–kacang tanah–kacang hijau, lombok–tembakau, bawang merah–kacang tanah–kacang hijau, dan jagung–terong, (2) dari 6 pola tanam dominan, pola tanam lombok–tembakau memberikan pendapatan paling tinggi dalam setahun, (3) pola tanam yang optimal adalah jagung–tembakau–kacang tanah, bawang merah–jagung–tembakau, jagung–lombok, tomat–tembakau, and lombok–tembakau, (4) penambahan Urea, TSP, tenaga kerja dalam keluarga, dan air irigasi dapat memberikan pendapatan yang lebih tinggi pada pola tanam optimal. Untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya lahan, pola tanam yang disarankan diterapkan di wilayah irigasi air tanah Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur adalah: tembakau–kacang tanah, bawang merah–jagung–tembakau, jagung–lombok, tomat–tembakau, and lombok–tembakau. Lahan usahatani yang direkomendasikan untuk setiap pola tanam tersebut secara berurutan masing-masing adalah: 341.8507ha, 164.2514ha, 310.0701ha, 127.418ha, and 282.8146ha. Penambahan pupuk Urea dan TSP diperlukan untuk meningkatkan pendapatan para petani, dan tenaga kerja dalam keluarga perlu dimanfaatkan semaksimal mungkin. Untuk memenuhi kebutuhan irigasi lebih luas, kontinuitas pengembangan pompa irigasi air tanah sangat diperlukan. Program-program pendidikan non formal seperti penyuluhan pertanian, pelatihan, dan demonstrasi plot perlu digalakkan terutama di wilayah irigasi air tanah Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur. ABSTRACT The objectives of the study are to analyze the cost and income in various cropping patterns, to determine the profitable cropping patterns, and the optimal land resource use in groundwater irrigation areas of Pringgabaya, East Lombok Regency. The study was conducted in the sub-district of Pringgabaya, East Lombok Regency (1999/2000). Proportional random sampling was used to obtain 17 unit samples of groundwater irrigation pumps based on the term when they started operation. Then, random sampling was applied to gain 5 respondent farmers from each pumps, so that there were 85 respondent farmers overall. Linear Programming was applied to analyze the collected data. The results of the study are as follows (1) There were 6 dominant cropping patterns that cultivated by farmers, namely: corn-corn-corn, peanuts-shallots-corn, corn-peanuts-small green pea, chilies-tobacco, shallots-peanuts-small green pea, and corn-an edible nightshade, (2) from 6 dominant cropping patterns, chilies-tobacco gave the highest total annual income, (3) the optimal cropping patterns were corn–tobacco–peanuts, shallots–corn–tobacco, corn–chilies, tomato–tobacco, and chilies–tobacco, respectively, (4) the addition of Urea, TSP, family labor, and irrigation water may give the higher possible income of the optimal cropping patterns. In order to optimize the land resource use, the following cropping patterns suggested to be cultivated in the groundwater irrigation areas of Pringgabaya, East Lombok Regency: corn–tobacco–peanuts, shallots–corn–tobacco, corn–chilies, tomato–tobacco, and chilies–tobacco. Farmland area that recommended to each cropping patterns were distributed: 341.8507 hectare, 164.2514 hectare, 310.0701 hectare, 127.418 hectare, and 282.8146 hectare, respectively. The addition of Urea and TSP can increase farmers income, and the use of family labor needs to be maximized. To fulfil the requisite irrigation widely, the continuing development of groundwater irrigation pumps is essentially needed. Education programs (non-formal education) such as agricultural extension, training, and demonstration plots should be established, particularly in the groundwater irrigation areas, East Lombok Regency.
3. Optimalisasi Usahatani Sayuran Dataran Tinggi Sembalun, Lombok Timur Nurtaji Wathoni
JURNAL AGRIMANSION Vol 9 No 1 (2008): Jurnal AGROMINSION APRIL 2008
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v9i1.187

Abstract

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan petani dari berbagai usahatani sayuran serta menentukan kombinasi usahatani sayuran optimal yang memaksimumkan pendapatan petani sayuran di dataran tinggi Sembalun, Lombok Timur.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pengumpulan data dilakukan dengan teknik survey. Unit analisis dalam penelitian ini adalah usahatani sayuran di dataran tinggi Sembalun, Lombok Timur. Dua desa sampel ditentukan secara purposive sampling atas pertimbangan luas areal panen dan jenis usahatani sayuran yang bervariasi. Jumlah responden petani sebanyak 30 orang ditentukan secara random sampling. Untuk menganalisis data digunakan analisis pendapatan dan Linear Programming.Hasil penelitian menunjukkan adalah: (1) rata-rata luas lahan garapan petani sayuran di wilayah dataran tinggi Sembalun adalah 0,27 ha dan terdapat 6 jenis komoditas sayuran yang dominan diusahakan petani meliputi wortel, kentang, buncis, kubis, bawang daun dan kembang kol; (2) pendapatan petani dari usahatani wortel sebesar Rp.4.272.161,00/grp, kentang Rp. 8.515.629,00/grp, buncis Rp.2.693.871,00/grp, kubis Rp. 5.339.323,00/grp, bawang daun Rp.4.790.957,00/grp dan kembang kol sebesar Rp.4.440.899,00/grp; (3) usahatani seluas rata-rata 0,27 ha (luas lahan garapan) dapat dioptimalkan dengan kombinasi usahatani kentang seluas 8,3 are; buncis 2 are; kubis 11,4 are dan usahatani bawang daun seluas 5,3 are; (4) solusi optimal dapat memaksimumkan pendapatan petani sebesar Rp. 6010646,00. Untuk mengoptimalkan usahatani sayuran dengan rata-rata lahan garapan 0,27 are, pola usahatani yang dianjurkan adalah usahatani kentang seluas 8,3 are; buncis 2 are; kubis 11,4 are dan usahatani bawang daun seluas 5,3 are. Abstract The objectives of the research are to analyze farmer’s income in various farming of vegetables and determine optimal combination of vegetables farming that maximize farmer’s income in up-land of Sembalun, East Lombok.This research used descriptive method and data collecting conducted by survey technique. Analyzing unit in this research were vegetables farming in up-land of Sembalun, East Lombok. Two sample villages determined by purposive sampling based on harvested area and various vegetables farming. There were 30 respondent farmers determined by random sampling. Data analysis used income analysis and apllied Linear Programming.The results of the research are as follows: (1) the average of cultivated area of vegetables farming in up-land of Sembalun was about 0.27 ha and there were 6 dominant commodities that cultivated by farmers, namely: carrot, potato, beans, cabbage, leaf-onion, and cauliflower; (2) Carrot farming gave farmer’s income of Rp 4,272,161.00/ca (cultivated area), and potato, beans, cabbage, leaf-onion, and cauliflower gave Rp 8,515,629.00/ca, Rp 2,693,871.00/ca, Rp 5,339,323.00/ca, Rp 4,790,957.00/ca, and Rp 4,440,899.00/ca, respectively; (3) farming area of 0.27 acre can be optimized by arranging farming patterns, namely: potato 8.3 acre; beans 2 acre; cabbage 11.4 acre and cauliflower 5.3 acre; (4) the optimal solution can maximize farmer’s income of Rp 6,010,646.00. In order to optimize the vegetables farming of 0.27 acre cultivated area in up-land of Sembalun, the following farming patterns that recommended to each farming were distributed, namely: potato 8.3 acre; beans 2 acre; cabbage 11.4 acre and cauliflower 5.3 acre, respectively.
3. Analisis Pemasaran Sayuran Dataran Tinggi di Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur Nurmalinda Rurianti; Nurtaji Wathoni; Asri Hidayati
JURNAL AGRIMANSION Vol 9 No 2 (2008): Jurnal AGROMINSION AGUSTUS 2008
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v9i2.195

Abstract

Abstrak Tujuan penelitian adalah: (1) mengetahui lembaga pemasaran dan saluran pemasaran sayuran dataran tinggi Kecamatan Sembalun; (2) menganalisis margin dan efisiensi pemasaran; (3) menganalisis elastisitas transmisi; dan (4) mengidentifikasi masalah yang dihadapi petani dalam pemasaran hasil-hasil sayuran.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pengumpulan data dilakukan dengan teknik survey. Unit analisis dalam penelitian ini adalah petani produsen sayuran dan lembaga pemasaran. Dua desa sampel ditentukan secara purposive sampling atas pertimbangan areal panen dan jenis komoditas sayuran yang bervariasi. Jumlah responden petani sebanyak 30 orang ditentukan secara random sampling, sedangkan responden lembaga pemasaran dilakukan dengan teknik snowball sampling. Analisis data menggunakan metode deskriptif, analisis margin pemasaran, efisiensi pemasaran serta analisis elastisitas transmisi harga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Lembaga pemasaran sayuran dataran tinggi yang teridentifikasi meliputi pedagang pengumpul desa dan pengecer; (2) terdapat dua saluran pemasaran, yaitu (I) petani-PPD-Pr-konsumen, dan (II) petani-PPD-konsumen; (2) Margin pemasaran pada saluran I dan II masing-masing sebesar Rp.3.377,00/kg dan Rp.862,00/kg; (3) Saluran II lebih efisien dibandingkan saluran I; (4) Pada saluran I, harga di konsumen akhir ditransmisikan secara sempurna ke produsen, sedangkan pada saluran II tidak ditransmisikan secara sempurna; (5) Masalah-masalah yang dihadapi petani dalam pemasaran sayuran khas dataran tinggi adalah kurangnya modal usahatani dan jarak yang jauh antara lahan usahatani dengan lokasi pasar. Abstract The research objectives were to identify: ( 1) marketing institute and marketing chains of upland vegetables of Sembalun Sub-district; ( 2) analyze margin and marketing efficiency; ( 3) analyze transmission elasticity; and ( 4) identify the marketing problems that faced by farmers. This Research used descriptive method and data collecting conducted by survey technique. Unit analyze in this research were farmers and marketing institute. There were two sample villages determined by purposive sampling based on harvested area and vegetable commodities. Respondent farmers determined by random sampling, while marketing institutions conducted by snowball sampling technique. Data analysis used descriptive method, marketing margin analysis, marketing efficiency and also price transmission elasticity.Result of research indicate that: (1) marketing institutions of up-lend vegetables identified were merchant and retailer; (2) there are two marketing channel, that are (I) farmer-merchant-retailer-customer, and (II) farmer-merchant-customer; (2) marketing margin of channel I and II were Rp.3.377,00/kg and Rp.862,00/kg; (3) marketing channel II is more efficient than channel I; (4) at channel I, market price is perfectly transmitted to producer, while channel II is not; ( 5) marketing problems that faced by farmers were the lack of farming capital and the distance of their farm and market location.
ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN TERDEGRADASI TERHADAP KESEJAHTERAAN EKONOMI KELUARGA PETANI DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH (Kasus Usahatani di Lahan Bekas Penambangan Batu Apung) Candra Ayu; Ibrahim Ibrahim; Addinul Yakin; Broto Handoko; Nurtaji Wathoni
AGROTEKSOS, Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian Vol 25 No 1 (2015): jurnal agroteksos 1 April 2015
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (500.793 KB)

Abstract

ABSTRAK Eksplorasi batu apung (pumice) di lahan pertanian Kabupaten Lombok Tengah secara terbuka mengakibatkan degradasi tanah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pendapatan usahatani di lahan bekas penambangan batu apung dan daya dukungnya terhadap tingkat kesejahteraan ekonomi keluarga petani. Lokasi penelitian di Dusun Cerorong - Desa Pemepek - Kecamatan Pringgarata dengan metode deskriptif dan pengumpulan data dengan teknik survey. Hasil penelitian adalah: pendapatan usahatani sebesar Rp 3 019 440,52/tahun/ 0,682 ha dan rasio daya dukung (Carrying Capacity Ratio) sebesar 1,33 (lebih besar dari 1,00) yang berarti bahwa total luas panen per tahun seharusnya dapat memenuhi kebutuhan pangan pokok keluarga petani. Namun, degradasi lahan mengakibatkan daya dukung ekonomi sebesar Rp 780 217,19 /kapita/ tahun yang setara 94 kg beras/ kapita/ tahun atau senilai 62,5 US $/kapita/ tahun. Persentase daya dukung tersebut terhadap kesejahteraan ekonomi anggota keluarga petani agar tergolong sejahtera mencapai 19,58 % berdasarkan Kriteria Kemiskinan Sajogyo dan mencapai 17,14 % berdasarkan Kriteria Bank Dunia. Masalah petani dalam mengelola usahatani di lahan bekas penambangan batu apung adalah rendahnya pengetahuan dan keterampilan tentang rehabilitasi tanah. Untuk itu, perlu penyuluhan intensif - berkesinambungan dari pemerintah tentang pemulihan kesuburan tanah terdegradasi dan upaya aktif mencegah penambangan batu apung secara terbuka di lahan pertanian Lombok Tengah. ABSTRACT Open maining of pumice in agricultural land in central Lombok has caused land degradation. The objective of this study is to know farm incomes on ex pumice exploration sites and it’s carrying capacity to improve farmer family’s economic welfare. The stydy was conducted in village of Pemepek, sub district of Pringgarata by using deskriptive method and collective of data employing survey technique. Study found that farm income is Rp 3,019,440/year/0.682 ha with carrying capacity ratio of 1.33 (> 1) meaning that yerly hervested area should be enough to fufill staple food of farmer family. However, due to land degrdation, economic carrying cpacity only reach Rp 780,217/capita/year or equivalent to 94 kilogram of rice/capita/year or US$ 62.5/capita/year. The percentage of carrying capacity above to farmer family economic welfare is 19.58 based on Sajogyo”s poverty criteria and 17,14 % of World Bank poverty criteria. This study also found that some problems faced by farmers on ex pumice maining sites are lack of knowledge and skill in land rehabilitation (reclamation). Therefore, continous extention is needed to rehabilitation land and to stop opening maining practice in central Lombok.