Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : Sentani Nursing Journal

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK TENTANG KESEHATAN GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS IV DAN V DI SD INPRES KEMIRI SENTANI Gerson Iklen; Kismiyati Kismiyati; Viertianingsih Patungo
Sentani Nursing Journal Vol. 1 No. 1 (2018): Februari
Publisher : Jayapura Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52646/snj.v1i1.5

Abstract

Karies gigi merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak. Karies gigi dapat disebabkan oleh banyak faktor. Faktor penyebab utama adalah interaksi antara host (gigi dan saliva), mikroorganisme, substrat dan waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap anak tentang kesehatan gigi dengan kejadian karies gigi pada siswa kelas IV dan V di SD Inpres Kemiri Sentani. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V yang berusia 9-13 tahun yang berjumlah 110 anak, teknik pengambilan sampel menggunakan Stratified Random Sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner pengetahuan tentang karies gigi, kuesioner sikap tentang karies gigi, dan lembar observasi karies gigi. Teknik analisis menggunakan uji chi square, dengan tingkat kepercayaan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang memiliki pengetahuan baik tentang karies gigi yaitu 104 responden (94,5%), sedangkan anak yang memiliki pengetahuan kurang tentang karies gigi yaitu responden 6 (5,5%). Anak yang memiliki sikap baik tentang karies gigi yaitu 108 responden (98,2%), sedangkan anak dengan sikap kurang tentang kesehataan gigi yaitu 2 responden (1,8%). Kemudian anak yang memiliki karies gigi yaitu 82 responden (74,5%) dan anak yang tidak memiliki karies gigi yaitu 28 responden (25,5%). Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan pengetahuan anak dengan kejadian karies gigi dengan (p = 0,649), begitupun dengan sikap anak dengan kejadian karies gigi tidak terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,421).Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Anak, Kesehatan Gigi, dan Karies Gigi
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI DALAM PEMELIHARAAN VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI DI SMA NEGERI 1 SENTANI KABUPATEN JAYAPURA Seba Haba; Kismiyati Kismiyati; Viertianingsih Patungo
Sentani Nursing Journal Vol. 1 No. 1 (2018): Februari
Publisher : Jayapura Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52646/snj.v1i1.7

Abstract

Salah satu perilaku pemeliharaan alat reproduksi wanita adalah dengan melakukan pemeliharaan vulva hygiene. Remaja putri yang berada dalam masa peralihan disertai dengan proses kematangan organ reproduksinya, perlu mendapatkan perhatian khusus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri dalam pemeliharaan vulva hygiene saat menstruasi di SMAN 1 Sentani. Desain penelitian ini adalah analitik observasional menggunakan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan pengambilan data menggunakan kuesioner. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 65 orang. Masing- masing variabel diteliti dengan menggunakan uji Statistik Spearman’s dengan tingkat signifikan p < 0,05 untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel. Hasil penelitian menunjukkan remaja putri yang berpengetahuan baik tentang pemeliharaan vulva hygiene sebanyak 63 responden (96,9%). Sikap remaja putri tentang pemeliharaan vulva hygiene dalam kategori baik sebanyak 46 responden (70,8%). Kemudian diperoleh hasil tentang pemeliharaan vulva hygiene dalam kategori baik sebanyak 46 responden (70,8%). Untuk mengetahui hubungan antara ketiga variabel, digunakan uji statistik Rank Spearman’s. Hasil analisis data tersebut adalah terdapat hubungan antara pengetahuan remaja putri terhadap pemeliharaan vulva hygiene saat menstruasi dibuktikan dengan (p=0,011), dan tidak terdapat hubungan antara sikap remaja putri terhadap pemeliharaan vulva hygiene saat menstruasi dibuktikan dengan (p=0,487).
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MERAUKE Dominggas Koupun; Viertianingsih Patungo; Hulman Simanjuntak
Sentani Nursing Journal Vol. 2 No. 1 (2019): Februari
Publisher : Jayapura Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52646/snj.v2i1.29

Abstract

Latar Belakang: Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang menular disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularannya adalah melalui dahak yang mengandung kuman tuberkulosis. Gejala umum TB pada orang dewasa adalah batuk yang terus menerus selama dua minggu atau lebih dan bila tidak diobati maka setelah lima tahun pasien sebagian besar akan meninggal. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan keberhasilan pengobatan penderita tuberkulosis paru di Rumah Sakit Umum Daerah Merauke. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian correlative deskriptif, Jenis penelitian yang digunakan adalah survey. Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita BTA Positif di RSUD Merauke sebanyak 320 penderita. Sampelnya menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah 30 penderita. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner dan observasi. Analisis data menggunakan analisis korelasi product moment. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien korelasi product moment memperoleh nilai rho=0,819 yang berpola positif, diartikan bahwa dukungan sosial keluarga memiliki hubungan dengan keberhasilan pengobatan penderita tuberkulosis paru di RSUD Merauke. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang sangat kuat antara dukungan sosial keluarga dengan keberhasilan pengobatan. Diharapkan bagi penderita tuberkulosis paru agar perlu berobat secara terus menerus tanpa terputus walaupun telah merasa lebih baik atau sehat.Kata Kunci: Dukungan Sosial Keluarga, Keberhasilan Pengobatan, Tuberkulosis Paru
PENGARUH TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA PRA SEKOLAH DI PUSKESMAS SP-3 WADIO KABUPATEN NABIRE Angelia Adii; Viertianingsih Patungo; Marthinus Tame
Sentani Nursing Journal Vol. 3 No. 1 (2020): Februari
Publisher : Jayapura Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52646/snj.v3i1.36

Abstract

Perkembangan anak pada usia prasekolah berpengaruhterhadap perkembangan pada periode berikutnya hingga anak menjadi dewasa.Anakbelajar mengenai berbagai hal termasuk dalam mengembangkan kemampuan motorik, kognitif,bahasa, serta sosial emosional. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan yaitu perkembangan sosial emosional, sehingga dibutuhkan tugas keluarga dalam perkembangan anak yang baik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tugas perkembangan keluarga terhadap perkembangan sosial anak usia pra sekolah (family with preschool) di Puskesmas SP-3 Wadio Kabupaten Nabire. Metode penelitian berupa penelitian dengan metode korelasi dengan pendekatan cross sectional study di Puskesmas SP-3 Wadio pada 39 responden ibu yang dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2019. Data diperoleh menggunakan kuesioner yang dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan tugas perkembangan keluarga anak pra sekolah di Puskesmas SP-3 Wadio Kabupaten Nabire didapatkan pada kategori kurang sebanyak 10 orang (25,6%) dan kategori baik sebanyak 29 orang (74,4%). Perkembangan sosial anak kategori negatif sebanyak 11 orang (28,2%) dan kategori positif sebanyak 28 orang (71,8%). Ada hubungan tugas perkembangan keluarga terhadap perkembangan sosial anak pra sekolah di Puskesmas SP-3 Wadio Kabupaten Nabire (p-value = 0,000). Kesimpulan penelitian yaitu ada pengaruh tugas perkembangan keluarga terhadap perkembangan sosial anak pra sekolah di Puskesmas SP-3 Wadio Kabupaten Nabire. Saran bagi orang tua untuk dapat membentuk perkembangan sosial anak dengan berkomunikasi kepada anaknya agar lebih meningkatkan kepercayaan diri anak, sehingga perkembangan sosial anak memberikan banyak kegiatan yang positif agar belajar berinteraksi sosial dan mandiri yang pada akhirnya dapat hidup bermasyarakat dengan baik.Kata kunci: Tugas Perkembangan, Keluarga, Anak Pra Sekolah
TINGKAT KEPATUHAN PERAWAT DALAM IMPLEMENTASI FIVE MOMENTS CUCI TANGAN DI RSUD YOWARI KABUPATEN JAYAPURA Risma Pangaribuan; Viertianingsih Patungo; Sudarman Sudarman
Sentani Nursing Journal Vol. 3 No. 2 (2020): Agustus
Publisher : Jayapura Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52646/snj.v3i2.45

Abstract

Five moments for hand hygiene atau five moments cuci tangan merupakan salah satu upaya pencegahan penularan infeksi dari setiap tindakan yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Angka kejadian infeksi di rumah sakit (infeksi nosokomial) ini disebabkan adanya faktor endogen (umur, jenis kelamin, penyakit penyerta, daya tahan tubuh, kondisi-kondisi lokal) atau faktor eksogen (lama penderita dirawat, kelompok yang merawat, alat medis, lingkungan). Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat kepatuhan perawat dalam implementasi five moments cuci tangan di RSUD Yowari Kabupaten Jayapura. Metode enelitian yaitu penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode pendekatan non participant observation. Kuesioner menggunakan lembar observasi five moments for hand hygiene dari WHO. Jumlah sampel 30 orang. Penelitian ini dilakukan di Ruang Rawat Bedah dan Ruang ICU, pada bulan November 2019. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan perawat dalam implementasi five moments cuci tangan pada kategori patuh 5 orang (16.7%) dan tidak patuh 25 orang (83.3%). Selain itu juga peneliti menemukan bahwa implementasi five moments cuci tangan masih rendah terutama pada moments pertama (sebelum kontak dengan pasien), kedua (sebelum melakukan prosedur aseptik), dan kelima (setelah menyentuh peralatan disekitar lingkungan). Kesimpulan penelitian yaitun tingkat kepatuhan perawat sebagian besar berada pada kategori tidak patuh, sehingga masih perlunya peningkatan pengetahuan dan kebiasaan five moments cuci tangan pada setiap perawat. Rumah sakit juga dapat memicu peningkatan kebiasaan ini dengan menggunakan sistem reward sebagai daya tarik bagi para perawat dalam menjalankan kepatuhan dalam melakukan five moments cuci tangan.Kata Kunci: Kepatuhan, Perawat, Five Moments Cuci Tangan
PENGALAMAN KELUARGA MENJALANKAN TUGAS DALAM KESEHATAN SEBAGAI PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) PADA BALITA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SENTANI Viertianingsih Patungo
Sentani Nursing Journal Vol. 3 No. 2 (2020): Agustus
Publisher : Jayapura Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52646/snj.v3i2.46

Abstract

TB paru merupakan penyakit infeksi yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia dan jenis kelamin. Balita penderita TB paru tercatat memiliki insidensi tinggi di puskesmas Sentani setiap bulannya. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan akan mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga dan individu. Kesanggupan keluarga melaksanakan perawatan atau pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari lima tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan misalnya dalam menjalankan tugas dalam kesehatan sebagai PMO pada balita penderita TB Paru. Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran yang mendalam tentang pengalaman keluarga menjalankan tugas keluarga dalam kesehatan sebagai PMO pada balita penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura. Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan dipilih dengan teknik snowball sampling, dengan wawancara secara terstruktur mengenai pengalaman keluarga merawat anggota keluarganya yang masih balita dan menderita TB Paru. Sampel sebanyak lima orang yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dalam penelitian ini diperoleh lima tema yaitu tugas keluarga mengenal masalah kesehatan yang terjadi pada balita penderita TB paru, tugas keluarga mengambil keputusan yang tepat dalam menghadapi masalah kesehatan TB pada balita, tugas keluarga merawat anggota keluarga yaitu balita yang menderita TB paru, tugas keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat sesuai kondisi kesehatan anak yang menderita TB paru, serta tugas keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Disimpulkan bahwa keluarga belum menjalankan dengan maksimal kelima tugas keluarga dalam kesehatan sebagai PMO pada balita penderita. Disarankan agar keluarga sebagai orang terdekat dengan anak yang berperan sebagai PMO balita penderita TB paru untuk menjalankan tugasnya dengan baik dan bagi perawat komunitas khususnya di Puskesmas Sentani agar dapat meningkatkan pelayanan terhadap penderita TB Paru khususnya pada anak balita dengan mengadakan kunjungan lapangan sekaligus memberikan informasi langsung tentang anak yang beresiko terkena TB terutama apabila terdapat kontak pasien TB menular (pasien dewasa atau anak BTA positif) dalam lingkungan mereka.
GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DI POSYANDU LANSIA KAMPUNG YAHIM KABUPATEN JAYAPURA Lisma Natalia Br Sembiring; Nur Siti Lia S2 S; Viertianingsih Patungo; Hulman Simanjuntak
Sentani Nursing Journal Vol. 6 No. 1, Februari (2023): Sentani Nursing Jurnal
Publisher : Jayapura Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52646/snj.v6i1, Februari.202

Abstract

Latar belakang: Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang sudah berusia 60 tahun ke atas. Dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis semakin menurun yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsi kognitif seperti orientasi, bahasa, atensi, memori, fungsi konstruksi, kalkulasi dan penalaran. Tujuan penelitian: Mengetahui fungsi kognitif lansia di Posyandu Lansia Kampung Yahim Kabupaten Jayapura. Metode: Jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi adalah lansia yang teregister di Posyandu Lansia Kampung Yahim dengan jumlah sebanyak 35 orang dan dilaksanakan pada bulan Oktober 2022. Data diperoleh menggunakan kuesioner dan dianalisis secara univariat. Hasil: sebanyak 12 orang (34,3%) dengan fungsi kognitif tidak terganggu, sebanyak 14 orang (40%) dengan fungsi kognitif ringan, sebanyak 6 orang (17,1%) dengan fungsi kognitif sedang dan sebanyak 3 orang (8,6%) dengan fungsi kognitif berat. Kesimpulan: Fungsi kognitif lansia sebagian besar dalam kategori ringan.