Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Dialektika Maqasid as-Syari’ah Dalam Metode Istinbath Hukum Islam Muh. Muhyiddin; Ibnu Chudzaifah; Afroh Nailil Hikmah
TASAMUH: Jurnal Studi Islam Vol 13 No 1 (2021): Tasamuh: Jurnal Studi Islam
Publisher : LPPM IAIN Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47945/tasamuh.v13i1.381

Abstract

Maqashid as-shari'ah is a new trend in the legal istinbath that is undergoing development in the contemporary era. The development of the method of extracting the source of contemporary Islamic law is now considered more promising as using maqashid as-sharia. As a scientific discipline that is the development of fiqh and fiqh rules, maqashid as-shari'ah is now widely studied by experts in Islamic law more deeply. Benefit as the essence of maqashid as-shari'ah, has urgency in determining Islamic law. Because Islamic law is revealed has the purpose and purpose to realize the benefit of the people both in this world and in the Hereafter. Thus the study of maqashid as-shari'ah has a very important correlation in extracting the source of Islamic law, in other words that the excavation of Islamic law based on benefit still refers to the books of qawaid al-fiqhi and ushul al-fiqh. As for the way used by the scholars' in exploring the benefits there are three methods: bayani method (substantive analysis), qiyasi method (analogy analysis), and istishlahi method (benefit analysis)
Esensi Dakwah di Era Digital dalam Menjawab Problematika Umat Ibnu Chudzaifah; Muh. Muhyiddin; Afroh Nailil Hikmah
TASAMUH: Jurnal Studi Islam Vol 13 No 2 (2021): Tasamuh: Jurnal Studi Islam
Publisher : LPPM IAIN Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47945/tasamuh.v13i2.402

Abstract

Dakwah Islam zaman milenial sekarang ini dihadapkan dengan berbagai persoalan yang kompleks. Kondisi seperti ini menjadi motivasi dan tantangan tersendiri bagi seorang da’i (pendakwah) sehingga mereka harus memiliki berbagai kompetensi dalam menghadapi realitas zaman. Diperlukan sosok dai yang handal yang mampu menguasai berbagai macam objektivitas (disambiguasi), baik yang bersifat material maupun formal supaya dakwahnya pragmatis di dalam menghadapi berbagai macam problematika umat. Berdakwah di zaman milenial dianggap lebih mudah dibandingkan dengan zaman dahulu. Dahulu para ulama’ kita seperti walisongo bisa dikatakan dihadapkan dengan berbagai keterbatasan, seperti transportasi, media informasi dan komunikasi. Sedangkan saat ini tidak ada lagi hambatan seperti itu. Dunia saat ini sudah mengalami perubahan dalam proses revolusi informasi dan komunikasi yang melahirkan peradan baru sehingga manusia mudah untuk saling berkomunikasi dalam meningkatkan mobilitas sosialnya. Kehadiran media masa seperti koran, telivisi, radio bahkan internet sebagai alat komunikasi zaman modern telah berpengaruh sangat luas. Suatu berita sangat mudah diakses dalam waktu relative cepat. Fasilitas media internet merupakan media terlengkap dan dianggap lebih efisien dibandingkan media lainnya. Segala macam bentuk informasi dapat dengan mudah diakses dan murah yang dimana dakwah di era sekarang lebih cepat didukung dengan adanya teknologi. Sekarang kita bisa berdakwah dengan menggunakan digital bisa melalui media telivisi, radio bahkan media internet seperti youtube, twetter, facebook, whatsap dan lain sebagainya dianggap lebih efektif unuk membahas problematika umat. Kendati demikian, hal yang tidak dapat dihindari adalah bagaimana muatan itu bisa disampaikan dengan mudah agar diterima masyarakat.syaratnya memang harus kaya akan inovasi bahkan bisa menjadi wahana hiburan. Akan tetapi yang menjadi problem urgen masyarakat awam sudah jarang yang mau belajar kepada ulama’, kyai, ustad dan ahli agama yang alim secara talaqqi (langsung). Mereka ingin mendapatkan ilmu secara instan lewat media internet mengakses konten-konten web islami yang terkadang isinya tidak bisa dipertanggungjawabkan kevaliditasannya. Masalahnya adalah situs-situs Islam yang mereka kunjungi berada di urutan halaman awal adalah situs yang berafiliasi dengan paham Wahabi, Syiah, Liberal, dan aliran lainnya. Yang terkadang Isinya malah menebarkan fitnah, kebencian, kebohongan, mengfirkan sesama muslim, mengadu domba organisasi yang berpaham ahlussunnah waljama’ah dengan Syiah, dan mereka terang-terangan memberontak terhadap pemerintahan yang sah. Parahnya lagi, ulama Sunni yang berpaham ahlussunnah waljama’ah seperti Syekh Ramadlan al-Buti dibunuh karena difitnah sebagai Syi’ah, Syekh Hassan Saifuddin secara sadis dipenggal kepalanya, Syekh Ahmad Hassoun (Grand Mufti Suriah) difitnah bahwa fatwanya telah menyebabkan ratusan ribu kaum muslimin Sunni Suriah dibantai dan jutaan orang terusir dari negaranya, dan masih banyak lagi. Dampaknya orientasi dakwah yang semula mengajarkan kesantunan, kabaikan menjadi ladang untuk menyebarkan fitnah dan mencaci maki. Pola dakwah milenial melalui media elektronik menjadi tantangan tersendiri bagi para da’i. Pengaruh media memungkinkan bagi seorang da’I memperoleh popularitas tersendiri layaknya selebriti