Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : TASAMUH: Jurnal Studi Islam

Esensi Dakwah di Era Digital dalam Menjawab Problematika Umat Ibnu Chudzaifah; Muh. Muhyiddin; Afroh Nailil Hikmah
TASAMUH: Jurnal Studi Islam Vol 13 No 2 (2021): Tasamuh: Jurnal Studi Islam
Publisher : LPPM IAIN Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47945/tasamuh.v13i2.402

Abstract

Dakwah Islam zaman milenial sekarang ini dihadapkan dengan berbagai persoalan yang kompleks. Kondisi seperti ini menjadi motivasi dan tantangan tersendiri bagi seorang da’i (pendakwah) sehingga mereka harus memiliki berbagai kompetensi dalam menghadapi realitas zaman. Diperlukan sosok dai yang handal yang mampu menguasai berbagai macam objektivitas (disambiguasi), baik yang bersifat material maupun formal supaya dakwahnya pragmatis di dalam menghadapi berbagai macam problematika umat. Berdakwah di zaman milenial dianggap lebih mudah dibandingkan dengan zaman dahulu. Dahulu para ulama’ kita seperti walisongo bisa dikatakan dihadapkan dengan berbagai keterbatasan, seperti transportasi, media informasi dan komunikasi. Sedangkan saat ini tidak ada lagi hambatan seperti itu. Dunia saat ini sudah mengalami perubahan dalam proses revolusi informasi dan komunikasi yang melahirkan peradan baru sehingga manusia mudah untuk saling berkomunikasi dalam meningkatkan mobilitas sosialnya. Kehadiran media masa seperti koran, telivisi, radio bahkan internet sebagai alat komunikasi zaman modern telah berpengaruh sangat luas. Suatu berita sangat mudah diakses dalam waktu relative cepat. Fasilitas media internet merupakan media terlengkap dan dianggap lebih efisien dibandingkan media lainnya. Segala macam bentuk informasi dapat dengan mudah diakses dan murah yang dimana dakwah di era sekarang lebih cepat didukung dengan adanya teknologi. Sekarang kita bisa berdakwah dengan menggunakan digital bisa melalui media telivisi, radio bahkan media internet seperti youtube, twetter, facebook, whatsap dan lain sebagainya dianggap lebih efektif unuk membahas problematika umat. Kendati demikian, hal yang tidak dapat dihindari adalah bagaimana muatan itu bisa disampaikan dengan mudah agar diterima masyarakat.syaratnya memang harus kaya akan inovasi bahkan bisa menjadi wahana hiburan. Akan tetapi yang menjadi problem urgen masyarakat awam sudah jarang yang mau belajar kepada ulama’, kyai, ustad dan ahli agama yang alim secara talaqqi (langsung). Mereka ingin mendapatkan ilmu secara instan lewat media internet mengakses konten-konten web islami yang terkadang isinya tidak bisa dipertanggungjawabkan kevaliditasannya. Masalahnya adalah situs-situs Islam yang mereka kunjungi berada di urutan halaman awal adalah situs yang berafiliasi dengan paham Wahabi, Syiah, Liberal, dan aliran lainnya. Yang terkadang Isinya malah menebarkan fitnah, kebencian, kebohongan, mengfirkan sesama muslim, mengadu domba organisasi yang berpaham ahlussunnah waljama’ah dengan Syiah, dan mereka terang-terangan memberontak terhadap pemerintahan yang sah. Parahnya lagi, ulama Sunni yang berpaham ahlussunnah waljama’ah seperti Syekh Ramadlan al-Buti dibunuh karena difitnah sebagai Syi’ah, Syekh Hassan Saifuddin secara sadis dipenggal kepalanya, Syekh Ahmad Hassoun (Grand Mufti Suriah) difitnah bahwa fatwanya telah menyebabkan ratusan ribu kaum muslimin Sunni Suriah dibantai dan jutaan orang terusir dari negaranya, dan masih banyak lagi. Dampaknya orientasi dakwah yang semula mengajarkan kesantunan, kabaikan menjadi ladang untuk menyebarkan fitnah dan mencaci maki. Pola dakwah milenial melalui media elektronik menjadi tantangan tersendiri bagi para da’i. Pengaruh media memungkinkan bagi seorang da’I memperoleh popularitas tersendiri layaknya selebriti
Konsep Ketuhanan Perspektif Ibn Arabi Ibnu Chudzaifah; Muh. Muhyiddin; Afroh Nailil Hikmah
TASAMUH: Jurnal Studi Islam Vol 14 No 1 (2022): Tasamuh: Jurnal Studi Islam
Publisher : LPPM IAIN Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47945/tasamuh.v14i1.594

Abstract

One of the main themes that have always received attention in the history of human thought is the problem of divinity. This theme is discussed not only in the world of philosophy and theology, but also in the mystical world. This theme is never dryly discussed in order to find concepts and efforts that should be suitable for carrying out various approaches to religious concepts. Philosophy, which starts from the ratio with its enrichment, is rooted in the deepest depths of the nature of things. In this article, we will discuss a brief biography of Ibn Arabi, the method of Ibn Arabi's approach, makrifat about worry and istiqra ', an ontological review of the nature of the names of God, Ibn Arabi's concept of divinity. The approach taken by Ibn Arabi is not much different from the approach of other mystics, namely both emphasizing the kasyf approach. However, Ibn Arabi was able to use his basic philosophy to describe his mystical experiences. Attempting to describe mystical experiences is not an easy thing without the help of active reasoning. It is not surprising that Ibn Arabi's theosophical school always tries to turn on the imagination in describing mystical experiences, especially about God in a sense that simultaneously leads to his transcendence and immanence. The mystical-style approach taken by Ibn Arabi is nothing but a form of transferring the "image" of divinity in the inner vision (witness) as a way to get closer to God, which does not only rely on thought alone, but is far from the depths of the infinite inner ocean.