Dewi Ayu Wisnu Wardani
Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten Jawa Tengah

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE GAMBAR TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DI TK PERTIWI NGARU-ARU Niluh Sasmita Dwi Parwati; Dewi Ayu Wisnu Wardani; MM. Sri Widayati
Jawa Dwipa Vol. 1 No. 1 (2020)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (674.205 KB)

Abstract

Di antara media pembelajaran,media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Media gambar adalah perwujudan lambang dari hasil peniruan-peniruan benda-benda, pemandangan, curahan pikiran atau ide-ide yang divisualisasikan kedalam bentuk dua dimensi.Bentuknya dapat berupa gambar situasi dan lukisan yang berhubungan dengan pokok bahasan berhitung. Sedangkan di TK gambar disajikan berbentuk gambar putih yang belum diberi warna sehingga bisa diwarnai oleh anak-anak. Di TK atau lingkungan taman kanak-kanak metode gambar lebih sering digunakan karena selain sesuai dengan umur mereka, metode gambar juga lebih sering disukai dibandingkan dengan metode-metode yang lainnya. Metode yang digunakan di TK Pertiwi Ngaru-aru menampilkan gambar-gambar dewa-dewi dalam agama Hindu dan kisah-kisah yang diwujudkan dalam bentuk gambar yang ada warnanya maupun yang hitam putih. Dalam pembelajaran anak-anak akan diceritakan dulu oleh gurunya, setelah itu anak-anak akan disuruh mewarnai sesuai keinginannya masing-masing. Artikel ini merupakan hasil penelitian kualitatif tentang Efektifitas Penggunaan Metode Gambar terhadap pembelajaran pendidikan agama Hindu Di TK Pertiwi Ngaru-aru. Proses pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi. Hasil data dianalisis menggunakan teori Humanistik, Teori Quantum Teaching, dan Teori Behaviorisme. Dari hasil analisis ditemukan bahwa Efektifitas penggunaan metode gambar untuk siswa – siswi terhadap pembelajaran pendidikan Agama di TK Pertiwi Ngaru-aru sebagai berikut: Taman Kanak-kanak Pertiwi Ngaru-aru atau lebih dikenal TK Pertiwi Ngaru-aru didasari filosofieksistensialis, yakni keyakinan bahwa pendidikan harus menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui proses pendidikan yang bermartabat dan pro perubahan(kreatif, inovatif dan eksperimentatif).
IMPLEMENTASI PEMBACAAN BHAGAWAD GITA DALAM MENINGKATKAN SRADHA DAN BHAKTI TERHADAP PESERTA DIDIK DI PASRAMAN INDRAPRASTA MUTIHAN SURAKARTA Gita Sindu Prathista; Dewi Ayu Wisnu Wardani; Putu Budiadnya
Jawa Dwipa Vol. 1 No. 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (705.199 KB)

Abstract

Bhagawad Gita sebagai Weda kelima adalah karena Bhagawadgita sendiri adalah salah satu bagian dari Mahabharata, salah satu epos terbesar dalam agama Hindu. Di dalam penjelasan Dr. Max Muller bahwa dari Atharwa Weda timbul Weda kelima dalam bentuk Itihasa dan Purana. Adapun yang tersebut Itihasa adalah dua Epos terbesar dalam agama Hindu yang merupakan semacam perjanjian lamanya agama Hindu. Kedua epos terbesar adalah Ramayana dan Mahabharata. Kitab Bhagawad Gita adalah bagian dari Udhyoga Parwa dari Mahabharata sehingga dapat disimpulkan bahwa Bhagawad Gita adalah bagian terkecil dari Weda kelima. Pentingnya kitab Bhagawad Gita ini adalah karena isinya merupakan ajaran puncak Agama Hindu yang secara umum Bhagawad Gita adalah satu suplemen dalam mempelajari kitab Catur Weda atau Sruti. Sebuah pembacaan kitab yang dilakukan dengan cara dilantunkan tentunya akan mendapat sentuhan musikal di dalamnya, baik berupa nada yang dihasilkan dari vokal yang berdiri sendiri,maupun pembacaan kitab dengan iringan instrumen musik. Konsep penyajian, penataan komposisi garap, dan penalaran gaya yang digunakan menjadi hal yang penting dalam sajian tersebut,mengingat bahwa”lagu” yang dibawakan adalah teks dari sebuah kitab suci sebagai bagian dari bhakti dalam upacara ritual keagamaan. Jika ditarik masuk ke sejarah Hindu, ada catatan yang menjelaskan sejak kapan ekspresi musikal ini mulai digunakan dalam upacara ritual keagamaan. Pembagian babak perkembangan pembacaan kitab sebagai bagian dari ritual agama Hindu. Implementasi pembacaan mantra Bhagawad Gita sangat berpengaruh terhadap perilaku peserta didik Bhagawad Gita dapat mengubah tingkah laku peserta didik menjadi sangat baik. Manfaat dari pembacaan Bhagawad Gita yaitu para peserta didik memiliki nilai sifat kejujuran, kebenaran, keberanian, kepahlawanan, ketabahan, ketetapan hati, hidup sederhana, hidup penuh semangat, bisa mengendalikan diri, memiliki kebijaksanaan yang mantap, tidak mencari kesalahan orang lain, rendah hati, pantang seksual, memiliki sifat pengampun, welas asih, bersahabat dan kesabaran, Satyam Siwam Sundaram.
BAKDO NYEPI BENTUK POLA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI DUKUH MUNGGUR DESA KEMBANGSARI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI Dewi Melani Ambarsari; Dewi Ayu Wisnu Wardani; Toto Margiyono
Jawa Dwipa Vol. 2 No. 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.3 KB) | DOI: 10.54714/jd.v2i1.35

Abstract

Bakdo Nyepi secara umum adalah tradisi saling kunjung mengunjungi antar umat beragama. Tradisi ini dilaksanakan setahun sekali dua hari setelah umat Hindu melakukan Catur Brata Penyepian. Bakdo Nyepi yang dilakukan oleh masyarakat berlangsung selama tiga hari. Pola kerukunan antar umat beragama dalam Bakdo Nyepi terlihat dari persiapan pelaksanaan, berupa gotong royong pembersihan jalan, serta pemasangan umbul-umbul. Bentuk kerukunan yang lain, dalam kegiatan mengunjungi rumah warga, masyarakat tidak berjalan sendiri, namun bersama sama sehingga tampak rasa kebersamaan diantara pelaku Bakdo Nyepi. Pada intinya masyarakat yang ada memiliki satu pandangan untuk menciptakan kerukunan dalam hidup bermasyarakat. Hal ini sesuai dengan falsafah Jawa Rukun Agawe Santosa, Crah Agawe Bubrah. Dengan melihat bentuk dan pola kerukunan yang ada, maka dalam pelaksanaan Bakdo Nyepi terkandung nilai kearifan lokal, yaitu, Tepo Seliro, Asih Ing Sesami, Tuna Satak Bathi Sanak, serta Rukun Agawe Santosa, Crah Agawe Bubrah. Kehadiran Bakdo Nyepi dalam masyarakat Dukuh Munggur memberikan Efek terhadap masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Efek yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat ada dua bidang yaitu Efek ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Efek bidang ekonomi, pada umumnya masyarakat pengusaha roti, tenaga kerja, serta pedagang pakaian. Secara finansial omset pengusaha dan pedagang bertambah karena pesanan dan penjualan yang meningkat. Sedangkan bagi pekerja diberikan sekedar tunjangan dan untuk pengusaha kue sering diadakan kerja lembur karena pesanan yang berlipat. Bidang sosial kemasyarakatan meliputi meningkatnya kesadaran masyarakat akan kegotongroyongan. Selain dua bidang tersebut terlihat kesadaran anak untuk menghormati orang tua dengan membantu meringankan pekerjaan semakin dirasakan oleh orang tua.
PERAN PENYULUH AGAMA HINDU NON PNS TERHADAP PENDIDIKAN DAN SRADHA GENERASI MUDA HINDU DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOYOLALI I Made Rai Ardana; Farida Setyaningsih; Dewi Ayu Wisnu Wardani
Jawa Dwipa Vol. 2 No. 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.112 KB) | DOI: 10.54714/jd.v2i1.39

Abstract

Penyuluhan Agama Hindu adalah suatu kegiatan memberi sesuluh atau penjelasan ajaran agama Hindu dalam rangka pembinaan umat agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Hindu dengan kualitas dan kwantitas yang lebih baik. Seorang penyuluh dapat berfungsi untuk menginformasikan, mendidik, menghibur dan mempengaruhi. Tugas pokok dari seorang penyuluh agama yaitu melaksanakan penyuluhan untuk membina mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, pembentukan budi ekerti luhur, sebagai landasan hidup beragama, berbangsa dan bernegara. Penelitian ini membahas tentang kondisi Penyuluh Agama Hindu di Provinsi Jawa Tengah, Sasaran dan wilayah binaan Penyuluh Agama Hindu Non PNS di Kecamatan Tamansari Kabupaten Boyolali, Metode yang digunakan dalam penyuluhan, peran Penyuluh terhadap Pendidikan dan Sradha umat Hindu, serta kendala-kendala yang dihadapi dalam penyuluhan. Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan metode pengumpulan data, metode observasi, metode wawancara, metode kepustakaan dan pendokumentasian. Kemudian data tersebut di analisa secara diskriptif interpretative menggunakan pendekatan konsep dan seperengkat teori yaitu Teori Fungsionalisme Struktural, Teori Interaksionisme Sosial dan Teori Peran. Secara umum diketahui bahwa di Provinsi Jawa Tengah memiliki 78 Penyuluh Agama Hindu, 3 Penyuluh PNS dan 75 Penyuluh Non PNS yang tersebar di 23 Kabupaten/Kota. Penyuluh Agama Hindu Non PNS wilayah Kecamatan Tamansari telah melaksanakan kegiatan Penyuluhan pada semua jenjang usia dari anak-anak, Remaja dan Orang Tua. Metode yang digunakan untuk melakukan penyuluhan yaitu dengan Metode Sad Dharma dengan Lokasi Pembinaan di Pura Bhuana Puja, Pasraman Bhuana Puja, Pura Satya Dharma, Pura Yasa Dharma, Paguyuban KORPRI Kecamatan Musuk. Pembagian wilayah binaan telah disepakati oleh masing-masing Penyuluh Agama Hindu Non PNS di Kecamatan Tamansari Agus Sugiyono di Pura Satya Dharma, Agung Puji Widoyo di Pura Yasa Dharma, Wiyono dan Purwani di Pura Bhuana Puja. Peran Penyuluh Agama Hindu Non PNS dalam meningkatkan Pendidikan dan Sradha Generasi Muda Hindu diarahkan kepada Peningkatan Pendidikan Siswa Sekolah, Peningkatan Mental dan Spiritual Generasi Muda Hindu, Meningkatkan Pengetahuan Agama Hindu dan Keimanan Umat, Melestarikan Kebudayaan, Melakukan Kaderisasi Terhadap Tokoh-tokoh Hindu, dan Meningkatkan Kerukunan antar umat Hindu. Kendala yang dihadapi oleh Penyuluh Agama Hindu Non PNS secara umum dibagi menjadi dua yaitu pada kondisi wilayah binaan yang tergolong jauh dari tempat tinggal Penyuluh, sehingga kurang maksimal dalam melakukan penyuluhan sehingga agar semua kegiatan dapat terlaksana maka dijadwalkan dengan baik dalam pengaturan waktu. Kendala yang kedua adalah melibatkan kurangnya kesadaran anak muda dalam mengikuti pembinaan sehingga terkesan tidak serius dalam mengikuti pembinaan, serta umat yang kurang memahami Bahasa Indonesia membuat Penyuluh belajar ulang dalam menghadapi Umat Hindu.
FUNGSI TAPA PEPE DALAM TRADISI HINDU JAWA Arya Pradhana; Dewi Ayu Wisnu Wardani; Agus Riyadi
Jawa Dwipa Vol. 2 No. 2 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.778 KB) | DOI: 10.54714/jd.v2i2.44

Abstract

Tapa Pepe merupakan sebuah metode penyatuan antara Atman dengan Brahman melalui metode meditasi dengan memusatkan kepada sumber matahari. Tapa Pepe memfokuskan konsentrasinya pada “Sapta Cakra” yang ada dalam tubuh manusia. Untuk mengaktifkan cakra-cakra tersebut dengan tujuan mendekatkan diri dengan Tuhan. Ketika cakra-cakra dalam tubuh manusia terbuka, maka manusia akan banyak mendapatkan manfaat baik secara medis dan non medis, sekala dan niskala. Tapa Pepe merupakan tradisi Hindu yang telah dilaksanakan para leluhur pendahulu kita di tanah Jawa sebagai cara mendekatkan diri dalam proses menyatu dengan alam yang tiada lain adalah Tuhan itu sendiri sesuai dengan tujuan agama Hindu yaitu “mokshartam jagadhita ya ca iti dharma” dimana proses penyatuan diri seseorang melalui laku tertentu ibarat seperti seseorang melaksanakan laku upawasa (puasa) yang juga secara otomatis juga menyucikan dirinya sebagai jalan kepada Tuhan. Ritual Tapa Pepe yang dilakukan oleh Umat Hindu Jawa di Pura Mandira Seta Kraton Surakarta tidak jauh berbeda dengan ritual tapa pepe dibeberapa tempat. Perbedaanya adalah tempat pelaksanaannya dimana pada umumnya dilakukan di tempat terbuka, halaman rumah dan lain-lain. Berbeda dengan Tapa Pepe yang berada di Pura Mandira Seta dilakukan di dalam areal pura, dimana laku tapa pepe ini dilakukan di pelataran mandala tengah pura atau madya mandala, tepatnya di pelataran Arca Bhatari Dhurga Mahisasura Mardini. Tujuan dari Tapa Pepe di Pura Mandira Seta yaitu menyatukan Atman dengan Brahman yang berada dalam diri melalui metode menatap matahari sebagai sarana konsentrasinya. Konsentrasi pada Tapa Pepe atau Yoga Matahari berpusat pada cakra-cakra yang ada dalam tubuh. Tujuh cakra itu yaitu : Cakra Sahasrara (Cakra Mahkota), Ajna Cakra (Cakra Mata Ketiga/kening), Wisudha Cakra (Cakra Tenggorokan), Anahata Cakra (Cakra Jantung), Manipura Cakra (Cakra Pusar), Swadistana Cakra (Cakra Kelamin), Muladara Cakra (Cakra Tulang Ekor). Ketika cakra-cakra itu aktif, maka seseorang yang melakukan Tapa Pepe akan mendapatkan banyak manfaat seperti tidak mudah sakit karena menyerap energi matahari terbukti sekarang dilakukan banyak orang dimasa pendemi covid 19 ini.
KORELASI AGAMA HINDU DENGAN TRADISI NYEBAR UDIK-UDIK DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT JAWA Toto Margiyono; Dewi Ayu Wisnu Wardani; Ni Luh Putu Wiardani Astuti
Jawa Dwipa Vol. 3 No. 1 (2022)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54714/jd.v3i1.52

Abstract

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang Religius. Hal ini ditandai dengan adanya aktifitas perilaku masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai religius. Seperti kita lihat bersama, masih kita temukan orang melaksanakan puasa,tapa,berpantang melakukan dan makan sesuatu. Demikian juga dengan adanya pelaksanaan upacara Hari Raya keagamaan, upacara bayi dalam kandungan, kelahiran sampai orang meninggal masih dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Kedekatan masyarakat Jawa terhadap keluarga maupun orang tua terlihat dengan adanya tradisi Sungkem. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat dengan mengunjungi orang-orang yang dituakan. Penghormatan kepada mereka tidak hanya ketika masih hidup didunia. Setelah meninggal dunia penghormatan itu masih dilakukannya.Perkawinan merupakan sebuah momentum yang dianggap paling spesial bagi manusia ketika menjalani hidup bermasyarakat. Perkawinan merupakan upacara awal yang dilakukan ketika seseorang memasuki tahapan Grehasta dalam Catur Asrama. Dalam perkawinan adat Jawa terbagi dalam berbagai tahapan yang kesemuanya tidak lepas dari sebuah upacara. Tradisi yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Jawa adalah Tradisi Nyebar Udik-udik. Tradisi ini merupakan sebuah upacara ketika seseorang melangsungkan perkawinan yang terkahir bagi putra-putrinya.
STRATEGI PENGUATAN SRADHA DAN BHAKTI MELALUI AJARAN NAWA WIDHA BHAKTI DI ASHRAMA SEKOLAH TINGGI HINDU DHARMA KLATEN JAWA TENGAH Gayatri Sindhi Mahesti; Setyaningsih; Dewi Ayu Wisnu Wardani
Jawa Dwipa Vol. 3 No. 2 (2022)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54714/jd.v3i2.57

Abstract

Zaman modernisasi tidak lepas dari perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi maupun teknologi informasi yang mempermudah manusia melakukan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai macam perkembangan di era modernisasi ini membuat manusia banyak kehilangan tata krama dan ketaatannya kepada Tuhan terutama generasi muda yang semakin terpengaruh budaya asing. Menjadi umat beragama maka harus menjunjung tinggi sradha dan bhakti kepada Sang Hyang Widhi dengan melakukan perbuatan yang berlandaskan dharma. Tujuan peneltian ini adalah untuk mendiskripsikan strategi penguatan sradha dan bhakti melalui ajaran Nawa Widha Bhakti di Ashrama Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten Jawa Tengah, menganalisa faktor penghambat dan faktor pendukung dalam penguatan sradha dan bhakti melalui ajaran Nawa Widha Bhakti di Ashrama Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten Jawa Tengah dan mengevaluasi hasil dari penerapan penguatan sradha dan bhakti melalui ajaran Nawa Widha Bhakti di Ashrama Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Dari strategi penguatan sradha dan bhakti membentuk karakter mahasiswa mulai tertanam rasa peduli kepada sesama dan memahami kewajiban memperbaiki karma wasana guna mencapai Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma.
METODE PEMBELAJARAN DRILL AND PRACTICE PADA PENDIDIKAN AGAMA HINDU DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 3 KLATEN Talang Dewayanti; Sujaelanto; Dewi Ayu Wisnu Wardani
Jawa Dwipa Vol. 3 No. 2 (2022)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54714/jd.v3i2.58

Abstract

Tercapainya tujuan pembelajaran salah satunya tergantung dari metode pembelajaran yang dipergunakan. Penerapan metode pembelajaran tergantung dari materi, tujuan yang ingin dicapi, karakteristik siswa. Merujuk pada Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, sekolah memiliki gerak yang luas untuk memodivikasi dan mengembangkan pola penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan keadaan, potensi dan kebutuhan daerah. Untuk menjadikan masyarakat Hindu yang memiliki srada dan bakti sesuai dengan keyakinannya maka setiap satuan pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan agama Hindu harus memenuhi Aspek Weda, Aspek Tattwa, Aspek Susila, Aspek Upakara dan Aspek Sejarah Agama Hindu dengan memanfaatkan metode pembelajaran sesuai dengan tujuannya. Pembelajaran pendidikan agama Hindu di SMP Negeri 3 Klaten, dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran Ceramah dan pemberian tugas. Untuk memaksimalkan tujuan pembelajaran pendidikan agama Hindu di SMP Negeri 3 Klaten perlu dilakukan metode Drill And Practice. Dari latar belakang permasalahan tersebut dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan di uraikan dalam tulisan ini yakni ; Bagaimana minat siswa terhadap metode Drill And Practice; Faktor apa yang mempengaruhi terhadap metode pembelajaran Drill And Practice; Bagaimana dampak siswa terhadap metode pembelajaran Drill And Practice. Penelitian metode pembelajaran Drill And Practice pada pendidikan agama Hindu di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Klaten menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui minat belajar siswa, mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung serta dampak penerapan metode pembelajaran Drill And Practice. Data-data penelitian digali melalui metode wawancara, oserwasi dan studi kepustakaan. Data yang telah terkumpul akan dianalisa melalui Teori Humanistik dan Behaviorism. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran Drill And Practice pada pendidikan agama Hindu di SMP Negeri 3 Klaten mampu membangun motivasi siswa menjadikan suasana belajar yang awalnya komunikasi belajar satu arah (guru sebagai pusat belajar) berubah menjadi dua arah dimana antara guru dan murid terjadi komunikasi yang seimbang. Model pembelajaran Drill And Practice berdampak pada perubahan prilaku siswa pada saat kegiatan keagamaan Hindu di masyarakat, meningkatkan prestasi belajar pendidikan agama Hindu, siswa dapat berkreasi sesuai dengan bakat yang dimiliki, Siswa mempunyai keterampilan lebih yang dapat digunakan dilingkungan sekitar, mengubah pola pikir siswa, dan menjaga tradisi dan budaya. Faktor sarana dan prasarana faktor yang mempengaruhi kelancaran model pembelajaran dirll and practice pada pembelajaran pendidikan agama Hindu di SMP Negeri 3 Klaten.
ANALISIS KOMPETENSI GURU DI ABAD 21 Dewi Ayu Wisnu Wardani; Putu Budiadnya
Widya Aksara : Jurnal Agama Hindu Vol 28 No 1 (2023)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54714/widyaaksara.v28i1.211

Abstract

Sejak Pandemi Covid-19 mengalami perubahan dari semua lini kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan penggunaan teknologi diharuskan dalam proses belajar mengajar. Metode Penelitian dengan melakukan literature review dari beberapa artikel baik internasional maupun nasional yang dicari menggunakan google scholar dan publish or perish, 9 artikel dengan kata kunci kompetensi guru, pedagogik. Hasil review menyebutkan Guru harus mengembangkan kompetensi profesional sesuai dengan perkembangan jaman, situasi yang disebabkan oleh Covid-19 telah menyebabkan tren percepatan digitalisasi dan proses integrasi TIK di dalam kelas. Guru juga dituntut selalu mengembangkan strategi, metode dalam pembelajaran agar siswa dapat mengembangkan keterampilan Abad 21 yang biasa disebut dengan 4C berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), berkomunikasi (communication) dan berkolaborasi (collaboration). Pelatihan profesional dan penelitian berkelanjutan tentang kebutuhan guru sangat penting untuk mencapai homogenitas kompetensi dan bahwa jaringan yang mendukung harus dibentuk untuk mendorong kemitraan aktif antara guru dan lembaga pendidikan. Dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru dapat melalukan kegiatan seperti membaca sumber-sumber teknik mengajar, melakukan tinjauan karya tulis ilmiah, melakukan pembelajaran bervariasi, mengikuti berbagai pelatihan, melihat berita tentang pendidikan ataupun kajian pedagogik, serta mempraktekkan keterampilan-keterampilan dasar mengajar di kelasnya.
PROBLEM BASED LEARNING: MEMBUKA PELUANG KOLABORASI DAN PENGEMBANGAN SKILL SISWA Dewi Ayu Wisnu Wardani
Jawa Dwipa Vol. 4 No. 1 (2023)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54714/jd.v4i1.61

Abstract

Problem Based Learning (PBL) adalah pendekatan pembelajaran yang menempatkan siswa dalam konteks pemecahan masalah nyata untuk mendorong kolaborasi dan pengembangan skill.Artikel ini membahas pentingnya Problem Based Learning dalam memberikan peluang kolaborasi dan pengembangan keterampilan yang relevan bagi siswa di era pendidikan milenial. Siswa dilatih untuk berpikir kritis, berkomunikasi efektif, bekerja sama tim, kreatif, dan menyelesaikan masalah dunia nyata melalui pembelajaran berbasis masalah. Siswa dapat memperoleh keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia nyata dan mempersiapkan diri untuk tantangan masa depan dengan belajar berdasarkan masalah yang terstruktur. Artikel ini membahas manfaat belajar berdasarkan masalah, serta langkah-langkah implementasi dan masalah yang mungkin dihadapi. Pendidikan yang didasarkan pada masalah dapat menjadi pengalaman yang bermakna, relevan, dan mempersiapkan siswa untuk sukses di dunia yang kompleks.