Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENGARUH PEMAKAIAN KACAMATA BACA JADI TERHADAP TAJAM PENGLIHATAN PENDERITA PRESBYOPIA KOTA SEMARANG TAHUN 2013 Wahyudi, Didik
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : STIKES Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (895.61 KB) | DOI: 10.33666/jitk.v7i1.39

Abstract

Latar belakang Fenomena maraknya penjual kacamata di kakilima termasuk kacamata baca yang menjadi tempat berlabuhnya masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah yang secara harga sangat terjangkau dan dapat diakses dengan cepat dan tanpa melewati permeiksaan Tujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian kacamata jadi yang dijual dikakilima tanpa melakukan pemeriksaan refraksi terhadap penderita presbyopia. Hasil pasien pertama mengeluhkan penglihatan dekatnya kabur, pasien Sy telah menggunakan kacamata khusus baca yang dijual murah di pasar (dijual secara massal). Sedangkan pasien Sy tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Dari hasil anamnesa, pasien II mengeluhkan penglihatan dekatnya kabur, pasien N telah menggunakan kacamata baca yang dijual murah di pasar (dijual secara massal). Sedangkan pasien N tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Dari hasil anamnesa, pasien III mengeluhkan penglihatan dekatnya kabur (Rabun Dekat), pasien SAtelah menggunakan kacamata khusus baca yang dijual murah di pinggir jalan (dijual secara massal). Pasien SA tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Pembahasan Pada Pasien pertama Sy hal ini disebabkan DV bergeser 4 mm dari PD (DV kacamata baca = 62 mm dan PD Pasien Sy = 58 mm).Hal-hal tersebut perlu diperhatikan dalam penulisan resep kacamata agar sesuai dengan keadaan pasien. Namun seringkali terjadi pada pembelian kacamata yang dijual secara massal, pasien tidak mengetahui apakah DV kacamata tersebut sesuai dengan PD (dekat) pasien. Secara langsung kasus tersebut memiliki dampak terhadap penglihatan dekat pasien pada saat pasien melakukan aktivitas dengan jarak dekat, misalnya membaca koran, dan sebagainya. Kesimpulan Pembelian kacamata baca yang tidak sesuai dengan resep (keadaan pasien) dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa pusing jika dipakai selama ? 60 menit..Saran Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah responden yang lebih banyak lagi dengan metode yang berbeda dengan cakupan daerah yang lebih luas.?Kata kunci : kacamata baca, penglihatan, presbiopia
HUBUNGAN PROSES PENGOLAHAN PEMBAKARAN MAKANAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI DAN KONJUNGTIVITIS (STUDI KASUS DI RESTORAN MALL X KOTA SEMARANG) Wahyudi, Didik; Juwanita, Agnes
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan Vol 9, No 2 (2018)
Publisher : STIKES Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.518 KB) | DOI: 10.33666/jitk.v9i2.194

Abstract

Kelainan refraksi merupakan ?keadaan pembiasan mata dengan panjang bolamata yang tidak seimbang atau keadaan dimana sinar-sinar sejajar yang memasuki bolamata dibiaskan media refrakta tidak jatuh di retina. Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata dan merupakan salah satu penyebab gangguan penglihatan. Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan dan menganalisa anamnesa (umur, jenis kelamin, keluhan, pemakaian kacamata lama, dan riwayat penyakit), inspeksi/observasi, visus dan titik akhir koreksi visus monokuler dengan tingkat pengaruh asap pembakaran barbeque di Restoran Mall X Kota semarang. Jenis penelitian ini bersifat menjelaskan hubungan antara variable pengaruh dengan variable terpengaruh. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di Restoran Mall X Kota Semarang yang mengalami kelainan refraksi dan konjungtivitis. Sampel diambil dari pekerja yang menderita kelainan refraksi dan konjungtivitis. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan identitas (nama, alamat, pekerjaan, umur, jenis kelamin, masa kerja, lama bekrja per hari), anamnesa (keluhan, pernah pakai kacamata ukuran), visus dan tititk akhir koreksi visus mononkuler dengan tingkat pengaruh asap pembakaran barbeque. Disarankan untuk mengkondisikan lingkungan kerja yang menguntungkan faal kerja terutama berhubungan dengan penggunaan mata dalam bekerja. Pemakaian kacamata pelindung untuk melindungi mata dari pengaruh asap pebakaran barbeque. Mengatur pencahayaan sesuai dengan iluminasi normal untuk pekerjaan yang berhubungan pembakaran masakan. Penderita konjungtivitis disarankan mengecek kondisi matanya secara teratur untuk meminimalisir terjadinya infeksi yang lebih parah. Disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan.Kata kunci: Pembakaran makanan, kelainan refraksi, konjungtivitis?CONNECTING PROCESS WITH FOOD PROCESSING COMBUSTION REFRACTIVE DISORDERS AND CNJUNCTIVITIS MALL X CITY RESTAURANT IN SEMARANGAbnormalities of Refraction Refraction is the state of the eyes with long eye ball that is not balanced or the circumstances in which parallel rays entering the eye is refracted refrakta media did not fall on the retina. Conjunctivitis is an inflammation of the conjunctiva or the inflamed mucous membrane that covers the back of the eyeball and eyelid and is one of the causes of visual impairment. The purpose of this study is to describe and analyze anamnesis (age, gender, complaints, use old glasses, and disease history), inspection / observation, visual acuity and corrected visual acuity endpoint monokuler with the level of influence of combustion smoke barbeque at Restaurant X City Mall semarang. This kind of research is to explain the relationship between variables with a variable influence affected. The population in this study were all workers at Restaurant X Mall Semarang refraction disorders and conjunctivitis. Samples taken from the workers who suffer from disorders of refraction and conjunctivitis. The results showed that there was a relationship of identity (name, address, occupation, age, gender, years of long bekrja per day), anamnesis (complaint, never wear glasses the size), visual acuity and corrected visual acuity mononkuler tititk end with the level of influence of combustion smoke barbeque . It is recommended to establish the working environment that is favorable omen associated with the use of work, especially the eyes in work. Use goggles to protect eyes from the effects of smoke pebakaran barbeque. Adjust the lighting in accordance with normal illumination for combustion-related work of cooking. Conjunctivitis sufferers are advised to check the condition of his eyes on a regular basis to minimize the occurrence of more severe infections. Recommended for advanced research.Keywords: refraction disorder, conjunctivitis.
PEMASANGAN DAN PERAWATAN LENSA KONTAK LUNAK TORIK PADA PENDERITA ASTIGMATISMUS Wahyudi, Didik
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan Vol 9, No 1 (2018)
Publisher : STIKES Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.717 KB) | DOI: 10.33666/jitk.v9i1.63

Abstract

Kelainan refraksi telah banyak terjadi di dunia termasuk di indonesia, dengan jenis kelainan yang berbeda salah satunya adalah kelainan refraksi astigmatisma. Astigmatisma dapat dikoreksi dengan kacamata maupun lensa kontak. Namun para penderita astigmatisma pada umumnya hanya menggunakan lensa kontak spheris dan jarang menggunakan lensa kontak torik yang telah didesain khusus untuk menanggulangi astigmat.Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan prosedur pemasangan dan perawatan lensa kontak lunak torik pada penderita astigmatismus di Optik Metro Semarang.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskripstif dengan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan studi pustaka.Hasil penelitianberdasarkan jumlah penderita dan distribusi kelainan refraksi di Optik Metro sejak tanggal 13 ? 20 Agustus 2016, menunjukan bahwa jumlah penderita astigmatisma yang datang sebanyak 13,0% dengan jenis penanggulangan menggunakan lensa kontak lunak torik sebanyak 2,2%. Hasil anamnesa menunjukan bahwa pasien mempunyai motivasi tinggi untuk menggunakan lensa kontak serta menunjukan hasil inspeksi observasi yang baik terhadap mata pasien. Prosedur pemasangan lensa kontak dilakukan secara urut dengan menggunakan trial lensa kontak lunak torik berdasarkan pemilihan base curve, diameter dan power. Penilaian lensa kontak lunak torik secara khusus memperhaikan rotasi lensa kontak yang ditandai dengan pergeseran tanda referensi. Dalam penelitian ini ditemui pada mata kiri tanda referensi bergeser 50 berlawanan arah jarum jam, dan pada mata kanan bergeser 100 searah jarum jam. Sistem perawatan lensa kontak lunak torik dilakukan dengan cara memberikan edukasi pada pengguna tentang perawatan yang baik dan benar dalam penggunaan lensa kontak. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prosedur pemasangan lensa kontak lunak torik telah dilakukan dengan cara yang benar? dengan memperhatikan penilaian fitting yang baik. Sistem perawatan lensa kontak lunak torik pada penderita lensa kontak lunak torik pun dilakukan dengan baik menggunakan berbagai macam sistem perawatan.Kata Kunci : astigmatisma dan lensa kontak lunak tori?THE CONSTRUCTION AND CARING OF TORIK CONTACT LENS FOR ASTIGMATISMThe disorder of refraction has been happened in the world, include Indonesia, the disorder of astigmatism disorder is the one of difference disorder. The astigmatism can be defined by glasses or soft lens. However, the people who get astigmatism wear spheris soft lens in general and they often wear torik soft lens with special design to prevent astigmatism. The research objective is to know the relation between the procedure of the construction and caring of soft lens of torik for astigmatism in Optik Metro Semarang. This research uses the descriptive method with qualitative approach by using observation, interview, and the literature study as the data collection. The result? of this research based on the total of disorder and the distribution of refraction in Optik Metro since 13-20 August 2016, showed that the total astigmatism are 13,0 % and the type of repairing using contact lens are 2,2%. The result stated the patient have the high motivation to use the contact lens and give the better impact for the patient. The procedure of contact lens construction will be done orderly using trial torik contact lens based on the curve based choosing, diameter and power. The assessing of torilk contact lens are attending the rotation of contact lens those are signed by displacement of reference. In this research the left eye with reference eye is shifting 5? opposite directions the clock, and the right eye is shifting 10? in a clockwise direction. The system of contact lens caring will be accomplished by educated the user about the how to care the contact lens wisely. The research conclude that the construction and the caring are running well based on the procedure.Key Words : Astigmatism, torik contact lens.
HUBUNGAN USIA AKOMODASI DENGAN KELAINAN REFRAKSI MYOPIA DI RUMAH SAKIT WB SEMARANG Wahyudi, Didik
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan Vol 10, No 1 (2019)
Publisher : STIKES Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.366 KB) | DOI: 10.33666/jitk.v10i1.203

Abstract

Latar Belakang: Myopia merupakan suatu keadaan dimana sinar-sinar sejajar yang memasuki bolamata dibiaskan oleh media refrakta didepan retina. Ketidak mampuan seseorang melihat obyek jauh dengan jelas atau miopia dapat terjadi oleh karena beberapa sebab, antara lain karena faktor jarak baca dan  pencahayaan. Angka kejadian miopia yang semakin meningkat dari tahun ketahun.Tujuan :penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia jenis kelamin dengan kelainan refraksi miopia di Rumah Sakit WB Semarang.MetodePenelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif kualitatif, yang bersifat observasional pada beberapa kasus, populasinya penderita myopia, yang dilakukan di Rumah Sakit WB Semarang.Hasil Myopia menduduki persentasi tertinggi  65,5%,miopia remaja lebih tinggi 30,53%,miopia pada usia anak11,45 %, prosentase miopia pada usia dewasa awal sebesar 13,74%,prosentase miopia pada usia dewasa madya  24,43%, prosentase myopia pada usia tua  19,84%, perempuan menduduki prosentase sebanyak 60% laki-laki dibawahnya yaitu sebesar 40%.Pembahasan : Akomodasi merupakan kemampuan lensa mata untuk mencembung dan memipih yang terjadi akibat kontraksi otot akomodasi, bahwa amplitudo akomodasi semakin menurun dengan usia. Akibat akomodasi daya pembiasan lensa yang mencembung bertambah kuat. Kekuatan akomodasi akan meningkat sesuai dengan kebutuhan dan tergantung jarak benda yang dilihat. Makin dekat benda yang dilihat maka makin kuat mata harus berakomodasi lensa mencembung,Kesimpulan :Ada hubungan usia jenis, kelamin dengan miopia yang berkaitan  kekuatan akomodasi yang akan meningkat sesuai dengan kebutuhan sehingga semakin dekat benda yang dilihat, makin kuat mata harus berakomodasi, akomodasi semakin menurun dengan bertambahnya usia.Kata kunci           :Usia, akomodasi,  miopia. AbstractThe incidence of myopia is increasing from year to year.This study aims to determine the relationship between age of sex and myopia refraction abnormalities in Semarang WB Hospital.method, which was observational in several cases, the population of myopia sufferers, which was carried out at WB Semarang Hospital.Myopia achieved the highest percentage of 65.5%, juvenile myopia 30.53% higher, myopia at child age 11.45%, the percentage of myopia in early adulthood was 13.74%, the percentage of myopia at adulthood was 24.43%, the percentage of myopia in old age is 19.84%, women occupy a percentage of as many as 60% of men below that is equal to 40%.Accommodation is the ability of the eyepiece to swell and flatten that occurs due to muscle contraction of accommodation, that the amplitude of accommodation decreases with age. As a result of accommodation the refracting power of the bulging lens gets stronger. The strength of accommodation will increase according to needs and depending on the distance of the object being seen. The closer the object is seen, the stronger the eye must accommodate the bulging lens,There is a relationship between age types, sex with myopia which relates to the strength of accommodation which will increase according to need so that the closer the object is seen, the stronger the eye must accommodate, accommodation decreases with age. Keywords: Age, acomodation, myopia.
HUBUNGAN USIA, JENIS KELAMIN DAN TINGKAT KONSUMSI ZAT GIZI DENGAN TINGKAT KEMATANGAN KATARAK SENILIS (STUDI DI RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SEMARANG) Wahyudi, Didik; Yani, Ahmad
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan Vol 1, No 2 (2010)
Publisher : STIKES Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.056 KB) | DOI: 10.33666/jitk.v1i2.28

Abstract

Tingginya angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,4% merupakan angka tertinggi di wilayah regional asia tenggara, penyabab utamanya katarak, salah satu jenis katarak adalah katarak senilis yang terbagi dalam empat tingkatan yaitu insipien, imatur, matur, hipermatur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia jenis, jenis kelamin, tingkat konsumsi zat gizi dengan tingkat kematangan katarak senilis. Jenis penelitian ini adalah cross sectional, populasi adalah penderita katarak 517 diambil sampel sebanyak 89 orang secara simple random samplingyang sesuai dengan kriteria inklusi. Analisa data memakai uji Chi Square( X2) dan dilanjutkan dengan koefisien kotingensi dengan tingkat kpercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan persentase tertinggi penderita katarak senilis adalah lansia (65%), berjenis kelamin perempun (61%) tingkat konsumsi energi defisit (29%), tingkat konsumsi protein defisit (46%), tingkat konsumsi vitamin C defisit dan kurang (36%) pada tingkat kematangan katarak matur (55%). Terdapat hubungan usia dengan tingkat kematangan katarak senilis ( p = 0.018, c = 0.018 ) ada hubungan jenis kelamin dengan tingkat kematangan katarak senilis ( p = 0.021, c = 0.282 ). Ada hubungan tingkat konsumsi energi dengan tingkat kematangan katarak senilis ( p = 0.038, c = 0.361 ). Ada hubungan tingkat konsumsi protein dengan tingkay kematangan katarak senilis ( p = 0.029, c = 0.370 ). Tidak ada hubungan tingkat konsumsi vitamin C dengan tingakat kematanga katarak senilis ( p = 0.025, c = 0.284 ) disarankan untuk penyebar luasan informasi kepada masyarakat khususnya lansia mengenai konsumsi energi, protein,yang berhubungan dengan tingkat kematangan katarak senilis Kata kunci             :  Usia, jenis kelamin, tingkat konsumsi energi, protein, vitamin C, katarak senilis
PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA HEURISTIK RAJENDRAN UNTUK PENJADUALAN PRODUKSI JENIS FLOW SHOP Wahyudi, Didik; Medianti, Ervin; Soetanto, Tessa Vanina
Jurnal Teknik Industri Vol 1, No 1 (1999): JUNE 1999
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (63.627 KB) | DOI: 10.9744/jti.1.1.pp. 41-50

Abstract

Flow shop scheduling problem is to schedule a production process of n jobs that go through the same process sequence and the same m machines. Most researches are don to accomplish only one objective, i.e. minimizing makespan. The other objective, such as total flow time, or multiple objectives that is minimizing makespan, total flow time and machine idle time, will be more effective in reducing scheduling cost, as written in French (1982). Rajendran algorithm (1995) that solves flow shop problem with multiple objectives will be used to evaluate the proposed algorithm: Genetic Algorithm, developed by Sridhar & Rajendran (1996) on a problem that existed in a shoe factory. Abstract in Bahasa Indonesia : Masalah penjadualan flow shop adalah menjadualkan proses produksi dari masing-masing n job yang mempunyai urutan proses produksi dan melalui m mesin yang sama. Kebanyakan penelitian hanya mengacu pada satu tujuan saja yaitu meminimumkan makespan. Tujuan yang lain, seperti meminimumkan total flow time atau multiple objectives yang meminimumkan makespan, total flow time dan machine idle time akan lebih efektif dalam mengurangi biaya penjadualan, sebagaimana dikatakan oleh French (1982). Algoritma Rajendran (1995) yang menyelesaikan masalah flow shop dengan multiple objectives akan dipergunakan untuk mengevaluasi algoritma usulan: Algoritma Genetika, yang dikembangkan oleh Sridhar & Rajendran (1996) pada suatu masalah yang ditemui di suatu perusahaan sepatu. Kata kunci: flow shop, algoritma genetika, multiple objectives
Genetic Diversity of Porang Populations (Amorphophallus Muelleri Blume) In Central Java and West Java Based on LEAFY Second Intron Marker Nikmah, Isna Arofatun; Azrianingsih, Rodiyati; Wahyudi, Didik
Journal of Tropical Life Science Vol 6, No 1 (2016)
Publisher : Journal of Tropical Life Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/jtls.06.01.05

Abstract

Porang (Amorphophallus muelleri Blume) dispersed and grows well in Java island. This research aimed to determine the genetic diversity of porang populations in Central Java and West Java based on LEAFY second intron (nuclear genome encoding flower development). DNA samples of porang were from previous study, which are obtained from Central Java (Pamedaran, Grobogan, Wonogiri, Karangtengah) and West Java (Cisompet) as ingroup. A. variabilis from Pamedaran Brebes, A. ochroleucus, A. longituberosus, A. sumawongii, and A. tinekeae from genbank were treated as outgroup. LEAFY second intron was amplified using primers FLint2 F1 5’-CTTCCACCTCTACGACCAGTG-3’ and FLint2 R1 5’-TCTTGGGCTTGTTGATGTAGC-3’. Analysis using dnasp5 showed that 23 samples had 89 invariable sites and 139 variable sites that consisted of 12 singleton two variants sites, 118 parsimony-informative two variants sites and 9 Parsimony-informative three variants sites. The total of haplotype were 7 haplotypes where 16 ingroup samples clumped on haplotype 1 whereas 2 samples of Grobogan (Grobogan I and Grobogan III) clumped on haplotype 2 and outgroup samples occupied at their own haplotype. Genetic distance of all ingroup samples were 0-0,004 showing no differences among individuals. Analysis of phylogenetic tree using Maximum Parsimony, Neighbor Joining and Maximum Likelihood resulting a polytomy branch of ingroup samples except Grobogan which forms a separated sub clad. Key words: Genetic diversity, haplotype, Java, LEAFY, Porang.
DISTRIBUSI DAN KERAPATAN EDELWEIS (Anaphalis javanica) DIGUNUNG BATOK TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU Wahyudi, Didik
El-Hayah : Jurnal Biologi Vol 1, No 2 (2010): EL-HAYAH (VOL 1, NO 2, Maret 2010)
Publisher : Department of Biology Science and Technology Faculty UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/elha.v1i2.1694

Abstract

Gunung Batok merupakan satu diantara gunung-gunung di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang merupakan habitat edelweis (Anaphalis Javanica). Keberadaan edelweis di gunung batok pada beberapa tahun terakhir mulai terancam kelestariannya karena kebakaran dan perambahan oleh warga sekitar dan wisatawan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang distribusi dan kepadatan edelweis (A. javanica) di Gunung Batok Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan tujuan untuk mengetahui pola penyebaran dan kerapatan edelweis (A. javanica) di Gunung Batok Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan edelweis (A.javanica) dan distribusinya serta faktor lingkungan apa yang paling mempengaruhi terhadap kelimpahan edelweis (A. javanica). Penelitian ini dilaksanakan di Gunung Batok Taman Nasional Bromo Tengger semeru pada bulan April sampai dengan September 2010. Penelitian bersifat deskriptif kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan membagi Gunung Batok menjadi 4 stasiun berdasarkan arah mata angin. Setiap stasiun dipasang transek dengan panjang 50 m sebanyak 10 transek. Faktor lingkungan yang diamati meliputi kelembaban, suhu, dan kecepatan angin. Data kerapatan dianalisis dengan rumus jumlah edelweis/luasarea, pola distribusi edelweis dianalisis dengan menggunakan Indeks Morisita dengan uji Chi-square dan hubungan factor lingkungan dan kelimpahan edelweis (A. javanica) dianalisis dengan regresi ganda. Setiap edelweis (A. javanica) yang ditemui ditandai titik koordinatnya dengan GPS, kemudian untuk mengetahui posisi edelweis di Gunung BatokTaman Nasional Bromo tengger Semeru data diolah menggunakan google earth. Hasil penelitian menemukan 115, edelweis/ha. Berdasarkan analisis Indeks Morisita menunjukkan bahwa pola penyebaran edelweis (A. javanica) cenderung mengelompok dan setelah di uji lanjut dengan uji chi-squere diketahui bahwa distribusinya seragam. Semua variabel independen (suhu, kelembaban dan kecepatan angin) tidak mempunyai korelasi yang erat terhadap variabel bebas (kepadatan Edelweis (A. javanica)) di Gunung Batok Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Antioxidant and Antifungal Activity of Jeringau (Acorus calamus L.) Extract In Some Organic Solvents In Vitro Muchtaromah, Bayyinatul; Ahmad, Mujahidin; Hasan, M. Nur; Wahyudi, Didik
El-Hayah : Jurnal Biologi Vol 6, No 3 (2017): EL-HAYAH (VOL 6, NO 3,September 2017)
Publisher : Department of Biology Science and Technology Faculty UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/elha.v6i3.5334

Abstract

Candidiasis is one disease that has experienced by 75% of women in Indonesia caused by fungal infection,Candida albicans. Candidiasis can cause serious complications such as infertility. One of the best known ingredients to cure infertility problems is jeringau rhizome (Acoruscalamus L.). This research is the first step to process for  standardization and scientification of jeringau rizhome as one of the basic ingredients of Madura traditional medicine, jamu "SuburKandungan". It was aimed to investigate antioxidant and antifungal activity of jeringau rizhome in some organic solvents. Samples were extracted by maceration method using ethanol, chloroform, and n-hexane. Antioxidant activityassaywas determined using DPPH method.Ascorbic acid was used as control.  Antifungal activity test on Candida albicans was done by usingkirby bauer method to measure diameter of inhibition zone and microdilution plate method to determine MIC and MFC. The highest antioxidant activity was revealed by ethanolfollowed by chloroform and n-hexane, while the highest antifungal activity was obtained by ethanol followed by n-hexane and chloroform. The MIC value of ethanol, chloroform and n-hexanewere founded at concentration of 0.39% and the MFC at a concentration of 0.78%.
The In Silico Analysis and Identification of Possible Inhibitor of H5N1 Virus: Compounds Analysis and Identification of Possible Neuraminidase Inhibitors Syafrudin, Syafrudin; Septiadi, Luhur; Alfaruqi, Nuri Thobibatus Shofia; Wahyudi, Didik; Kharisma, Viol Dhea
Bioinformatics and Biomedical Research Journal Vol. 1 No. 2 (2018): Volume 1 Issue 2
Publisher : Future Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fingerroot (Boesenbergia pandurata (Roxb.)) belongs to the family Zingiberaceae (Ginger). B. pandurata has pharmacological benefits such as neuroprotective, chemoprotective, anti-inflammatory, anti-angiogenic, antioxidant, an inhibitor of protease enzyme NS2B/NS3 dengue virus, Japanese encephalitis virus and swine flu virus (H1N1). This study aims to determine the most effective compounds from B. pandurata as neuraminidase inhibitors of H5N1 virus. The amino acid sequence for neuraminidase of avian influenza A virus subtype H5N1 of A/China/GD02/2006 was retrieved from protein sequence database at NCBI. Then, modeled by Swiss Model. Analyse of molecular docking was performed using PyRx and the interactions between neuraminidase inhibitors of H5N1 and B. pandurata active compound was analyzed by PyMol software and LigPlot+ software. From the 30 active compounds which have been docked, 4-hydroxypanduratin A, rubranine, boesenbergin B, boesenbergin A, 5,7-dimethoxyflavone, and tectochrysin had an equal or smaller free binding energy than control compound. 4-hydroxypanduratin A proved to be the most potent active compound as a neuraminidase inhibitor (NA 1) because it has the most negative binding energy and the same amino acid binding residue with the control compound. Therefore, 4-hydroxypanduratin A is predicted to be used as inhibitors of neuraminidase in the H5N1 virus.