Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

DENSITAS TANGKASI (TARSIUS SPECTRUM) DI KAWASAN HUTAN KOTA DESA KUWIL KABUPATEN MINAHASA UTARA Sandy, Jhon Ismail; Saroyo, Saroyo; Wahyudi, Lalu
PHARMACON Vol 8, No 4 (2019)
Publisher : PHARMACON

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT The Kuwil Village Forest City holds an endemic species of Tangkasi (Tarsier spectrum). The condition of forests that characterizes primary forests makes the stems remain in the forest area still status is urban forest. The area of the City Forest of the Kuwil Village is ± 43 ha with a total sampling area of 0.0275 km2 or 2.75 ha with the number of plots installed putting together 14 plots that form a circle with a radius of 25 m. Data was collected in the morning at 05.00-06.15 WITA. Based on the research results obtained a total of duet calls at the location obtained 18 duet calls with a total of 2627 tails / km2 or 26.27 tails / ha which indicates a high population density in urban forest areas. Kuwil City Forest has a variety of potential wildlife that can be processed for conservation of its sustainability. Wildlife conservation can be useful in the future so that it can be used as the development of wildlife utilization both for recreation, natural attractions, and research development. Key words: Kuwil Village, Tangkasi, Kuwil Urban Forest, Density of Tarsier, Conservation. ABSTRAKHutan Kota Desa Kuwil menyimpan satwa endemik tangkasi (Tarsius spectrum). Kondisi hutan yang mencirikan hutan primer membuat tangkasi tetap tinggal di kawasan hutan meskipun statusnya adalah hutan kota. Luas area Hutan Kota Desa Kuwil adalah ± 43 ha dengan luas area total pengambilan sampel adalah 0,0275 km2 atau 2,75 ha dengan  jumlah plot yang di pasang berjumlah 14 plot berbentuk lingkaran dengan jari-jari 25 m. Pengambilan data dilakukan pada pagi hari pukul 05.00-06.15 WITA. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh total duet call di lokasi berjumlah 18 duet call dengan jumlah 2627 ekor/Km2 atau 26,27 ekor/ha yang menunjukkan kepadatan populasi tangkasi pada kawasan hutan kota jumlah populasi yang tinggi. Hutan Kota Kuwil mempunyai beragam potensi satwaliar yang dapat diolah untuk memelihara kelestariannya. Konservasi satwaliar dapat berguna kedepannya agar dapat digunakan sebagai pengembangan pendayagunaan satwaliar baik untuk rekreasi, objek wisata alam, dan pengembangan penelitian. Kata kunci: Desa Kuwil, Tangkasi, Hutan Kota kuwil, Densitas Tangkasi, konservasi.
KEANEKARAGAMAN AMPHIBIA DI KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI Liando, Greace; Katili, Deidy; Wahyudi, Lalu
PHARMACON Vol 8, No 3 (2019)
Publisher : PHARMACON

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Amphibia merupakan hewan bertulang belakang yang hidup di dua alam yaitu air dan darat. Amphibia terdiri dari tiga ordo, yaitu Caecilia, Caudata dan Anura. Sebagian besar amphibia mempunyai anggota gerak seperti tungkai dan jari-jari. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat keanekaragaman amphibia yang ada di Kampus Universitas Sam Ratulagi Manado berdasarkan nilai indeks Shannon-Wiener. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yang dilaksanakan pada bulan September-November 2017. Berdasarkan hasil penelitian terdapat enam jenis amphibia yang ditemukan yaitu, Peltophryne lemur, Phrynoidis asper, Ingerophrynus biporcatus, Bufo melanostictus, Bufo bankorensis, dan Bufo gargarizans. Amphibia yang paling banyak ditemukan adalah Phrynoidis asper dan yang paling sedikit ditemukan adalah Bufo bankorensis. Indeks keanekaragaman dari amphibia yang diamati terdapat di kampus Unsrat termasuk dalam kategori sedang dengan nilai indeks1,783.Kata kunci: Keanekaragaman, Amphibia.ABSTRAKAmphibia is a vertebrate animal that lives in two realms: water and land. Amphibia consists of three orders, namely Caecilia, Caudata and Anura. Most amphibians have limbs such as limbs and fingers. This research aims to determine the extent of amphibian diversity that exists at the University Sam Ratulagi Manado campus based on the value of Shannon-Wiener index. The study used purposive sampling methods conducted in September-November 2017. Based on the research results there are six types of amphibia found namely, Peltophryne Lemur, Phrynoidis asper, Ingerophrynus biporcatus, Bufo melanostictus, Bufo bankorensis, and Bufo Gargarizans. The most widely discovered amphibian is Phrynoidis asper and the fewest found is Bufo bankorensis. The diversity index of amphibians observed on the campus of Unsrat is included in the medium with the value of Indeks1,783.Keywords: Diversity, Amphibia.
KEANEKARAGAMAN BINTANG MENGULAR (OPHIUROIDEA) DI PERAIRAN DESA MOKUPA, KECAMATAN TOMBARIRI, KABUPATEN MINAHASA Lesawengan, Selly; Langoy, Marnix L.D.; Wahyudi, Lalu
PHARMACON Vol 8, No 3 (2019): PHARMACON
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/pha.8.2019.29338

Abstract

Ophiuroids are well known called brittle star which is one member of the Phylum Echinodermata. Brittle stars have an important ecological role in the  food chain that can support marine ecosystem. Brittle star are currently have no economic importance. However, the genus ophioderma can be used as aquarium decoration because it has an attractive color. This research aims to determine the level of diversity of brittle stars in Mokupa waters, Tombariri District, Minahasa Regency using the Shannon-Wiener diversity index. This research was conducted in June 2018 applying quadrant transect method. Species of brittle stars found there are 7 types of Macrophiothrix longipeda, Ophiomastix janualis, Ophiocoma brevipes, Ophiocoma schoenleinii, Ophiomastix annulosa, Ophiocoma scolopendrina and Ophiolepis cincta. Ophiomastix janualis is dominant species but not for Ophiocoma brevipes. Ophiuroids diversity in the Mokupa waters was classified into moderate class with a diversity index of 1,475 Keywords: Brittle Star, Diversity, Minahasa Regency. ABSTRAK Bintang mengular (Ophiuroidea) merupakan salah satu kelas yang tergolong dalam filum Echinodermata. Fungsi ekologis bintang mengular yaitu memegang peran penting dalam rantai makanan yang menopang suatu bentuk ekosistem di laut. Dari sudut ekonomi belum diketahui nilai ekonomis dari bintang mengular namun khususnya dari genus Ophioderma  bisa dijadikan sebagai hiasan aquarium karena memiliki warna yang menarik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat keanekaragaman bintang mengular di perairan Desa Mokupa, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa berdasarkan nilai indeks Shannon-Wiener. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2018 dengan menggunakan metode transek kuadrat. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 7 jenis yang ditemukan yaitu, Macrophiothrix longipeda, Ophiomastix janualis, Ophiocoma brevipes, Ophiocoma schoenleinii, Ophiomastix annulosa, Ophiocoma scolopendrina dan Ophiolepis cincta. Bintang mengular yang paling banyak ditemukan adalah Ophiomastix janualis dan yang paling sedikit adalah Ophiocoma brevipes. Indeks keanekaragaman dari bintang mengular yang diamati termasuk dalam kategori sedang yaitu 1,475. Kata kunci: Bintang mengular, Keanekaragaman, Kabupaten Minahasa.
KEANEKARAGAMAN AMPHIBIA DI KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI Liando, Greace Kurniawati; Katili, Deidy Yulius; Wahyudi, Lalu
PHARMACON Vol 8, No 3 (2019): PHARMACON
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/pha.8.2019.29337

Abstract

Amphibia is a vertebrate animal that lives in two realms: water and land. Amphibia consists of three orders, namely Caecilia, Caudata and Anura. Most amphibians have limbs such as limbs and fingers. This research aims to determine the extent of amphibian diversity that exists at the University Sam Ratulagi Manado campus based on the value of Shannon-Wiener index. The study used purposive sampling methods conducted in September-November 2017. Based on the research results there are six types of amphibia found namely, Peltophryne Lemur, Phrynoidis asper, Ingerophrynus biporcatus, Bufo melanostictus, Bufo bankorensis, and Bufo Gargarizans. The most widely discovered amphibian is Phrynoidis asper and the fewest found is Bufo bankorensis. The diversity index of amphibians observed on the campus of Unsrat is included in the medium with the value of Indeks1,783.Keywords: Diversity, Amphibia.ABSTRAKAmphibia merupakan hewan bertulang belakang yang hidup di dua alam yaitu air dan darat. Amphibia terdiri dari tiga ordo, yaitu Caecilia, Caudata dan Anura. Sebagian besar amphibia mempunyai anggota gerak seperti tungkai dan jari-jari. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat keanekaragaman amphibia yang ada di Kampus Universitas Sam Ratulagi Manado berdasarkan nilai indeks Shannon-Wiener. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yang dilaksanakan pada bulan September-November 2017. Berdasarkan hasil penelitian terdapat enam jenis amphibia yang ditemukan yaitu, Peltophryne lemur, Phrynoidis asper, Ingerophrynus biporcatus, Bufo melanostictus, Bufo bankorensis, dan Bufo gargarizans. Amphibia yang paling banyak ditemukan adalah Phrynoidis asper dan yang paling sedikit ditemukan adalah Bufo bankorensis. Indeks keanekaragaman dari amphibia yang diamati terdapat di kampus Unsrat termasuk dalam kategori sedang dengan nilai indeks1,783.Kata kunci: Keanekaragaman, Amphibia.
DENSITAS TANGKASI (Tarsius spectrum) DI KAWASAN HUTAN KOTA DESA KUWIL KABUPATEN MINAHASA UTARA Sandy, Jhon I.; Saroyo, Saroyo; Wahyudi, Lalu
PHARMACON Vol 8, No 3 (2019): PHARMACON
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/pha.8.2019.29400

Abstract

ABSTRACT The Kuwil Village Forest City holds an endemic species of Tangkasi (Tarsier spectrum). The condition of forests that characterizes primary forests makes the stems remain in the forest area still status is urban forest. The area of the City Forest of the Kuwil Village is ± 43 ha with a total sampling area of 0.0275 km2 or 2.75 ha with the number of plots installed putting together 14 plots that form a circle with a radius of 25 m. Data was collected in the morning at 05.00-06.15 WITA. Based on the research results obtained a total of duet calls at the location obtained 18 duet calls with a total of 2627 tails / km2 or 26.27 tails / ha which indicates a high population density in urban forest areas. Kuwil City Forest has a variety of potential wildlife that can be processed for conservation of its sustainability. Wildlife conservation can be useful in the future so that it can be used as the development of wildlife utilization both for recreation, natural attractions, and research development. Key words: Kuwil Village, Tangkasi, Kuwil Urban Forest, Density of Tarsier, Conservation. ABSTRAKHutan Kota Desa Kuwil menyimpan satwa endemik tangkasi (Tarsius spectrum). Kondisi hutan yang mencirikan hutan primer membuat tangkasi tetap tinggal di kawasan hutan meskipun statusnya adalah hutan kota. Luas area Hutan Kota Desa Kuwil adalah ± 43 ha dengan luas area total pengambilan sampel adalah 0,0275 km2 atau 2,75 ha dengan  jumlah plot yang di pasang berjumlah 14 plot berbentuk lingkaran dengan jari-jari 25 m. Pengambilan data dilakukan pada pagi hari pukul 05.00-06.15 WITA. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh total duet call di lokasi berjumlah 18 duet call dengan jumlah 2627 ekor/Km2 atau 26,27 ekor/ha yang menunjukkan kepadatan populasi tangkasi pada kawasan hutan kota jumlah populasi yang tinggi. Hutan Kota Kuwil mempunyai beragam potensi satwaliar yang dapat diolah untuk memelihara kelestariannya. Konservasi satwaliar dapat berguna kedepannya agar dapat digunakan sebagai pengembangan pendayagunaan satwaliar baik untuk rekreasi, objek wisata alam, dan pengembangan penelitian. Kata kunci: Desa Kuwil, Tangkasi, Hutan Kota kuwil, Densitas Tangkasi, konservasi
KARAKTERISTIK GAYA AERODINAMIKA PADA BURUNG MERPATI (COLUMBA LIVIA) Dahrun, Melantika; Langoy, Marnix L. D.; Wahyudi, Lalu
PHARMACON Vol 8, No 3 (2019): PHARMACON
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/pha.8.2019.29392

Abstract

ABSTRACT Pigeon (Columba livia) is a type of bird which is nurtured and cultivated by human. Pigeon is one of the vertebrate aves group that has wings and feathers in which the majority of their activities are flying. Pigeon has unique advantages over other bird species which it has high ability to remember location and can also fly up to 65-80 km/hour. In one day, pigeon can fly as far as 965 km. The beautiful style of pigeon when flying allows it to fly quickly in aerodynamics. Based on the research background, we investigated the characteristics of aerodynamics of pigeons. The aim of this study was to determine the lift and thrust forces produced by pigeons during flying. The results of this study ware expected to be source of information on the biophysical aspects of aerodynamic forces of birds. As a result, body’s morphometric measurements among bird one, two, and three such as, The lift and thrust force of the first Pigeon (L= 16.71 N and F= 8.16 N), second dove (L= 6.21 N and F= 6.82 N) and third Pigeon (L= 9.18 N and F= 6.29 N). Keywords : Pigeon, Aerodynamic Force Characteristics, Morphomentrik.  ABSTRAK Burung merpati (Columba livia) merupakan jenis burung yang dipelihara dan dibudidayakan para penggemar burung. Burung merpati adalah salah satu kelompok aves bertulang belakang (vertebrata) yang mempunyai sayap dan bulu mayoritas aktivitasnya adalah terbang. Burung merpati ini mempunyai kelebihan-kelebihan unik dari pada jenis burung lainnya, yaitu burung merpati mempunyai kemampuan mengingat lokasi sangat baik serta burung ini juga mempu terbang hingga 65-80 km/jam, dalam satu hari burung merpati dapat terbang sejauh 965 km. Gaya burung merpati yang indah saat terbang memungkinkan mereka terbang dengan cepat secara aerodinamika. Berdasarkan latar belakang tersebut telah dilakukan penelitian tentang karakteritik gaya aerodinamika pada burung merpati . Dengan tujuan mengetahuai berapa gaya angkat dan gaya dorong yang dihasilkan burung merpati ketika terbang. Dari hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi pada aspek biofisika terhadap gaya aerodinamika pada burung. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pengukuran Morfometrik tubuh burung merpati satu, dua, dan ketiga. Perhitungan gaya angkat dan gaya dorong pada burung merpati pertama (L= 16,71 N dan F= 8,16 N), burung ke dua (L= 6,21 N dan F= 6,82 N) dan burung ke tiga (L= 9,18 N dan F= 6,29 N) dapat dilihat bahwa adanya perbedaan gaya angkat dan gaya dorong burung merpati satu, dua, dan tiga. Kata kunci : Burung Merpati, Karakteristik Gaya Aerodinamika, Morfomentrik
DENSITAS DAN AKTIVITAS AYAM HUTAN MERAH (Gallus gallus) DI HUTAN GUNUNG KLABAT, MINAHASA UTARA, SULAWESI UTARA Puasa, Marton; Saroyo, Saroyo; Wahyudi, Lalu
PHARMACON Vol 8, No 4 (2019): PHARMACON
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/pha.8.2019.29381

Abstract

ABSTRACTRed jungle fowl is one of the important animals that live in the forest and has various roles, such as ecological, economic and aesthetic functions. This study aims to analyze the population of red jungle fowl in forest habitat I and forest habitat II in the forest of Mount Klabat Utara Minahasa and analyze the activity of red forest chicken in forest habitat I and forest habitat II in the forests of Mount Klabat North Minahasa. This study uses a survey method with line transect sampling. Transects were determined as many as four, namely two transects in forest habitat type I and two transects in forest habitat type II. Each transect length is 2000 m and the left width is 20 m and the right width is 20 m, each transect is observed for 10 times. Density found in transect I was 25.63 animals / km² and transect II was 10.63 animals / km², in addition it was found that the dominant activity in both types of forest was forest I with feeding activity 19 (0.76%) moved 4 (0.16%), rest 2 (0.20%), in forest II looking for food, 5 (0.50%), move 3 (0.30%), rest 2 (0.20%).Keywords: Red jungle fowl (Gallus gallus), density, activity, Mount Klabat, North Minahasa, North Sulawesi ABSTRAKAyam hutan merah merupakan salah satu satwa penting yang hidup di hutan dan mempunyai berbagai peran, seperti fungsi ekologi, ekonomi dan estetika. Penelitian ini bertujuan menganalisis populasi ayam hutan merah pada habitat hutan I dan habitat hutan II di hutan Gunung Klabat Minahasa Utara dan menganalisis aktivitas ayam hutan merah pada habitat hutan I dan habitat hutan II di hutan Gunung Klabat Minahasa Utara. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan sampling berbentuk transek garis. Transek ditentukan sebanyak empat, yaitu dua transek pada tipe habitat hutan I dan dua transek pada tipe habitat hutan II. Panjang transek masing-masing ialah 2000 m dan lebar kiri 20 m dan lebar kanan 20m, setiap transek dilakukan pengamatan selama 10 kali. Densitas yang di temukan pada transek I yaitu 25.63 ekor/km² dan di transek II 10.63 ekor/km², selain itu di temukan aktivitas yang dominan pada kedua tipe hutan yaitu hutan I dengan aktivitas makan 19 (0.76%) berpindah 4 (0.16%), istirahat 2 (0.20%), di hutan II mencari makan, 5 (0.50%), berpindah 3 (0.30%), istirahat 2 (0.20%).Kata kunci: Ayam hutan merah (Gallus gallus), densitas, aktivitas, Gunung Klabat, Minahasa Utara, Sulawesi Utara
Penentuan Ukuran Kelompok dan Densitas Tangkasi (Tarsius tarsier) di Cagar Alam Tangkoko Batuangus, Kota Bitung, Sulawesi Utara (Group Size and Density Determination of Tankasi (Tarsius tarsier) in The Nature Reserve Tangkoko Batuangus, Bitung, North Su Lumente, Ahmadin Awal; Saroyo, Saroyo; Wahyudi, Lalu; Papu, Adelfia
JURNAL BIOS LOGOS Vol 5, No 1 (2015): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.5.1.2015.8237

Abstract

Abstrak Tangkasi (Tarsius tarsier) merupakan primata primitif (Prosimi) endemik di Pulau Sulawesi dan beberapa pulau satelitnya. Mereka menempati beberapa tipe habitat, antara lain hutan primer dan sekunder, semak, mangrove, dan pertanian. Organisasi sosialnya ialah keluarga monogami hingga multimale-multifemale. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan ukuran kelompok tangkasi. Penelitian dilaksanakan di Cagar Alam Tangkoko Batuangus pada bulan Juli sampai Agustus 2012. Metode yang digunakan ialah survei pada sarang tangkasi dan dilakukan penghitungan secara sensus. Luas area pengamatan ialah 100 ha yang dibagi menjadi 100 plot berukuran 100 m x 100 m. Waktu pengamatan ialah pada pagi hari pada jam 05.00-06.00 untuk menentukan lokasi sarang pada satu plot, yang selanjutnya dilakukan sensus pada sore harinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam 100 ha ditemukan 41 sarang atau tempat tidur tangkasi, rata-rata ukuran kelompok ialah 4,95 ± 2,26 ekor dengan modus 4. Kata kunci: ukuran kelompok, tangkasi (Tarsius tarsier), Cagar Alam Tangkoko Batuangus Abstract Tangkasi (Tarsius tarsier) is a primitive species of Sulawesi primates that is distributed in Sulawesi Island and some satellite islands. This species occupies in several habitat types, such as primary and secondary forest, shrub, mangrove, and farming area. Their social organization is monogamous family to multi-male/multi-female group. This study was conducted to determine the group size of tangkasi in the Tangkoko Batuangus Nature Reserve from July to August 2012. The survey method was used in the tangkasi nests and the census measurement was applied to the total of individuals at each nest of the 100 ha area. The 100-ha-survey area was divided into 100 plots and the size of each plot was 100 m x 100 m. The observation was carried out to determine the nest location in each plot every morning (05.00-06.00 am) and followed by the census in the afternoon. The results showed that there were 41 groups of tangkasi in the 100 ha area, the average of group size was 4,95 ± 2,26 and the modus was 4. Keywords: group size, tangkasi (Tarsius tarsier), Tangkoko Batungus Nature Reserve
Estimasi Densitas Tangkasi (Tarsius tarsier) di Luar Kawasan Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah Sulawesi Utara Berdasarkan Sampling Duet Call Polii, Indra; ., Saroyo; Wahyudi, Lalu; Kolondam, Beivy J.
Jurnal MIPA Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.5.1.2016.11190

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang densitas tangkasi (Tarsius tarsier) di luar kawasan hutan tropis dataran rendah Sulawesi Utara berdasarkan sampling duet call dengan tujuan untuk membandingkan densitasnya pada beberapa tipe habitat. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Batuputih untuk habitat pertanian, mangrove, dan semak; serta Gunung Klabat untuk habitat hutan dataran tinggi. Waktu penelitian dari bulan Mei sampai Juli 2013. Metode penelitian didasarkan pada sampling berdasarkan duet call dengan plot berbentuk lingkaran. Hasil penelitian menunjukkan densitas tangkasi ialah: 2,94 ekor/ha pada hutan dataran tinggi; 1,60 ekor/ha pada areal pertanian; 7,66 ekor/ha pada mangrove; dan 8,17 ekor/ha pada semak.A research about density of tangkasi (Tarsius tarsier) at the outside of lowland forest habitat in North Sulawesi has conducted to compare their density at several habitats based on the duet call. Research was done in Batuputih for farming area, mangrove, and shrub habitats and in Klabat Mountain for highland forest habitat. Time of research was May to July 2013. Method used was based on duet call sampling with circle plots. Results of this research were: density of tangkasi was 2.94 individuals/ha at highland forest, 1.60 individuals/ha at farming area, 7.66 individuals/ha at mangrove; and 8.17 individuals/ha at shrub.