Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Penentuan Ukuran Kelompok dan Densitas Tangkasi (Tarsius tarsier) di Cagar Alam Tangkoko Batuangus, Kota Bitung, Sulawesi Utara (Group Size and Density Determination of Tankasi (Tarsius tarsier) in The Nature Reserve Tangkoko Batuangus, Bitung, North Su Lumente, Ahmadin Awal; Saroyo, Saroyo; Wahyudi, Lalu; Papu, Adelfia
JURNAL BIOS LOGOS Vol 5, No 1 (2015): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.5.1.2015.8237

Abstract

Abstrak Tangkasi (Tarsius tarsier) merupakan primata primitif (Prosimi) endemik di Pulau Sulawesi dan beberapa pulau satelitnya. Mereka menempati beberapa tipe habitat, antara lain hutan primer dan sekunder, semak, mangrove, dan pertanian. Organisasi sosialnya ialah keluarga monogami hingga multimale-multifemale. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan ukuran kelompok tangkasi. Penelitian dilaksanakan di Cagar Alam Tangkoko Batuangus pada bulan Juli sampai Agustus 2012. Metode yang digunakan ialah survei pada sarang tangkasi dan dilakukan penghitungan secara sensus. Luas area pengamatan ialah 100 ha yang dibagi menjadi 100 plot berukuran 100 m x 100 m. Waktu pengamatan ialah pada pagi hari pada jam 05.00-06.00 untuk menentukan lokasi sarang pada satu plot, yang selanjutnya dilakukan sensus pada sore harinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam 100 ha ditemukan 41 sarang atau tempat tidur tangkasi, rata-rata ukuran kelompok ialah 4,95 ± 2,26 ekor dengan modus 4. Kata kunci: ukuran kelompok, tangkasi (Tarsius tarsier), Cagar Alam Tangkoko Batuangus Abstract Tangkasi (Tarsius tarsier) is a primitive species of Sulawesi primates that is distributed in Sulawesi Island and some satellite islands. This species occupies in several habitat types, such as primary and secondary forest, shrub, mangrove, and farming area. Their social organization is monogamous family to multi-male/multi-female group. This study was conducted to determine the group size of tangkasi in the Tangkoko Batuangus Nature Reserve from July to August 2012. The survey method was used in the tangkasi nests and the census measurement was applied to the total of individuals at each nest of the 100 ha area. The 100-ha-survey area was divided into 100 plots and the size of each plot was 100 m x 100 m. The observation was carried out to determine the nest location in each plot every morning (05.00-06.00 am) and followed by the census in the afternoon. The results showed that there were 41 groups of tangkasi in the 100 ha area, the average of group size was 4,95 ± 2,26 and the modus was 4. Keywords: group size, tangkasi (Tarsius tarsier), Tangkoko Batungus Nature Reserve
Diversitas Echinodermata di Pantai Meras Kecamatan Bunaken Sulawesi Utara (Diversity of Echinoderms on the Meras Beach, Bunaken District, North Sulawesi) Rompis, Billy R; Langoy, Marnix LD; Katili, Deidy Y; Papu, Adelfia
JURNAL BIOS LOGOS Vol 3, No 1 (2013): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.3.1.2013.3465

Abstract

Abstrak Echinodermata berperan penting pada ekosistem terumbu karang sebagai bagian dari jejaring makanan. Mereka dapat bersifat herbivora, karnivora, dan/atau omnivora. Kerusakan terumbu karang di Pantai Meras akhir-akhir ini dapat mengancam Echinodermata. Informasi tentang diversitas Echinodermata di Pantai Meras masih sedikit. Oleh karena itu, penelitian tentang diversitas Echinodermata perlu dilakukan di Pantai Meras, Kecamatan Bunaken, Sulawesi Utara. Pengambilan sampel pada tiap lokasi dilakukan pada saat surut terendah dengan menarik 3 garis transek (masing-masing 100 meter) secara vertikal dari garis pantai ke arah laut. Petak kuadrat (1 x 1 meter) diletakkan dengan jarak antar kuadrat yaitu 10 meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Echinodermata hidup pada habitat padang lamun, pasir dan terumbu karang baik yang hidup maupun mati. Total species yang ditemukan yaitu 8 spesies yang termasuk anggota dari 3 kelas. Kelas Asteroidea (bintang laut) sebanyak 3 spesies, Echinoidea sebanyak 4 spesies dan Kelas Holothuroidea sebanyak 1 spesies. Diversitas Echinodermata di Pantai Meras adalah antara rendah hingga sedang dengan nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) berkisar antara 0,48 – 1,31. Kata kunci: Diversitas Echinodermata, Pantai Meras, Sulawesi Utara Abstract Echinoderms have important role in coral reef ecosystems as part of the food webs. They may be herbivores, carnivores, and/or omnivores. Coral reefs destruction in Meras Beach lately can threaten Echinoderms. There was little information about Echinoderms diversity of Meras Beach. Therefore, research on Echinoderms diversity needs to be done on the Meras Beach, Bunaken District, North Sulawesi. Sampling was carried out at each location at the lowest tide. There were 3 line transects (each 100 meters) located vertically from the shoreline towards the sea. The square plots (1 x 1 meter) placed distance between plots was 10 meters. The results showed that Echinoderms occupied different habitat i.e. sea grass, sand, live and/or coral reefs. Total species found 8 species belong to members of the 3 classes. Asteroidea Class (starfish),  Echinoidea Class and Holothuroidea were respectively 3 species, 4 species and 1 species. Echinoderms diversity on the Meras Beach were low to moderate with Shannon-Wiener diversity index (H ') was 0.48 to 1.31. Keywords: Echinodermata diversity, Meras Beach, North Sulawesi Rompis dkk., Distribusi Echinodermata …. 27PENDAHULUAN
Keanekaragaman Echinodermata di Pantai Tanamon Kecamatan Sinonsayang Sulawesi Utara (Diversity of Echinoderms in The Tanamon Beach, Sinosayang District, North Sulawesi) Tahe, Oktaviyanti S.; Langoy, Marnix L.D.; Katili, Deidy Y.; Papu, Adelfia
JURNAL BIOS LOGOS Vol 3, No 2 (2013): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.3.2.2013.4432

Abstract

Abstrak Echinodermata biasanya muncul di perairan intertidal terutama pada ekosistem terumbu karang. Kerusakan terumbu karang secara tidak langsung dapat menyebabkan penurunan populasi Echinodermata  yang ada di Pantai Tanamon. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman Echinodermata di Pantai Tanamon, Kecamatan Sinonsayang, Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara. Pengambilan sampel pada tiap lokasi dilakukan pada saat surut terendah dengan menggunakan metode purposive random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pantai Tanamon dihuni 18 jenis Echinodermata yang merupakan anggota dari 4 kelas yaitu Kelas Asteroidea (4 jenis), Kelas Ophiuroidea (6 jenis), Kelas Holothuroidea (3 jenis) dan Kelas Echinoidea (5 jenis). Keanekaragaman Echinodermata di Pantai Tanamon tergolong sedang dengan nilai indeks keanekaragaman (H’) di Stasiun I, II, III berturut-turut yaitu 1,83; 2,56; 2,37. Kata kunci : keanekaragaman Echinodermata, Pantai Tanamon, Sulawesi Utara Abstract Echinoderms usually appear in the intertidal area especially in the coral reef ecosystem. The damage of coral reef may indirectly cause the decline of the existing Echinoderms at Tanamon Beach. This study aimed to analyze Echinoderms diversity of Tanamon Beach, Sinonsayang District, South Minahasa Regency, North Sulawesi Province. Sampling was carried out in each location of the lowest tide using the method of purposive random sampling. The results showed that 18 species of Echinoderms inhabited Tanamon Beach which grouped into 4 classes i.e. Class Asteroidea (4 species), Ophiuroidea (6 species), Holothuroidea (3 species) and Echinoidea (5 species). Echinoderms diversity in the Tanamon Beach was classified into moderate class with diversity index (H ') in the Station I, II, III were 1.83; 2.56; 2.37, respectively. Keywords: Echinoderms diversity, Tanamon Beach, North Sulawesi
Keanekaragaman Serangga Air di Sungai Pajowa Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara Leba, Gladyes V.; Koneri, Roni; Papu, Adelfia
Jurnal MIPA Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.2.2.2013.1990

Abstract

Serangga air merupakan kelompok Arthropoda yang sebagian siklushidupnya berada di perairan. Serangga ini berperan penting dalam rantaimakanan pada suatu ekosistem perairan. Penelitian ini bertujuan untukmenganalisis kelimpahan, kekayaan, keanekaragaman dan kemerataaanspesies serangga air di Sungai Pajowa, Kabupaten Minahasa, SulawesiUtara. Pengambilan sampel menggunakan surber sampler dan handcollection. Jumlah serangga air yang ditemukan sebanyak 22 spesies, 14famili dan 5 ordo. Spesies yang paling banyak ditemukan adalah Gerrisremigis, sedangkan ordo yang memiliki spesies paling banyak adalahEphemeroptera. Kelimpahan dan kekayaan spesies serangga air tertinggiterdapat pada bagian tengah aliran sungai, sedangkan keanekaragamandan kemerataan spesies tertinggi di bagian hulu sungai. Kelimpahan,kekayaaan dan keanekaragaman spesies serangga air berbeda nyataantar stasiun pengamatan, sedangkan kemerataan spesies tidakmenunjukkan perbedaan yang nyata.Arthropods are a group of aquatic insects whose life cycles are partlyin the water. These insects play an important role in the food chain in anaquatic ecosystem. This research is aimed to analyze the abundance,richness, diversity and evenness of species of insects in the river waterPajowa, Minahasa regency, North Sulawesi. Surber sampler and handcollection are used in Sampling. Number of aquatic insects found as manyas 22 species, 14 families and 5 orders. The most commonly foundspecies is Gerris remigis, while orders that have the most species areEphemeroptera. Abundance and species richness of aquatic insects ishighest in the middle of the river, while the highest species diversity andevenness in the upper reaches of the river. Abundance, species richnessand diversity of aquatic insects were significantly different between thestations of observation, whereas species evenness did not showsignificant differences.
Distribusi Dan Diversitas Serangga Tanah Di Taman Hutan Raya Gunung Tumpa Sulawesi Utara Basna, Mailani; Koneri, Roni; Papu, Adelfia
Jurnal MIPA Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.6.1.2017.16082

Abstract

Serangga tanah merupakan jenis dari serangga yang seluruh atau sebagian hidupnya berada di tanah. Serangga tanah berperan penting dalam ekosistem yaitu membantu proses pelapukan bahan organik dan keberadaan serta aktivitasnya berpengaruh positif terhadap sifat kimia fisik tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji distribusi dan diversitas serangga tanah di Gunung Tumpa, Sulawesi Utara. Lokasi pengambilan sampel terdiri dari tiga tipe habitat yaitu, hutan primer, hutan sekunder dan lahan perkebunan. Teknik pengambilan sampel menggunakan perangkap sumuran (Pitfall trap). Hasil penelitian  ditemukan serangga tanah sebanyak 10 ordo, 23 famili, 28 genus, 33 morfospesies dan 21100 individu.  Ordo Hymenoptera didominasi oleh famili Formicidae. Pola distribusi serangga tanah di Gunung Tumpa berkelompok. Indeks diversitas spesies di Gunung Tumpa tergolong sedang (H = 2,62). Kelimpahan spesies dan indeks diversitas spesies serangga tanah tertinggi ditemukan pada hutan primer, sedangkan yang terendah pada lahan perkebunan dan hutan sekunder.Soil Insects is a type of insect that all or part of his life was on the ground. Soil insects plays an important role in the ecosystem that is helping the process of weathering and the presence of organic matter as well as its activities towards the positive effect of physical chemical properties of the soil. This research aims to identify, examine the distribution and diversity of insects land on Mount Tumpa, North Sulawesi. Location of sampling consists of three types of habitat i.e., primary forest, secondary forest and plantations. The technique of sampling using Pitfall trap. Results of the study found as many as 10 soil insect orders, 23 families, 28 genera, 33 morfospesies and 21100 individuals. The order of Hymenoptera is dominated by the Formicidae. The pattern of soil insect distribution in Gunung Tumpa is clumped. Index of species diversity in Mt. Tumpa belongs to moderate (H = 2.62). The highest abudance and diversity index of soil insect species were found in primary forest, while the lowest was on plantation and secondary forest.
Uji Daya Hambat Ekstrak Metanol Beberapa Jenis Porifera Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Saroinsong, Megawati S.; Kandou, Febby E. F.; Papu, Adelfia; Singkoh, Marina F. O.
Jurnal MIPA Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.3.2.2014.5989

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya hambat dari ekstrak metanol beberapa jenis porifera terhadap pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus. Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode Kirby-Bauer, yaitu dilakukan dengan mengukur zona hambat di sekeliling cakram kertas. Ekstrak Haliclona sp dapat menghambat pertumbuhan S. aureus pada konsentrasi ekstrak 30%, 60% dan 90% dengan hasil pengukuran diameter zona hambat 13.50 mm, 20.67 mm dan 27.33 mm; serta menghambat pertumbuhan E. coli dengan diameter zona hambat 10.08 mm, 12.83 mm dan 14.17 mm. Daya hambat ekstrak Agelas sp terhadap S. aureus menunjukkan diameter zona hambat 8.33 mm dan hanya menunjukkan pada konsentrasi ekstrak 90%, sementara daya hambat ekstrak Agelas sp pada konsentrasi 30%, 60% dan 90% terhadap E. coli menunjukkan diameter zona hambat sebesar 7.67 mm, 10.17 mm dan 14.17 mm. Daya hambat Spheciospongia sp terhadap S. aureus dan E. coli hanya terlihat pada konsentrasi ekstrak sebesar 90% dengan diameter zona hambat adalah 8.42 mm dan 8.75 mm. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa ekstrak Haliclona sp memiliki potensi aktivitas antibakteri yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat antibiotik.This research aimed to test the inhibition capabilities of methanol extract from several kinds of Porifera on Escherichia coli and Staphylococcus aureus growth. The antibacterial activity test using the Kirby-Bauer method, which delivered by measuring the inhibition zone around paper disc. The extract of Haliclona sp can inhibit the S. aureus growth at 30%, 60% and 90% of extracts concentration with the measurement of inhibition zone diameters are 13.50 mm, 20.67 mm and 27.33 mm; also inhibit the E. coli growth with inhibition zone diameters are 10.08 mm, 12.83 mm and 14.17 mm. The inhibition capability of Agelas sp extract on S. aureus shows that the inhibition zone diameters is 8.83 mm and only appear at 90% of extracts concentration, meanwhile the inhibition capability of Agelas sp extract at concentration 30%, 60% and 90% on E. coli shows diameters of inhibition zone are 7.67 mm, 10.17 mm and 14.17 mm. The inhibition capability of Spheciospongia sp on S. aureus and E. coli only occurred at 90% of extracts concentration with inhibition zone diameters 8.42 mm and 8.75 mm. Based on the results, it can be assumed that extracts of Haliclona sp has a potential antibacterial activity that can be used as a basic ingredients for antibiotic medicine.
Inventarisasi Jenis Pohon Pada Cagar Alam Gunung Ambang, Sulawesi Utara Embo, Akbar Arafah; Koneri, Roni; ., Saroyo; Papu, Adelfia
Jurnal MIPA Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.4.2.2015.8528

Abstract

Pohon sebagai penyusun utama kawasan hutan berperan penting dalam pengaturan tata air, cadangan plasma nutfah, penyangga kehidupan, sumber daya pembangunan dan sumber devisa Negara. Peranan pohon-pohon dalam komunitas hutan semakin sulit dipertahankan mengingat tekanan masyarakat terhadap kelompok tumbuhan dari waktu ke waktu terus meningkat.Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji jenis-jenis pohon yang berada di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang, Sulawesi Utara. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode garis berpetak yang merupakan modifiksi dari metode petak atau plot ganda dan metode jalur. Tipe habitat yang dijadikan titik pengambilan sampel adalah hutan primer dan hutan sekunder. Hasil pengamatan diperoleh sebanyak 38 jenis pohon penyusun hutan di Gunung Ambang yang termasuk dalam 22 suku. Pada hutan primer disusun oleh 37 jenis dan 22 suku, sedangkan pada hutan sekunder terdiri dari 28 jenis yang termasuk dalam 18 suku. Jenis pohon yang mendominasi setiap lokasi penelitian yaitu suku Magnoliaceae dan Arecaceae.Tree as the main constituent of forests play an important role in water regulation, germplasm reserves, life support, development resources and the country's foreign exchange resources. The role of trees in the forest communities are difficult to be sustained because the people pressure increase on the trees day by day. This study aims to assess the types of trees that are in the nature reserve area of ​​Gunung Ambang, North Sulawesi. The method used is the line transect plots that is modified  from the plot method or a double plot and track method. The type of habitat that is used as the starting sampling point is the  primary forests and secondary forests. Result of observations showed that Gunung Ambang is composed by 38 species of plant in 22 family. In the primary forest composed by 37 species and 22 Family, whereas in secondary forest consists of 28 species in 18 family. Types of trees that dominate each research location are Family Magnoliaceae and  Family Arecaceae.
Identifikasi Zooplankton di Perairan Pulau Bunaken Manado Ruga, Lisa; Langoy, Marnix; Papu, Adelfia; Kolondam, Beivy
Jurnal MIPA Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.3.2.2014.5856

Abstract

Perairan Pulau Bunaken merupakan objek wisata yang terdapat di Manado Sulawesi Utara dan merupakan daerah perlindungan laut. Perairannya dijaga agar tetap menunjang diversitas organisme di sekitar pantai dan menghasilkan nilai tambah dari segi estetika dan ketersediaan ikan-ikan yang menjadi sumber pencarian bagi masyarakat nelayan di pesisir. Salah satu indikator keberadaan ikan dan kesuburan perairan adalah adanya zooplankton. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi zooplankton yang ada di perairan Pulau Bunaken, Manado. Pengambilan sampel zooplankton dalam penelitian ini dilakukan di empat stasiun. Stasiun penelitian ini dipilih berdasarkan tempat pemanfaatannya, yaitu di daerah tubir, daerah liang, daerah dermaga perkampungan dan daerah observasi. Pengambilan sampel plankton di lakukan menggunakan plankton net dan sampel kemudian di identifikasi di Laboratorium Biokonservasi Biologi FMIPA UNSRAT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zooplankton yang ditemukan di Pulau Bunaken Manado secara umum termasuk dalam 14 kelas dan 28 genus dengan jumlah 7.676 individu. Stasiun yang mempunyai jumlah kelas terbanyak adalah stasiun III dan IV yaitu sebanyak 11 kelas.The waters of Bunaken Island is a tourism area located in Manado, North Sulawesi, and is a protected marine area. It is conserved to support the diversity of organisms around the coast and result in added value in terms of aesthetics and availability of fish that became the source of income for fishermen in coastal communities. One of the indicators for the presence of fish and water fertility is zooplankton. The purpose of this study was to identify zooplankton in the waters of Bunaken Island, Manado. Zooplankton sampling was performed at four stations. The stations were selected based on the utilization, those are in the edge region, the canal, the village dock, and observation area. Plankton sampling was done by using a plankton net and samples collected were identified in the laboratory of Bioconservation, Departement of Biology Faculty of Sciences UNSRAT. The results showed that zooplankton found in Bunaken Island, Manado was generally included in 14 classes and 28 genus with the number of sample of 7,676 individuals. Stations that have the highest number of 11 classes were III and IV.
Integritas Membran Spermatozoa Manusia pada Proses Sexing dengan Pemberian Kuning Telur Sefania Suoth; Rooije R.H. Rumende; Adelfia Papu
JURNAL BIOS LOGOS Vol. 13 No. 3 (2023): JURNAL BIOS LOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.v13i3.52182

Abstract

Sexing atau pemisahan spermatozoa adalah proses pemisahan spermatozoa yang membawa sifat kelamin jantan dan betina. Infertilitas merupakan satu kondisi dimana pasangan yang aktif secara seksual tanpa melakukan kontrasepsi tidak mampu mendapat kehamilan dalam kurun waktu selama 1 tahun. Sekitar 50-80 juta pasang suami istri di dunia (1 dari 7 pasutri) yang terkena masalah infertil dan pada setiap tahun muncul sekitar 2 juta pasangan suami istri infertil. Di Indonesia diperkirakan ada 4 juta sekian pasangan suami istri yang mengalami infertil atau ketidaksuburan. Solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menghindari kerusakan membran pada spermatozoa saat pemisahan spermatozoa adalah dengan menggunakan metode sentrifugasi dengan penambahan kuning telur. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis integritas membran spermatozoa pada proses sexing sebelum dan sesudah pemberian kuning telur. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan tiga perlakuan, yaitu kontrol, sentrifugasi, sentrifugasi + kuning telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa integritas membran yang termasuk destabilisasi membran dan disintegritas pada kontrol sebesar 18% dan 19%. Persentase perlakuan sentrifugasi yang termasuk destabilisasi membran dan disintegritas sebesar 57% dan 50%. Sedangkan persentase perlakuan sentrifugasi + kuning telur yang termasuk destabilisasi membran dan disintegritas sebesar 25% dan 31%. Perbedaan yang signifikan terlihat pada perlakuan sentrifugasi terhadap perlakuan yang lain.