Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Transformasi Perempuan dari “Liyan” ke “Diri” dalam Tiga Cerita Rakyat Kulisusu: Analisis Wacana Feminisme La Ode Gusman Nasiru
POETIKA Vol 5, No 1 (2017): Issue 1
Publisher : Literary Studies, Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/poetika.v5i1.25996

Abstract

The study examined three female characters in Kulisusu folklore, each titled: Perselingkuhan Istri Lakino Lipu; Putri yang Hilang; Lagumba dan Wa Ure-Ure Ngkamagi. Three of them narrated women in prototype uniformity, in a concept that is more fluid than some kindergarten like Bawang Putih Bawang Merah or Cinderella. Fluidity mean that the liberation of women from all forms of subordination: a class polarization that took shape into archetypes dichotomous construction. The characters are identified as women who are not only clever, but also able to make decisions in determining their fate. This study will address two issues: 1) how women were originally seated as "liyan"; 2) how the plot revolves and places women as "self". Both are implicated by using the feminism discourse perspective. The review will help parents sort out stories that address the values of plurality and gender equality principles, and stories that must be abandoned for internalizing the bias in the eyes of the quality.
MENYOAL ALAM, MENJELMA PEREMPUAN: KARNAVAL KULTURAL CERITA RAKYAT MORONENE La Ode Gusman Nasiru
TELAGA BAHASA Vol 8, No 1 (2020): TELAGA BAHASA VOL.8 NO.1 TAHUN 2020
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v8i1.73

Abstract

This research focuses on the characters in the three stories of the Moronene people, entitled: Tina Lungo (TIL); Unsono Nee Taubonto (UNT); and Duu-dunno Rema Yi Kotu'a (DRK). Using the theory of ecofeminism, this research examines the position of men and women in the Moronene ethnic communal and the extent to which the Moronene community applies their appreciation of nature. The work concept uses a qualitative descriptive analysis method. The analysis was carried out after describing the data that had been identified through the reading process. As the result, men are deliberately described with an image that is giddy, poor, and full of anger. Unlike the case with women, who can fully appreciate their oneness with nature, they are endowed with features that nurture, care for, love. In conclusion, humans need to go hand in hand with nature to create world civilization. The three stories are worth giving to children in the concept of fairy tales and bedtime. This is important so that they have ecological and gender awareness so that one day they become human beings who carry the mission of peace for the entire universe. 
MISOGINI DAN KONFRONTASI ANTARSESAMA TOKOH PEREMPUAN DALAM TIGA DONGENG KANAK-KANAK [Misoginy and Confrontation among Woman Characters in Three Children Fairy Tales] La Ode Gusman Nasiru
TOTOBUANG Vol. 4 No. 2 (2016): TOTOBUANG, EDISI DESEMBER 2016
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.422 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v4i2.27

Abstract

This research focused on the three central characters in children fairy tales:Cinderella; Bawang Putih Bawang Merah; and Putri Satarina who got through other women’s hostility in the stories. Misoginism haunted the women and their struggles. This research analyzes: (1) how the roles of misoginy confront the characters in creating disputing among women characters; (2) how the parents’ roles in facing misoginy isue in children fairy tales. Analysis  based on misoginy point of view. The women are almost always saved by fortune and “luck”. It legitimated weak image of women. Instead of saving their lives from sosial oppression from men, they wasted time for producing clash among the women. This condition keeps them away from the sense of feminism which tries to reach equality with men’s quality and dignity. This fact helps parents to check their children’s reading sources carefully. It of course relates with the program of  implanting peace values to children in creating better generation to strenghten nation’s character.Penelitian ini fokus pada tokoh utama dalam tiga dongeng kanak-kanak:  Cinderella; Bawang Putih Bawang Merah; dan Putri Satarina yang mengalami imbas dari kebencian tokoh perempuan lain dalam cerita teranalisis. Misoginisme menghantui perempuan dan perjuangan-perjuangan mereka. Penelitian ini mengkaji: (1) bagaimana peran misogini mengkonfrontasi para tokoh dan menciptakan pertarungan-pertarungan antarsesama perempuan; (2) bagaimana peran orang tua dalam menghadapi isu misogini dalam dongeng kanak-kanak. Penelaahan menggunakan sudut pandang misogini. para perempuan hampir selalu diselamatkan oleh nasib baik dan “kebetulan-kebetulan”. Hal ini melegitimasi bentukan citra perempuan yang lemah. Alih-alih menyelamatkan diri dari penindasan sosial yang digerakkan laki-laki, mereka sibuk mereproduksi pergesekan antarsesama perempuan. Kondisi ini menjauhkan perempuan dari ruh suci feminisme yang berusaha menyamaratakan kualitas dan martabat mereka dengan laki-laki. Kenyataan ini membantu orang tua untuk jeli mengoreksi kembali bahan bacaan anak. Tentu saja ini erat kaitannya dengan program menanamkan pesan-pesan perdamaian kepada anak dalam rangka menciptakan generasi penerus yang berbudi pekerti luhur demi penguatan karakter bangsa.
Membaca Kembali Cerpen Perempuan Penulis dari Sulawesi dalam Kerangka Toxic Masculinity La Ode Gusman Nasiru; Salam Salam; Asna Ntelu
Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Budaya Vol 8 No 2 (2022): Ideas: Pendidikan, Sosial, dan Budaya (Mei)
Publisher : Ideas Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32884/ideas.v8i2.774

Abstract

Penelitian bertujuan mengulas bagaimana perempuan penulis dari Sulawesi menyorot ragam persoalan keperempuan. Persoalan dituliskan dengan menempatkan paradigma gender, lokalitas, biologi, popular culture, hingga ekologi untuk menopang jalannya rangkaian peristiwa. Pertanyaan penelitian ialah bagaimana perempuan memandang serta mendekonstruksi diri di tengah gempuran ideologi toxic masculinity? Metode deskripsi kualitatif digunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan. Teori feminisme digunakan demi melihat toxic masculinity bekerja. Hasil penelitian menunjukkan cara dominasi toxic masculinity mereporoduksi gagasan opresi terhadap perempuan serta kerasnya perjuangan perempuan penulis untuk memenangkan gagasan kebebasan dan eksistensi dengan cara melawan dominasi toxic masculinity. The research aims to review how women writers from Sulawesi highlight various female issues. Issues are written by placing the paradigms of gender, locality, biology, popular culture, to ecology to support the course of a series of events. The research question is how do women perceive and deconstruct themselves in the midst of the onslaught of the ideology of toxic masculinity? Qualitative description method is used to find answers to questions. Feminism theory is used to see toxic masculinity at work. The results show how the domination of toxic masculinity reproduces the idea of ​​oppression against women and the hard struggle of women writers to win the idea of ​​freedom and existence by fighting the domination of toxic masculinity.
SOSIALISASI PROGRAM PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK USIA DINI MELALUI PROGRAM KKNT DI DESA TOROSIAJE Munkizul Umam Kau; Eka Sartika; La Ode Gusman Nasiru
RESWARA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Dharmawangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46576/rjpkm.v4i2.3321

Abstract

Di media massa banyak berita yang terkait tentang kasus kekerasan pada anak, bahkan yang paling parah adalah kasus kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur. Kekerasan seksual pada anak bisa dilakukan oleh orang yang tidak dikenal bahkan oleh orang yang sehari-hari dekat dengan anak. Kasus ini bisa terjadi bahkan jika dalam pengawasan orang tua dan keluarga apalagi jika tidak diawasi. Orang tua adalah orang yang paling berperan dan keoptimalan perkembangan seks pada anak. Atas dasar itulah, kerja pengabdian melalui program KKNT Desa Membangun ini dilaksanakan. Kegiatan pengabdian bertujuan melakukan perubahan dan mengubah mindsetdengan memberikan sosialisasi melalui yang ditujukan kepada masyarakat khususnya orang tua. Metode yang digunakan ialah sosialisasi, ceramah, dan pembentukan komunitas anti kekerasan seksual di masyarakat. Mitra pengabdian adalah masyarakat Torosiaje, Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato. Tim pengabdian berharap agar orang tua bisa memberikan pendidikan seks yang benar pada anaknya, sehingga anak-anak dapat lebih waspada agar tidak menjadi korban dari kekerasan dan pelecehan seksual 
MEMBANGUN KEBIASAAN MEMBACA MENUJU MASYARAKAT LITERAT DI KECAMATAN WALEA BESAR KABUPATEN TOJO UNA-UNA Salam Salam; Eka Sartika; La Ode Gusman Nasiru
RESWARA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Dharmawangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46576/rjpkm.v4i2.3320

Abstract

Minat baca anak dan masyarakat di Kecamatan Walea Besar, Kabupaten Tojo Una-Una masih tergolong rendah. Masyarakat lebih menikmati budaya lisan daripada membaca. Ada dua faktor yang menjadi penyebabnya yakni, pertama, kurangnya dorongan membaca dalam lingkungan keluarga sehingga kultur menumbuhkan kebiasaan  membaca sangat minim. Orang tua belum mampu menjadikan kegiatan literasi sebagai kebiasaan untuk peningkatan kualitas sosialnya. Kurangnya pendampingan terhadap anak juga menjadi pemicunya. Kedua, belum meratanya distribusi buku yang berkualitas. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan buku yang tidak pernah di-upgrade. Pengabdian ini bertujuan melakukan sosialisasi tentang membiasakan membaca di lingkungan keluarga; membentuk komunitas literasi di lingkungan sekitar; dan meng-upgrade pojok baca, setelah melakukan pendataan buta aksara. Pengabdian menggunakan metode pembentukan komunitas sadar literasi dan pembuatan pojok baca. Metode ini terpecah terbagi menjadi beberapa tahapan antara lain persiapan dan pengenalan awal; musyawarah dengan perangkat desa; pembekalan mahasiswa; pelaksanaan; evaluasi, dan penarikan. Pengabdian ini membawa manfaat yakni terwujudnya masyarakat literat melalui pembentukan pojok baca yang dapat menjadi wadah untuk meningkatkan minat baca yang bersifat edukatif dan bisa diakses oleh siapapun tanpa biaya
POLIGAMI DAN PELAKOR, REFLEKSI DALAM FILM DAN REALITAS MASYARAKAT GORONTALO: SEBUAH STUDI PERBANDINGAN La Ode Gusman Nasiru; Salam Salam; Eka Sartika
Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol 13, No 2 (2023): (Mei 2023)
Publisher : Jurusan Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia, Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jbsb.v13i2.21810

Abstract

Nowadays, the issue of polygamy and homewrecker was an idea. It was found in two platforms such as the soap operas Suara Hati Istri and social reality in real life. Communal Gorontalo was the best prototype regarding these two issues. The motives, either polygamy or homewrecker in operas and in reality, were different. Soap operas put forward the basic trend and modernism as the basis, while the real life of the Gorontalo community proposed religion and legal awareness in its dynamics. Looking for the most fundamental thing connecting the two areas, the author used feminism theory as a comparative study. This study asked three questions such as (1) how was the reflection of polygamy and homewrecker in the Suara Hati Istri serial?; (2) what was the reflection of polygamy and homewrecker in the reality of Gorontalo society?; (3) what were the ideological concepts of polygamy and homewrecker in the series of Suara Hati Istri and in the reality of the Gorontalo community? Feminism succeeded found the fundamental reason for the similarities in the plurality of motives between soap operas and reality. It was toxic masculinity and misogynist.