Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Komposisi Linguistik dalam Kisah Malleleang Raunna La Oro Kelling pada Epos La Galigo Nur Kamila Saleh; Firman Saleh; Rudy Yusuf; Andi Agussalim; Ibrahim Ibrahim
Jurnal Idiomatik: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 5 No 1 (2022): Jurnal Idiomatik
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muslim Maros

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46918/idiomatik.v5i1.1413

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis corak komposisi Data dan cerita dalam setiap penyampaian cerita Malleleang Raunna La Oro Kelling di tengah khalayak Masyarakat Bugis di Kabupaten Wajo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Pustaka, Wawancara, dan Pengamatan. Dalam pengelolaan data, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini menggambarkan langsung masalah penelitian tentang komposisi dalam konteks Spesifik Penyampaian La Galigo. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat dua bentuk komposisi bahasa dalam naskah La Galigo Episode Malleleang Raunna La Worokelling, yakni bentuk majemuk yang unsur pertamanya menjadi pusat atau diterangkan oleh unsur penjelas atau menerangkan dan bentuk majemuk yang unsur-unsurnya tidak saling menerangkan, tetapi hanya berupa rangkaian yang sejajar atau kopulatif. Makna komposisi bahasa dalam naskah tidak bergantung dengan makna unsur yang membentuknya. Hal itu dikarenakan komposisi itu membentuk makna baru yang tidak sama dengan makna aslinya. Bentuk yang timbul dari proses komposisi bahasa Bugis dalam naskah La Galigo Episode Malleleang Raunna La Worokelling di Kabupaten Wajo ada lima, yaitu komposisi membentuk benda, komposisi membentuk kerja, komposisi membentuk sifat, komposisi membentuk keterangan, dan komposisi membentuk persona.
Pappasang Sebagai Media Edukatif Pencegahan Pergaulan Bebas Bagi Anak-Anak Berbasis Ajaran Islam Yusuf Yusuf; Firman Saleh; Rudy Yusuf; Haeruddin Haeruddin; Fitrahwahyudi Fitrahwahyudi
Jurnal Idiomatik: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 5 No 1 (2022): Jurnal Idiomatik
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muslim Maros

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46918/idiomatik.v5i1.1415

Abstract

Pergaulan bebas merupakan salah satu permasalahan terbesar yang dihadapi oleh Indonesia saat ini. Dampak yang ditimbulkan dari pergaulan bebas sangatlah krusial, mulai dari pembegalan liar, seks bebas, penggunaan obat-obatan terlarang dan lainnya. Pendidikan moral secara spiritual dalam hal ini sangat diperlukan untuk mengatasi hal tersebut, salah satunya adalah pappasang yang berisi pesan-pesan moral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan Islam terkait dengan pergaulan bebas dan untuk mengkaji pappasang berbasis ajaran Islam sebagai media edukatif pencegahan pergaulan bebas bagi anak-anak. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi dan studi literatur. Kemudian, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif model Miles dan Hubermen, yaitu reduksi data, data display/penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Islam sangat menjunjung tinggi adab dalam bergaul, pola-pola pergaulan bahkan dampak yang ditimbulkan telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadis. Islam memandang pergaulan bebas sebagai suatu perbuatan keji dan mungkar sehingga harus dihindari. Lalu, pappasang yang berisi pesan-pesan moral mengandung sistem pencegahan pergaulan bebas, anjuran mengerjakan perintah Allah Swt. dan menjauhi segala larangan-Nya, serta anjuran berbuat baik terhadap sesama. Tidak hanya itu, dalam pappasang masyarakat suku Makassar terdapat juga pesan-pesan yang langsung berlandaskan Al-Qur’an, seperti anjuran untuk selalu membaca ta’awudz sebagai benteng pertahanan diri dari berbagai gangguan makhluk halus. Dengan demikian, pappasang memiliki korelasi dengan ajaran Islam dan patut untuk dijadikan media pendidikan moral bagi anak-anak, khususnya dalam hal pencegahan pergaulan bebas.
Students' Capabilities In Determining The Theme Of Bugis Folklore Texts With Intrinsic Elements Approach Nurkamila Suriadi S; Firman Saleh; Sam Hermansyah; Rudy Yusuf; Burhan Kadir
La Ogi : English Language Journal Vol 8 No 2 (2022): July
Publisher : Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP, LP3M Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (85.686 KB) | DOI: 10.55678/loj.v8i2.695

Abstract

This study aims to describe the ability to determine the theme of Bugis folklore. Based on the table data, it can be concluded that the highest score obtained by students on the ability to understand the theme of intrinsic elements in the story text La Maddukkelleng is 4 and gets a score of 100 while the lowest score obtained by students is 2 so that they get a value of 50. The research design used in this research is a descriptive quantitative research design. The population of this research is the entire class VIII SMP, totaling 81 students and divided into four classes. Based on the results of this study, it was found that the Ability to Understand Intrinsic Elements in Bugis folklore texts with seven assessment indicators found the level of ability in the theme aspect was categorized as capable as much as 75% who got a score of 75-100.
A Paradigma Baru Kajian Kejepangan: Pendekatan Ekonomi Politik (Studi Kasus di Sastra Jepang Unhas) Rudy Yusuf; Ibrahim Ibrahim
Jurnal Noken: Ilmu-Ilmu Sosial Vol. 8 No. 1 (2022): Desember 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33506/jn.v8i1.2015

Abstract

Penelitian ini merupakan sebuah konseptual yang mengeksplorasi studi Jepang di Indonesia, khususnya Sastra Jepang Unhas dan potensi pengembangan di masa depan depan. Kajian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kajian kejepangan secara khusus di Sastra Jepang Unhas sebagian besar masih terjebak dalam paradigma lama dengan menempatkan Jepang yang unik, unggul dan positif. Ke depan diharapkan kajian kejepangan perlu mengembangkan lebih banyak pendekatan salah satunya adalah pendekatan ekonomi politik yang diharapkan bisa berkontribusi menuju visi program studi Sastra Jepang Unhas di 2030 sebagai program studi unggul di Indonesia dalam bidang bahasa, sastra dan budaya Jepang
Principles Analysis Of Grice's Cooperation In Events Speech In Traditional Markets: A Pragmatic Study Firman Saleh; Riska Yulfiana; Dian Sari Unga Waru; Rudy Yusuf; Ince Nasrullah; yusmah Yusmah
La Ogi : English Language Journal Vol 9 No 2 (2023): July
Publisher : Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP, LP3M Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55678/loj.v9i2.1029

Abstract

Speakers and speech partners in a speech event cannot be separated from the rules governing the act of using language so that speech can run well. One of the language principles in pragmatic studies is the cooperative principle or Grice's cooperative maxims which divide the principles in question namely, 1) maxim of quantity, 2) maxim of quality, 3) maxim of relevance ( maxim of relevance), and 4) maxim of manner. This research was conducted to find out the application of Grice's cooperation maxims in speech events in the market. The population of this study are all traders and buyers who are transacting within the market scope. Whereas, Sampling was determined using random sampling technique or random sampling by taking as many as 10 to 15 conversational samples in trader and buyer transactions. Data collection is carried out by tapping or recording techniques. Data analysis was carried out in three stages, namely, data reduction, data modeling, and drawing/verifying conclusions. It is obtained that three out of the four Grice cooperation maxims are fulfilled. This conclusion is drawn from the results of processing or analysis of data obtained during the research. The three maxims fulfilled include; 1) maxim of quantity, 2) maxim of quality, and 3) maxim of manner. Meanwhile, the maxim that is violated is the maxim of relevance. One of the reasons why the maxim of relevance is violated by traders is to divert attention. This aims to offer or introduce other merchandise when the goods needed by the buyer are not available or out of stock.
Prinsip Kerja Sama dalam Film Pendek Komedi Bugis Ambo Nai Anak Jalanan: Kajian Pragmatik Firman Saleh; Rudy Yusuf; Ian Wahyuni; Sam Hermansyah; Risdayanti Risdayanti
Idiomatik: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 6 No 1 (2023): Idiomatik: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muslim Maros

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46918/idiomatik.v6i1.1868

Abstract

Dalam sebuah percakapan pasti membutuhkan suatu prinsip kerja sama, agar mitra tutur dapat memahami apa yang disampaikan oleh penutur. Namun, sering kali juga di antara penutur atau mitra tutur melakukan pelanggaran percakapan yang dapat mengakibatkan pelanggaran prinsip kerja sama. Sehingga penelitian ini dibuat dengan tujuan dapat mengetahui adanya penerapan serta pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat di dalam percakapan film pendek komedi Bugis. Penelitian ini menggunakan metode teoretis pragmatik serta metode pendekatan metodologis deskriptif kualitatif dengan menyimak tayangan ulang acara komedi tersebut, lalu melakukan teknik catat dalam proses tahap pengumpulan datanya. Hasilnya, peneliti menemukan beberapa tuturan yang melakukan penerapan atau pelanggaran dari prinsip kerja sama dalam sebuah percakapan film pendek komedi Bugis. Hasil itu berupa dua percakapan yang merupakan maksim kualitas (satu tuturan tidak melanggar dan satu tuturan melanggar maksim kualitas). Dua percakapan maksim kuantitas (satu tuturan melanggar dan satu tuturan lagi tidak melanggar maksim kuantitas). Satu percakapan yang merupakan maksim relevansi (tuturan tidak melanggar maksim relevansi). Terakhir, satu percakapan yang merupakan maksim cara (merupakan tuturan yang melanggar maksim cara).