M. Syarif
Universitas Islam Majapahit

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Meruntuhkan Narasi Radikalisme (Studi Tentang Ayat-Ayat Moderasi Beragama dalam Alquran) Saifuddin Saifuddin; Hajar Nurma Wachidah; M. Syarif
Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars Vol 6 No 1 (2022): AnCoMS, APRIL 2022
Publisher : Koordinatorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta Wilayah IV Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36835/ancoms.v6i1.374

Abstract

Islam menawarkan jalan hidup damai, saling menghormati antar sesama dan mengakui keragaman dan perbedaan. Jalan hidup dalam kedamaian yang ditawarkan bahkan sangat sesuai dengan nama yang disandangnya yakni Islam yang bermakna “selamat” dan “damai”. Ke-Islaman seseorang yang telah diikrarkan dalam jiwa dan pemikirannya sepatutnya mengantarkannya menjadi duta perdamaian dimanapun dalam kondisi apapun. Dalam kenyataannya, ajaran damai dalam Islam acapkali disalahartikan oleh sebagian pemeluknya. Terdapat kelompok dalam Islam yang mengimplementasikan ajaran Islam dengan perangai yang sangat kaku dan kasar, memonopoli kebenaran agama dari perspektif kelompoknya saja. Pada titik tertentu, cara beragama yang mengedepankan kepongahan dan arogansi seperti ini, akan menjebak seseorang dalam perilaku ekstrimisme. Ekstrimisme sendiri terdiri dari tiga unsur; ekstrimisme ideologi, ekstrimisme takfiri dan ekstrimisme jihadis. Ketiganya merupakan benalu bagi kelangsungan peradaban umat manusia. Maka dari itu, konsep “damai” dalam beragama harus terus menerus diberikan penggung yang luas. Agar konsep ini mendapatkan legitimasi yang kokoh, maka harus digagas sebuah konstruksi pemikiran yang bersumber dari kitab suci Alquran. Dalam tulisan ini, penulis menyajikan ayat-ayat Alquran yang berperspektif perdamaian dan moderasi beragama serta multikulturalisme sebagai landasan untuk membangun kontra-narasi terhadap merebaknya fenomena keberagamaan yang anti keragaman dan berujung pada sikap ekstrimisme. Sudah menjadi keharusan bagi umat manusia sebagai “pengguna” kitab untuk membumikan kalam tersebut agar tujuan diciptakannya manusia sebagai khalifah fil ardl. Khalifah yang dikehendaki Tuhan tentu bukanlah sekelompok manusia beringas yang gemar menebar ancaman dan ketakutan kepada sesama manusia. Tetapi khalifah yang membangun peradaban umat manusia yang mengedepankan kesantunan dan harmoni.
Menggali Perangkat Keilmuan Islam sebagai Basis Pengembangan Nilai-Nilai Universal Penalaran Moral Post-Conventional Ainul Yaqin; M. Syarif; Muhammad Ali Rohmad
Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars Vol 6 No 1 (2022): AnCoMS, APRIL 2022
Publisher : Koordinatorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta Wilayah IV Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36835/ancoms.v6i1.375

Abstract

Post-conventional is the highest level of moral reasoning based on cognitive developmental moral theory. As the highest level, post-conventional is the level of moral reasoning that everyone (including Muslims) needs to have because a person's moral reasoning is correlated with his moral actions. Moral reasoning affects how a person believes that behavior should be done. A person has reached the post-conventional level if his moral reasoning refers to universal values ​​such as justice, equality, humanity, and so on. In Muslim society, the acceptance of universal values ​​that form the basis for this post-conventional level of moral reasoning is still debated. This article examines the thoughts of Muslim scholars who present explanations of Islamic scientific tools (maqashid al-shariah, maslahah, and naskh-mansukh), which give place to universal principles. The results of this study conclude that a Muslim has the opportunity to reach a post-conventional moral level because his religious teachings provide a foundation based on universal values ​​as well as a post-conventional moral level foundation. Based on the results of this study, Islamic education can use the reference of cognitive-developmental moral theory to be used in the formation of students' moral reasoning to the highest level; post-conventional.