Prananto Prananto
Sekolah Tinggi Teologi Torsina

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Dampak Pluralisme terhadap Penyampaian Amanat Agung di Era Digital Yovianus Epan; Sandi Naftali; Yulius Subari Putra; Prananto Prananto; Fransiskus Irwan Widjaja
Angelion Vol 3, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v3i1.293

Abstract

Dalam dunia pluralis, kekristenan dihadapkan pada tantangan yang serius, pluralis menerapkan keharmonisan dalam keberagaman untuk menciptakan kedamaian. Setiap orang merasa perlu terbuka terhadap agama, suku, dan budaya. Hal ini juga berarti bahwa setiap orang juga bebas menjalankan kebenaran yang diyakininya. Dampaknya setiap orang bebas menjalankan agamanya masing-masing tanpa ada intervensi dari agama maupun kelompok lain, dan ini menyebabkan setiap agama tidak dapat menjalankan ekspansi jiwa-jiwa dengan bebas untuk menjadi pengikutnya meskipun pluralisme memiliki cara untuk membicarakan agama melalui cara berdialog. Hal ini juga berdampak bagi penyampaian amanat agung yang menjadi terbatas sehingga orang percaya tidak termotivasi lagi dalam menyampaiakn kabar baik karena adanya dampak pluralisme. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi informasi dan komunikasi juga memberikan peluang bagi pemberitaan kabar baik di tengah masyarakat pluralis (sosial media). Adapun kebaruan yang ditawaran dalam penelitian ini juga berpangakal dari penelitan sebelumnya, seperti yang dikemukakan oleh Fransiskus Irwan Widjaja menandaskan bahwa kelompok agama perlu melihat kambali tanggung jawabnya agar dapat berkerja sama, dan bertindak sebagai distributor rahmat Tuhan dalam eskalasi keharmonisan dan kedamaian agama-agama. Selaras juga dengan apa yang ditulis oleh Y. Hariprabowo dalam kesimpulan yang paparkan dalam penelitiannya bahwa dialog merupakan unsur dasar dalam misi evangelikal, yang memperkenalkan nilai-nilai dari Injil. Kedua penelitian tersebut sudah mengemukakan dampak pluralisme dan penyampaian amanat agung sehingga penulisan ini menawarkan dampak plurlisme terhadap penyampaian amanat agung era digital. Data-data yang diperoleh diharapkan dapat membantu orang percaya untuk mengambil celah pemberitaan injil di era digital.Kata Kunci: Pluralisme; Amanat Agung; dan Era Digital
Kewaspadaan Terhadap Guru-Guru Palsu Berdasarkan 2 Petrus 2 Sebagai Antisipasi Terhadap Penyesatan Pada Masa Kini Prananto Prananto; Joseph Christ Santo
Miktab: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 2, No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Guru-guru palsu yang mengajarkan ajaran sesat atau palsu sudah ada sejak berdirinya gereja mula-mula dan upaya penyesatan mereka terjadi di luar maupun di dalam gereja. Pengajaran yang menyimpang dan tidak sesuai dengan firman Tuhan merupakan bentuk perlawanan Iblis kepada Allah yang bertujuan agar manusia hidup jauh dari Tuhan dan orang-orang percaya dipengaruhi untuk hidup tidak taat kepada Tuhan. Peringatan akan kewaspadaan terhadap guru-guru palsu yang disampaikan oleh rasul Petrus, juga telah disampaikan oleh Yesus sebagai peringatan kepada murid-murid-Nya. Seperti serigala berbulu domba, demikianlah  gambaran yang Yesus berikan kepada guru-guru palsu itu.Hal ini menjadi tantangan serius bagi gereja masa kini, bagaimana gereja harus bersikap dan langkah antisipasi apa yang harus diambil gereja maupun orang percaya dalam menghadapi merebaknya ajaran sesat yang berpotensi melemahkan kerohanian jemaat Tuhan? Melalui artikel ini, penulis mencoba memberikan jawaban atas tantangan tersebut diatas. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menganalisa teks dalam 2 Petrus 2, diperoleh hasil, gereja harus sadar bahwa keberadaan guru-guru palsu di tengah-tengah jemaat Tuhan merupakan sebuah fakta dan penyesatannya semakin intensif menjelang akhir zaman, Meskipun Tuhan akan menjaga dan menyelamatkan orang-orang benar dari penyesatan, namun gereja perlu mengantipasinya dengan memberikan pengajaran yang benar berdasarkan Alkitab dan mendorong jemaat untuk tekun beribadah menjalin persekutuan dengan saudara seiman. Dan setiap orang percaya harus bertumbuh dan berakar kuat di dalam kebenaran firman Tuhan serta hidup dalam pimpinan Roh Kudus.
Dampak Pluralisme terhadap Penyampaian Amanat Agung di Era Digital Yovianus Epan; Sandi Naftali; Yulius Subari Putra; Prananto Prananto; Fransiskus Irwan Widjaja
Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 3, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v3i1.293

Abstract

Dalam dunia pluralis, kekristenan dihadapkan pada tantangan yang serius, pluralis menerapkan keharmonisan dalam keberagaman untuk menciptakan kedamaian. Setiap orang merasa perlu terbuka terhadap agama, suku, dan budaya. Hal ini juga berarti bahwa setiap orang juga bebas menjalankan kebenaran yang diyakininya. Dampaknya setiap orang bebas menjalankan agamanya masing-masing tanpa ada intervensi dari agama maupun kelompok lain, dan ini menyebabkan setiap agama tidak dapat menjalankan ekspansi jiwa-jiwa dengan bebas untuk menjadi pengikutnya meskipun pluralisme memiliki cara untuk membicarakan agama melalui cara berdialog. Hal ini juga berdampak bagi penyampaian amanat agung yang menjadi terbatas sehingga orang percaya tidak termotivasi lagi dalam menyampaiakn kabar baik karena adanya dampak pluralisme. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi informasi dan komunikasi juga memberikan peluang bagi pemberitaan kabar baik di tengah masyarakat pluralis (sosial media). Adapun kebaruan yang ditawaran dalam penelitian ini juga berpangakal dari penelitan sebelumnya, seperti yang dikemukakan oleh Fransiskus Irwan Widjaja menandaskan bahwa kelompok agama perlu melihat kambali tanggung jawabnya agar dapat berkerja sama, dan bertindak sebagai distributor rahmat Tuhan dalam eskalasi keharmonisan dan kedamaian agama-agama. Selaras juga dengan apa yang ditulis oleh Y. Hariprabowo dalam kesimpulan yang paparkan dalam penelitiannya bahwa dialog merupakan unsur dasar dalam misi evangelikal, yang memperkenalkan nilai-nilai dari Injil. Kedua penelitian tersebut sudah mengemukakan dampak pluralisme dan penyampaian amanat agung sehingga penulisan ini menawarkan dampak plurlisme terhadap penyampaian amanat agung era digital. Data-data yang diperoleh diharapkan dapat membantu orang percaya untuk mengambil celah pemberitaan injil di era digital.Kata Kunci: Pluralisme; Amanat Agung; dan Era Digital
Analisis Hukuman atas Ananias dan Safira Versus Anugerah Pengampunan Dosa Prananto Prananto; Asih Rachmani Endang Sumiwi
Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v4i1.460

Abstract

Dalam Alkitab yaitu Kisah Para Rasul 5:1-11 dituliskan kisah tentang hukuman Allah atas Ananias dan Safira yang menyebabkan kematian mereka berdua merupakan peristiwa yang unik dan khusus. Peristiwa tidak bisa digeneralisasikan di setiap kejadian yang mirip atau sama. Mengapa hukuman Allah ditimpakan kepada mereka tanpa diberi kesempatan untuk bertobat dan menerima anugerah pengampunan dosa dari Allah? Dosa seperti apa yang menyebabkan Allah murka kepada mereka? Apakah anugerah pengampunan dosa dari Allah tidak berlaku atas Ananias dan Safira? Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif yang berupa penelitian kepustakaan, peneliti mencoba memaparkan jawaban atas pertanyaan tersebut di atas. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa di tengah-tengah sedang dibangunnya jemaat mula-mula menjadi saksi Kristus yang tulus dan kudus maka Allah sangat menjaga kekudusan mereka. Allah tidak berkenan atas perbuatan Ananias dan Safira yang menodai kemurnian jemaat mula-mula. Mereka berdua mencobai Allah yang dengan sengaja dan terencana mendustai Roh Tuhan. Sekalipun Ananias dan Safira merupakan bagian dari jemaat mula-mula, namun dari apa yang dilakukannya menunjukkan bahwa mereka berdua tidak sungguh-sungguh bertobat, bahkan hati mereka dikuasai Iblis yang dengan sengaja melawan Allah sehingga anugerah pengampunan dosa dari Allah tidak dialami oleh Ananias dan Safira. Anugerah pengampunan dosa dari Allah diberikan dan dialami oleh setiap orang yang sungguh-sungguh bertobat dan menjadi percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.