Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Histopatologi Organ Usus Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Diambil dari Pembudidayaan Ikan di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur Shobikhuliatul Jannah Juanda; Sri Imelda Edo
JURNAL VOKASI ILMU-ILMU PERIKANAN (JVIP) Vol 1, No 2 (2020): April 2021
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jvip.v1i2.727

Abstract

Kota Kupang merupakan salah satu kota yang sedang mengalami peningkatan permintaan ikan air tawar sehingga para pembudidayanya berlomba-lomba membudidayakan ikan secara intensif. Namun, sistem sistem budidaya perikanan air tawar yang saat ini telah mencapai tahap intensifikasi tidak terlepas dari resiko biologis, yaitu munculnya penyakit. Semakin intensif budidaya ikan, semakin tinggi prevalensi infeksi penyakitnya (Suhermanto et al., 2011; Rustikawati, 2012). Diagnosa penyakit pada ikan merupakan langkah awal yang dilakukan untuk menentukan suatu penyakit. Pemeriksaan histopatologi organ ikan dilakukan untuk melihat perubahan jaringan yang terjadi akibat infeksi patogen yang memungkinkan terjadinya abnormalitas jaringan (Safratilofa, 2017). Pengamatan histopatologi pada organ ikan khususnya usus dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada usus secara histologi sebagai diagnosa awal tentang kerusakan yang terjadi pada jaringan sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologi usus ikan nila sebagai biomarker pendugaan penyakit ikan. Metode deskriptif kualitatif dilakukan untuk mendapatkan penggambaran keadaan ataupun gejala yang tampak dalam gambaran histopatologi organ usus ikan nila yang diambil dari pembudidayaan di Kota Kupang secara acak. Sebanyak 100 ekor sampel ikan nila diambil dan kemudian diukur panjang dan bobotnya, kemudian diamati morfologinya yang meliputi bentuk tubuh, sirip, sisik, mata dan kelainan lainnya. Organ usus diambil untuk dilakukan fiksasi dengan menggunakan formalin 4%  dan selanjutnya dilakukan preparasi histologi yang meliputi meliputi Fiksasi, Dehidrasi, Clearing, Infiltrasi, Embedding, Sectioning, peletakan pada object glass, Affixing, Deparafinisasi, Staining, Mounting dan Labelling. Untuk menganalisis hasil gambaran struktur histologi masing-masing organ yang sudah didapatkan, dilakukan pembandingan gambaran histologi yang didapatkan dengan referensi yang ada. Berdasarkan hasil analisis histopatologi yang telah dilakukan pada organ usus ikan nila, kerusakan yang terjadi antara lain: Berdasarkan hasil analisis histopatologi yang telah dilakukan pada organ usus ikan nila, kerusakan yang terjadi antara lain: Edema, Nekrosis, Infiltrasi Sel Radang, Hipertropi, Parasit, kongesti, Hemoragi.Kata kunci : Histopatologi, Usus, Ikan Nila
Pemeliharaan Calon Induk Koi (Cyprinus carpio, L) dengan Media Filter pada Sistem Resirkulasi Shobikhuliatul Jannah Juanda; Ion Tarsardo Sianturi; M. Fajar Panuntun
JURNAL VOKASI ILMU-ILMU PERIKANAN (JVIP) Vol 3, No 1 (2022): November 2022
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jvip.v3i1.714

Abstract

Menurunnya mutu kualitas air dapat menyebabkan keracunan pada ikan, menaikkan derajat keasaman air, berkurangnya oksigen terlarut dalam air sehingga dapat memicu adanya infeksi penyakit dan bakteri serta defisinesi nutrisi (Suparlan et al., 2020). Salah satu usaha yang dilakukan guna mempertahankan mutu kualitas air budidaya adalah dengan penambahan filter pada sistem resirkulasi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober sampai november 2021 yang berlokasi di Laboratorium Produksi dan Manajemen Budidaya Perikanan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Politeknik Pertanian Negeri Kupang. Bahan filter yang digunakan adalah dakron, arang, batu zeolit dan bioball yang disusun di dalam container. Wadah yang digunakan adalah kolam beton ukuran 2x1x1 m. Sistem resirkulasi disetting dengan mengalirkan air yang berada pada dasar kolam melalui pompa langsung menuju pipa dan kemudian menuju media filter. Hewan yang diujikan adalah ikan koi (Cyprinus carpio) dengan padat tebar 11 ekor per kolam. Metode yang digunakan adalah eksperimental skala laboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu: (A)Perlakuan sistem resirkulasi tanpa filter; (B)Perlakuan sistem resirkulasi dengan pemberian filter. Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah: 1) Kualitas Air (DO, pH dan suhu) yang diukur dua kali sehari (pagi dan sore hari), 2) Pertumbuhan  ikan (panjang dan bobot akhir, pertumbuhan bobot dan panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik (SGR)), 3) Kelulushidupan, 4) Konversi pakan (FCR) selama pemeliharaan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis varians untuk melihat beda nyata perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan media filter pada sistem resirkulasi berpengaruh nyata terhadap panjang akhir ikan koi tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas air, bobot akhir, pertumbuhan panjang dan berat mutlak, kelulushidupan dan nilai FCR. Perlakuan yang memberikan hasil panjang akhir lebih baik yaitu pada perlakuan B dengan panjang mencapai 32,21 cm sedangkan perlakuan A mencapai 31,09 cm.Kata kunci : Ikan Koi, Filter, RAS, Pertumbuhan
Hematologi dan Histopatologi Insang Ikan Lele Hasil Budidaya Pembudidaya Lokal di Noekele, Kabupaten Kupang Timur Shobikhuliatul Jannah Juanda; Ion Tarsardo Sianturi; Yusuf Kamlasi; Muhammad Fajar Panuntun
BIO-EDU: Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7 No 3 (2022): BIO-EDU: Jurnal Pendidikan Biologi Volume 7 Nomor 3 Tahun 2022
Publisher : Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Timor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32938/jbe.v7i3.3596

Abstract

The aim of this study was to determine the haematological and histopathological of the Catfish gills cultured in Noekele, East Kupang, East Nusa Tenggara. The fish samples used were catfish taken randomly as many as 80 individuals from the rearing pond owned by local farmers in Noekele, then taken to the laboratory for measurement of length and weight, morphological abnormalities observation, preparation of fish blood smears and collection of gills for histological preparation. The observation of morphological abnormalities showed body lesion (90%), one ventral fins (31.3%), one pectoral fins (28.8%), dull and pale body colors (100%). Erythrocyte cell damage on haematological observation on blood smear were tear drop shaped, fusion, lacerated membrane, nuclear extrusion, blebbed nuclei, sperocytes (deformed cells), lysis and shrinking erythrocytes. Based on histopathological analysis, gill’s damage were secondary lamella edema, primary lamella vacuoles, secondary lamella necrosis, epithelium lifting, secondary lamella fusion. Loss of lamella structure, hyperplasia and presence of parasites.
Prevalensi dan Intensitas Parasit Pada Ikan Lele Di Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya DIY Ion Tarsardo Sinaturi; Shobikhuliatul Jannah Juanda; M. Fajar Panuntun
Jurnal Salamata Vol 4, No 1 (2022): Juni
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.275 KB) | DOI: 10.15578/salamata.v4i1.11428

Abstract

Ikan lele (Clarias sp.) merupakan ikan yang banyak dibudidayakan di Indonesia karena permintaan pasar terhadap ikan lele yang sangat tinggi. Melihat potensi tersebut, Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB) ikut serta dalam pengembangan budidaya ikan lele. Namun dalam proses produksinya, terdapat beberapa kendala, salah satunya ialah serangan penyakit yang disebabkan parasit jenis ektoparasit. Tujuan penelitian ini ialah mengidentifikasi jenis ektoparasit yang terdapat pada kolam ikan lele di BPTPB Cangkringan Sleman. Metode yang digunakan pada penelitian tersebut ialah metode deskriptif. Sampel ikan yang digunakan berukuran 7-9 cm. Pengamatan ektoparasit dilakukan menggunakan dua cara yaitu pengambilan lendir dan insang yang dihaluskan dengan morta alu kemudian diletakkan pada object glass untuk diamati dibawah mikroskop. Hasil yang didapat ialah Oodinium sp. dengan tingkat prevalensi tertinggi sebesar 40% dan intensitas tertinggi sebesar 0,7 idn/ekor yang menunjukkan dalam kondisi sehat