Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pemberian Tylosin dan Gentamisin Menurunkan Angka Lempeng Total Bakteri Daging Broiler Betina WULANDARI, LULUK; ARDANA, IDA BAGUS KOMANG; SUADA, I KETUT
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (2) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.646 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi tylosin dan gentamsin terhadap Angka Lempeng Total Bakteri dan pH dalam daging broiler betina. Sampel menggunakan broiler betina sebanyak 24 ekor yang dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok telah dihomogenkan dan diberikan perlakuan yang berbeda. Perlakuan kontrol (P0) diberikan placebo berupa aquabidest 0,1 ml/kg bb, perlakuan pertama (P1) diberikan kombinasi tylosin 10 mg dan gentamisin 10 mg, perlakuan kedua (P2) diberikan kombinasi tylosin 20 mg dan gentamisin 20 mg, perlakuan ketiga (P3) diberikan kombinasi tylosin 30 mg dan gentamisin 30 mg. Sampel daging yang diambil pada bagian dada untuk dilakukan Uji Angka Lempeng Total Bakteri dan pengukuran pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kombinasi antibiotik tylosin dan gentamisin berpengaruh nyata (P < 0,05), terhadap Angka Lempeng Total Bakteri pada daging broiler betina dan tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) pada pH daging broiler betina.
Komodifikasi Ritual Cukur Rambut Gembel: dari Sakral ke Profan Marlina, Elin; Ghufroni, M.; Wulandari, Luluk; Fatimah, Nurul
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 10 No 2 (2021): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Prosesi pencukuran rambut gembel atau rambut bajang menjadi salah satu daya tarik dalam mengkaji tradisi masyarakat di dataran tinggi Dieng. Anak yang memiliki rambut gembel dipercaya masyarakat sebagai anak-anak yang terpilih dan menjadi titisan leluhur (Mbah Kolodete). Oleh karenanya diperlukan ritual khusus dalam prosesi pencukurannya agar sang anak diberikan keselamatan. Dalam perkembangannya rambut gembel mulai jarang ditemukan di masyarakat Dieng. Sebagai upaya pelestarian tradisi tersebut, pemerintah dan masyarakat memasukkan ritual cukur rambut gembel ini dalam rangkaian kegiatan Dieng Culture Festival (DCF) dengan tujuan untuk melestarikan tradisi tersebut sekaligus meramaikan destinasi wisata di kawasan Dieng. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pergeseran prosesi ritual cukur rambut gembel dari yang awalnya dilakukan oleh masyarakat ke pihak pengelola wisata DCF. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif etnografi. Data dalam penelitian ini didapatkan dari wawancara dan observasi. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat dan penggerak wisata dalam DCF. Wawancara dilakukan dengan pemangku Adat Desa Dieng dan orangtua yang anaknya berambut gembel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan ritual prosesi cukur rambut gembel, baik dilakukan secara mandiri oleh masyarakat maupun dilakukan massal bersama festival. Pemangku adat tetap melaksanakan persiapan prosesi dari awal sampai akhir supaya acara berjalan dengan lancar. Akan tetapi, ada sebagian orangtua yang lebih memilih menyelenggarakan cukur rambut gembel secara mandiri untuk anaknya. Salah satu alasan kenapa menolak festivalisasi adalah masalah “kesakralan” mengingat kepercayaan setempat yang mengistimewakan anak rambut gembel yang harus benar-benar dirawat dengan sepenuh hati.