Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

SOSIALISASI BUDIDAYA TANAMAN PORANG DI LAHAN KOSONG PADA MASYARAKAT DAN PETANI DI KECAMATAN PRAYA BARAT LOMBOK TENGAH Ismail Yasin
Jurnal SIAR ILMUWAN TANI Vol. 2 No. 1 (2021): Jurnal Siar Ilmuwan Tani
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1051.653 KB) | DOI: 10.29303/jsit.v2i1.30

Abstract

Porang, suatu tumbuhan terna endemik Pulau Lombok sekarang ini mempunyai nilai yang sangat tinggi karena sangat laku sebagai barang ekspor, di samping itu, porang merrupakan bahan pangan fungsional yang sangat bermanfaat bagi penderita Diabetes melliatus karena kandungan glukomannannya yang tinggi. Sayangnya sekarang tidak banyak masyarakat di Lombok selatan, terutama masyarakat kecamatan Praya Barat yang mengenal tumbuhan tersebut karena tumbuhan tersebut sudah punah atau tidak ditemukan tumbuh liar di tempat itu. Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah memperkenalkan tanaman porang kepada sekelompok masyarakat di Desa Batujai dan Desa Mangkung Kecamatan Praya Barat dan mengajak mereka untuk menanam porang di sela-sela tanaman lain atau di lahan kosong. Metode pengabdian yang dilakukan adalah mengundang sekelompok masyarakat termasuk tokoh masyarakat untuk diperkenalkan tentang tanaman porang, manfaatnya dan nilai ekonomi serta cara membudidayakan porang pada kondisi tanah dan iklim setempat. Selanjutnya dilakukan pembentukan kelompok petani porang untuk smenjadi kelompok tani porang di desanya. Hasil dari pengabdian ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggota masyarakat atau petani di Desa Batujai maupun di Desa Mangkung sangat anthusias mengikuti program sosialisasi tersebut. Ternyata tidak satupun dari anggota masyarakat yang mengenal tanaman porang. Mereka belum bisa membedakan porang dari iles-iles (lombos) ataupun dengan suweg (gawok). Dengan melihat potensi nilai ekonomi dari porang, sebagian besar masyarakat yang mengikutu pertemuan sangat anthusias menjadi petani penanam porang. Mereka berjanji segera membentuk kelompok tani khusus penanam porang agar mudaah mengakses pembinaan dari desa maupun dari lembaga-lembaga yang terkait frngan pengembangan tanaman porang. Sayangnya tanaman tanaman porang tumbuh hanya pada bulan-bulan tertentu, (nusim hujan) sehingga pada saat pelaksanaan kegiatan ini tidak bisa dilakukan demontrasi plot, karena porang hanya tumbuh pada musim hujan dan mengalami dormansi pada musim kemarau. Namun hal ini di atasi dengan mengunggah informasi online.
Menggali Potensi Tanaman Porang Sebagai Tanaman Budidaya Pada Sistem Hutan Kemasyarakatan (HkM) Kabupaten Lombok Utara Ismail Yasin; Padusung Padusung; Mahrup Mahrup; Igm Kusnara; Sukartono Sukartono; Fahrudin Fahrudin
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 4 No 3 (2021)
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.403 KB) | DOI: 10.29303/jpmpi.v4i3.983

Abstract

Tanaman porang (Amorphophallus oncophyllus) merupakan salah satu komoditi  unggulan perkebunan  akhir-akhir ini karena berniai ekonomi yang dapat dijadikan berbagai macam produk olahan, mulai dari makananan, kosmetik dan bahan baku industry lainnya. Tanaman umbian ini dapat tumbuh di semua kondisi agroklimat termasuk di kawasan hutan maupun lahan kebun dibawah tegakan pohon. Ada dua strategi pendekatan dalam mengatasi persoalan pengembangan porang yakni sosialisasi inovasi teknik budidaya tanaman porang (terdiri atas: perkembangbiakan menggunakan katak; perbanyakan menggunakan buah/biji; perbanyakan menggunakan umbi) dan yang kedua adalah pengolahan paska panen. Metode pelaksanaan pengabdian pada masyarakat telah dilakukan melalui penyuluhan teknik budidaya tanaman porang, peragaan budidaya tanaman porang di lahan garapan Kelompok Tani dan bimbingan teknik pengolahan pasca panen sederhana. Tanaman porang layak dikembangkan dalam pelestarian sumberdaya hutan, sebagai sarana pengalihan orientasi dan mata pencaharian masyarakat di sekitar hutan dari hasil hutan kayu ke hasil hutan non kayu dalam peningkatan kesejahteraan upaya melestarikan Kawasan penyangga. kandungan nutrisi dalam tanaman porang terbilang kompleks terutama pati, glukomannan, kristal kalsium oksalat, serat kasar dan gula reduksi. Penanganan porang pasca panen menghasilkan beragam bentuk baik berupa keripik (chip), tepung porang dan tepung glucomannan yang dapat digunakan sebagai bahan dasar tepung, mie instan dan produk makanan dan minuman lainnya. Persoalan yang dihadapi petani porang secara umum di lokasi yakni: 1) Permodalan; 2) Keamanan (sering terjadi pencurian tanaman porang di lahan); 3) Kebakaran hutan. Inovasi pembiakan porang berupa: 1) Pebiakan melalui katak atau bubil; 2) Pembiakan dari buah atau biji; 3) Pembiakan dari umbi.
Kecendrungan Warna Tanah dan Status Bahan Organik Pada Lahan Pertanian yang Mengalami Penutupan Awan Rendah Berbasis Peta Terra Modis di Pulau Lombok Dewanti Ayu Fitriani; Mahrup Mahrup; Ismail Yasin; Lalu Arifin Aria Bakti
Journal of Soil Quality and Management Vol. 1 No. 1 (2022): Journal of Soil Quality and Management
Publisher : Department of Soil Science, Faculty of Agriculture, University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jsqm.v1i1.3

Abstract

Research has been carried out on the tendency of soil color and the status of organic matter on agricultural land with low cloud cover based on the fashionable terra map on the island of Lombok. The purpose of this study was to determine the tendency of soil color and the status of organic matter on agricultural land which is experiencing low cloud cover continuously based on the Terra Modis map on Lombok Island. This study uses a descriptive method, the data used is data obtained from direct sampling on the land (then analyzed the samples in the laboratory), cloud cover data obtained from the Terra satellite, and Rupa Bumi Indonesia (RBI) map data. can be obtained from the NTB Regional Planning and Development Agency (BAPPEDA). The results of this study indicate that on the island of Lombok, low cloud cover on dry land typology with Inceptisols soil type did not cause changes in the color of the main base matrix (hue) of the soil, brightness (chroma), except for different color saturation variables (value). amounting to 0.5 units, where the land covered by clouds tends to be darker than the land without cloud cover and there is an initial sign, that the organic matter which has no significant difference in levels in the two land conditions, shows a soil color response of 7.5 YR 2.5 / 2 is darker on cloud-covered land than is resistant without colored cover. 2.5 YR 3/2.