Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KOMUNIKASI POLITIK DALAM KONFLIK PERTANAHAN (Isu Kerusakan Hutan dan Penjulukan (name calling) “penjarah hutan” terhadap petani penggarap wilayah kehutanan di kabupaten Garut) Asmarani, Aulia
Manajerial : Jurnal Manajemen dan Sistem Informasi Vol 10, No 2 (2011): Manajerial : Jurnal Manajemen dan Sistem Informasi
Publisher : Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/manajerial.v10i2.2167

Abstract

Isu “ kerusakan hutan” yang disuarakan oleh pihak Negara khususnya institusi yang terkait,dalam hal ini departemen Kehutanan, telah dijadikan dasar untuk melegitimasikan tindakantindakanrepresif terhadap para petani penggarap di kawasan hutan. Bentuk-bentuk tindakanini diekspresikan di lapangan oleh institusi Negara tadi dengan cara pelarangan menggaraptanah, pengusiran, penangkapan dan pemenjaraan. Hal ini dapat dilihat dari apa yang terjadidi kabupaten Garut pada periode tahun 2000 sampai bulan agustus 2003 dengan digelarnyaoperasi wanalaga Lodaya.Padahal antara kerusakan hutan dan konflik atas tanah adalah dua hal yang berbeda.Di kabupaten garut, kerusakan hutan lebih disebabkan oleh eksploitasi besar-besaran yangdisponsori oleh Negara. Sementara konflik tanah antara rakyat dan institusi kehutanan lebihdisebabkan oleh ketimpangan penguasaan tanah yang diakibatkan oleh system politik agrarianyang dibangun oleh Negara. Artinya konflik tanah yang masih berlangsung saat ini sangat tidaksignifikan sebagai salah satu penyebab kerusakan hutan.Dengan mengusung isu kerusakan hutan, institusi pemerintah berhasil mempengaruhipublic untuk menggeser isu utamanya dari persoalan ketimpangan penguasaan tanah menjadiisu kerusakan hutan. Dalam isu ini rakyat khususnya petani penggarap, diposisikan sebagai“penjarah” atau “perambah hutan”. Dengan demikian lewat pengembangan isu ini, institusipengelola kehutanan berhasil menghindar dari sorotan public atas kontribusi mereka dalamkerusakan hutan.Pesan isu kerusakan hutan dan penjulukkan “penjarah hutan” pada petani penggarapadalah merupakan bagian dari komunikasi politik pemerintah, khususnya propaganda. Denganpropaganda demikian Negara menganggap sah untuk melakukan operasi yang represif terhadaprakyat yang dianggap mengganggu kawasan yang diklaim Negara. Dengan kata lain, isukerusakan hutan telah digunakan Negara untuk melegitimasi kekerasan terhadap rakyat. Halinilah yang ditunjukkan dalam operasi wanalaga lodaya yang dilakukan di kabupaten garut.
Perempuan dalam konflik agraria Aulia Asmarani
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol 13 No 01 (2015): Majalah Ilmiah Unikom
Publisher : Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.003 KB)

Abstract

Tanah sebagai sumber kehidupan membuat petani berjuang untuk mendapat-kan hak atas tanah. tanah merupakan simbol kemerdekaan bagi petani karena dari tanah tersebut mereka akan menjadikan kehidupannya lebih baik secara ekonomi, sosial dan budaya. menyikapi berbagai kebijakan yang tidak adil, para perempuan lebih kritis dan berani menyampaikan pendapat. perempuan tani terlibat aktif dalam gerakan tani dari masa ke masa. penelitian ini mendeskripsi-kan tentang peranan perempuan dalam konflik pertanahan. kiprah perempuan tani dalam perjuangan perebutan tata kuasa lahan dalam konflik agraria tidak dapat diremehkan. bias gender dalam pergolakan reclaiming dalam konflik agraria relatif tidak ditemukan. petani, baik itu perempuan ataupun laki-laki mau merebut kembali kuasa atas tanah. tanah kawasan hutan yang dikuasai oleh pemerintah adalah bukan atas nama perempuan atau laki-laki, tapi tanah petani. perebutan kedaulatan sumber daya agraria, ternyata di kampong palin-tang warga tidak melihat sebagai perempuan. militansi perempuan melebihi dari laki-laki. gerakan perempuan terlibat aktif dalam gerakan tani.
PARENTING COMMUNICATION IN A PANDEMIC (DESCRIPTIVE STUDY OF PARENTING COMMUNICATION IN EDUCATING AND PROTECTING CHILDREN DURING A PANDEMIC IN GIRI MEKAR VILLAGE, CILENGKRANG DISTRICT, BANDUNG REGENCY) Aulia Asmarani
Dinasti International Journal of Education Management And Social Science Vol. 3 No. 4 (2022): Dinasti International Journal of Education Management and Social Science (April
Publisher : Dinasti Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31933/dijemss.v3i4.1173

Abstract

The purpose of this study was to find out how the description of parenting communication in educating and protecting children during the pandemic, especially in Giri Mekar Village, Cilengkrang District, Bandung Regency, and the general pattern of parenting communication that occurred during the covid 19 pandemic. The research locus was chosen based on the relationship with the community. The author formed the study as part of community service activities going on for approximately 3 years. The author wants to know for sure in advance and explore parenting communication that occurs so that steps for PKM activities can be taken like what is useful and effective according to the needs of students, parents, schools, and the community in general. This study uses a qualitative descriptive research method. By triangulating sources, The researcher used the Principal of SD Negeri Girimekar 3, the supervising teacher for the students whose parents were the respondents, and the class teacher. This research is based on the reason that the students of SD Negeri Girimekar 3 are many participants in the author's learning home learning community (PKBM). The study results found that not only teachers but also parents also act as the first and primary educators. The latter has the responsibility to create and nurture their children to become good children in terms of behavior, mental, and heart. Responsibility as a parent must motivate their children to become disciplined and confident children using their potential. The attitude of the mother and father towards the child will greatly affect how the child's temperament or behavior in his daily life.
THE REPRESENTATION OF SUMBA WOMEN IN THE FILM MARLINA THE MURDERER IN FOUR ACTS (AN ANALYSIS OF CHARLES SANDERS PIERCE) Aulia Asmarani; Asep Hidayat
Dinasti International Journal of Education Management And Social Science Vol. 3 No. 6 (2022): Dinasti International Journal of Education Management and Social Science (Augus
Publisher : Dinasti Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31933/dijemss.v3i6.1345

Abstract

Violence against women is still common in a modern era like today, not least for women who live in the rimland region. Women are often used as a violent objects by men. The patriarchal culture still embraced by some people makes it difficult for women to fight against male domination in their environment. This makes it difficult for women to fight against male domination in their environment. Especially for Sumba women, whose society still adheres to the patriarchal culture. The movie "Marlina, The Murderer in Four Acts" describes the form of resistance of a Sumbanese woman against the injustice that befell her due to men who still lower their self-esteem. This film shows that a woman is not a weak figure; they can fight people who lower their self-esteem with their own hands. This research itself uses qualitative research methods using Charles Sanders Pierce's semiotic analysis in analyzing the data. The result of the analysis of the representation of Sumbanese women in the film "Marlina The Murderer in Four Acts" (1) shows the gender inequality that occurs in Sumba society in the film due to the patriarchy that prevails there, (2) violence and harassment against women and (3) form of women's resistance to the violence and abuse they experience.
Representasi Perempuan dalam Pemberitaan Kasus Prostitusi Online Artis Vanessa Angel Aulia Asmarani; Emilapalau Emilapalau
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 20, No 3 (2022)
Publisher : Univeritas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jik.v20i3.6911

Abstract

Tahun 2019 publik dunia maya dikejutkan dengan pemberitaan kasus prostitusionline yang menimpa artis Vanessa Angel (VA). Berdasarkan portal mediaonline Tempo.co, VA ditangkap Polda Jatim pada Sabtu, 5 Januari 2019, karena diduga terlibat kasus prostitusi online. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan representasi perempuan dalam pemberitaan kasus prostitusi onlineoleh artis VA. Metode penelitian ini analisis wacana kritis dengan menggunakan analisis bahasa kritis. Analisis wacana kritis dapat membongkar maksud-maksud tertentu dari suatu wacana. Hasil penelitian ini adalah realitas jurnalis mengarahkan pembaca untuk memosisikan diri dari sudut pandang jurnalis. Jurnalis mengarahkan pembaca untuk mendukung sisi laki-laki dengan membuat alur cerita yang seolah-olah korban atau perempuan dalam berita tersebut pantas disalahkan. Terdapat dua representasi perempuan dalam pemberitaan kasus tersebut. Pertama, representasi bias gender, terlihat dari pemberitaan yang hanya fokus pada perempuan, pembahasan laki-laki atau pengguna jasa prostitusi online tidak seagresif pemberitaan tentang perempuan. Kedua, representasi perempuan digunakan sebagai objek eksploitasi. Penelitian ini berkontribusi dalam kajian tentang gender yang bertujuan untuk mengurangi dan menghilangkan ketidakadilan gender.
Komunikasi Politik Kepala Desa dalam Konflik Agraria (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Politik Kepala Desa Cipanjalu Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung dalam Konflik Agraria Lokal) Asmarani, Aulia
JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Vol. 6 No. 4 (2023): JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan)
Publisher : STKIP Yapis Dompu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.504 KB) | DOI: 10.54371/jiip.v6i4.1939

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis Komunikasi Politik Kepala Desa Cipajalu dalam konflik agraria di wilayahnya. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif jenis deskriptif. Fokus penelitian ini ialah Komunikasi politik yang diterapkan oleh Kepala Desa Cipanjalu. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi politik yang disampaikan oleh Kepala Desa Cipanjalu, adalah secara persuasif berupa penyampaian pesan-pesan secara langsung, melakukan pendekatan secara personal, serta dengan lebih terbuka terhadap masyarakat baik dalam menyampaikan keluhan masyarakat maupun sekedar kritik dan saran. Kedua ialah penggunaan media sebagai alat dalam penyampaian komunikasi politik berupa penyampaian dari mulut ke mulut melalui Karang Taruna, LPMD, dan BPD yang ada di Desa Cipanjalu, serta yang terakhir dengan loby-loby politik dan negosiasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam konflik agraria yaitu pihak Perum Perhutani dan PTPN VIII. Salah satu factor pendukung komunikasi politik tersebut di atas adalah kondisi financial Kades yang baik dan Kepala Desa Cipanjalu mampu membaca situasi dan kondisi masyarakat serta pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap sumber-sumber agraria Desa Cipanjalu. Komunikasi politik yang disampaikan tepat pada sasaran sehingga mampu menyelesaikan konflik agraria serta mampu mensejahterakan masyarakat desa. Factor penghambatnya adalah terbatasnya akses informasi dan pengetahuan bagi rakyat desa Cipanjalu sehingga berakibat pada terbatasnya masyarakat terdidik secara social politik khususnya dalam konteks kasus-kasus agraria.