Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Hubungan Kejadian Preeklampsia dengan Kadar Serum Β-Human Chorionic Gonadotropin (Β-HCG) Pada Kehamilan Trimester IIIHubungan Kejadian Preeklampsia Dengan Kadar Serum β-Human Chorionic Gonadotropin (Β-hCG) Pada Kehamilan Trimester III. Preeklampsia saat i Yusuf Effendi; Safyudin; Ade Marlisa Rahmadayanti
Biomedical Journal of Indonesia Vol. 3 No. 2 (2017): Biomedical Journal of Indonesia
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Faculty of Medicine, Universitas Sriwijaya) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hubungan Kejadian Preeklampsia Dengan Kadar Serum β-Human Chorionic Gonadotropin (Β-hCG) Pada KehamilanTrimester III. Preeklampsia saat ini masih merupakan salah satu penyebab kematian maternal yang diakibatkanadanya peningkatan jaringan sitotrofoblas dengan jaringan yang baru sehingga akan meningkatkan total HumanChorionic Gonadotropin (hCG) termasuk subunit α dan β. Peningkatan kadar dari serum β-hCG ini yangmenggambarkan adanya reaksi patologis dari plasenta pada kasus preeklampsia sebagai akibat dari transformasisitotrofoblas yang baru dan juga sekaligus dapat menggambarkan berat ringannya penyakit tersebut. Penelitian inimenggunakan rancangan observasional analitik dengan pendekatan case control yang bertujuan untuk melihathubungan antara kejadian preeklampsia dengan kadar serum β-hCG pada kehamilan. Penelitian ini telahdilaksanakan pada bulan April-Mei 2018 di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang dan Laboratorium BioteknologiFakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Total sampel dalam penelitian ini sebanyak 62 sampeldengan masing-masing kelompok kasus sebanyak 31 subjek yang terdiri dari ibu hamil dengan preeklampsia dan31 subjek ibu hamil dengan normotensi yang ditentukan dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Kadar β-hCG yang diambil pada trimester ketiga diukur dengan metode ELISA dan dinyatakan dalam mIU/ml dengan menggunakansampel darah vena. Didapatkan nilai minimum–maksimum kadar serum β-hCG pada kelompok ibu hamil denganpreeklampsia sebesar 10.723–74.295 mIU/ml dengan rerata sebesar 37.380,23 ± 20.100,154 mIU/ml dandidapatkan nilai minimum–maksimum kadar serum β-hCG pada kelompok ibu hamil dengan normotensi sebesar6.171–9.395 mIU/ml dengan rerata 7.743,13 ± 959,794 mIU/ml. Serta didapatkan nilai hubungan antara kejadianpreeklampsia dengan kadar serum β-hCG pada kehamilan (p value = 0,001). Kadar rerata serum β-hCG padakelompok preeklampsia lebih tinggi dibanding kelompok hamil normotensi dan didapatkan adanya hubungankejadian preeklampsia dengan kadar serum β-hCG. Perlunya penelitian lebih lanjut untuk masing-masing umurkehamilan guna mengetahui batasan kadar β-hCG serum yang dianggap meningkat untuk masing masing umurkehamilan. Batasan ini nantinya bisa dipakai sebagai pedoman dalam memprediksi suatu kehamilan yang dapatberkembang menjadi preeklampsia.
Hubungan Kadar Anti Mullerian Hormon (AMH) dan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Panjang Siklus Menstruasi Premenopause Selvy Apriani; Zen Hafy; Yusuf Effendi
Biomedical Journal of Indonesia Vol. 4 No. 1 (2018): Biomedical Journal of Indonesia
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Faculty of Medicine, Universitas Sriwijaya) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sistem reproduksi wanita merupakan sistem kompleks yang meliputi semua alat reproduksi wanita dan akanberubah sesuai dengan siklus perkembangan. Siklus perkembangan reproduksi wanita berlangsung secara alamiahmulai dari menarche sampai menopause. Sebelum terjadi menopause ada masa transisi yang disebutpremenopause. Perubahan organ reproduksi pada masa premenopause ini ditandai dengan terjadinya gangguanpada menstruasi. Perpanjangan dan pengurangan siklus menstruasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sepertiAnti Mullerian Hormon (AMH) dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Tujuan mengetahui hubungan kadar AMH dan IMTterhadap panjang siklus menstruasi premenopause di BPM Ranting Seberang Ulu I.Penelitian ini dilakukan diLaboratorium Biomolekuler Kedokteran Universitas Sriwijaya dengan desain penelitian observasional analitik.Sebanyak 74 orang sample dipilih secara Convinience Sampling yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompoksiklus mesntruasi normal dan tidak normal. Kedua kelompok diukur TB dan BB nya untuk mengetahui IMT dandiambil darah vena untuk dialkukan pemeriksaan AMH dengan metode ELISA. Hasil analisis data AMH dan siklusmenstruasi dilakukan dengan uji Mann-Whitney. nilai p=0,004, IMT dan siklus menstruasi dilakukan dengan uji TIndependen nilai p=0,484, AMH dan IMT dilakukan dengan uji Spearman nilai p=0,789 dengan nilai alpha 0,05 (p<α).Disimpulkan bahwa ada hubungan antara AMH dan siklus mestruasi, tidak ada hubungan antara IMT dan siklusmestruasi dan tidak ada hubungan antara AMH dan IMT.
PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP REFUGEES YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA DI WILAYAH INDONESIA (Studi Pasal 2 KUHP dan Convention Relating To The Status of Refugees) Yusuf Effendi
Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum Sarjana Ilmu Hukum, Juli 2019
Publisher : Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Yusuf Effendi, I Nyoman Nurjaya, Ardi Ferdian Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Jl. M.T. Haryono 169 Malang 65145 e-mail: yusuf.kiing@gmail.com   ABSTRAK Berlakunya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948 membuka kesempatan bagi setiap masyarakat dunia yang mengalami tindakan kekerasan atau persekusi di negara asal tinggal yang dilakukan oleh suatu pemerintah yang berdaulat dengan alasan, agama, ras, suku, warna kulit, kebangsaan ataupun kelompok tertetu lainnya, untuk meminta pertolongan negara lain atau dalam hal ini meminta suaka tinggal. Bagi negara-negara yang didatangi oleh para pengungsi berkewajiban menerima dan memberikan bantuan, serta dilarang menolak ataupun mengusir pengungsi dari wilayah teritori negara tersebut. Hal ini diatur dalam Konvensi Tahun 1951 dan Protokol 1967. Dijelaskan dalam konvensi serta protocol tersebut terkait hak dan kewajiban para pengungsi, serta tanggung jawab negara penerima, namun tidak diatur terkait prosedur hukum bagi para pengungsi yang melakukan pelanggara pidana dinegara tujuan. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang pertanggung jawaban pidana terhadap refugees yang melakukan tindak pidana di wilayah Indonesia. Dalam penelitian ini penulis akan melakukan penulisan secara normative, dengan pendekatan perundang-undangan.Kata Kunci: Pertanggung Jawaban, Refugees, Tindak Pidana ABSTRACTThe effectuation of the Universal Declaration of Human Rights (UDHR) 1948 gives access to those seeking asylum from violence or prosecution in their home countries on the grounds of religion, race, ethnicity, tribe, and colour. The countries visited by refugees are responsible to accept, offer them help, and they must not reject them from the territory. These provisions are regulated in the 1951 Convention and 1967 Protocol, outlining the rights and liabilities of the refugees and the receiving countries, but they do not govern the law applying to the refugees who commit a crime in a receiving country. Departing from the above issue, this research aims to study the liability of the refugees who commit a crime in Indonesia according to a normative method and statutory approach. Keywords: liability, refugees, criminal offense