Wahjoerini Wahjoerini
[SINTA ID : 6646580] Universitas Semarang

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

IDENTIFIKASI MORFOLOGI KAWASAN PESISIR PANTAI DI KOTA SEMARANG DAN PERKEMBANGANNYA (STUDI KASUS : PANTAI MARINA) Tiasa Adimagistra; Wahjoerini Wahjoerini
Indonesian Journal of Spatial Planning Vol 1, No 1 (2020): VOLUME 1 NOMOR 1 MARET 2020
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1092.118 KB) | DOI: 10.26623/ijsp.v1i1.1897

Abstract

The city and its development is one of the complex things that occurs in the arrangement of spatial activities. The city's shape and dynamic city developments are influenced by physical and non-physical aspects such as social, economic, cultural, and technological evolving over time and following human needs. The change in the city form called the morphology of the city will never finish and become perfect such as building architecture, circulation system, open space, and urban infrastructure facilities. The city's morphological approach in identifying and identifying the shape of the city is not only covering the physical appearance, but also involves non-physical elements that contribute to the process of changing the city.The city of Semarang as a big city in Java Island is included in the coastal areas whose morphological development from time to time is very dynamic which grows expanding to the surrounding area. It is no exception at Marina Beach which located at PRPP Complex, Tawangsari district. This area is a residential development and settlement area planned by the developer and is now an important area for the economic growth of Semarang, with the new international airport, the airport Ahmad Yani International So this area is interesting to do a study of morphological identification and how it develops. The purpose of this research is to identify the morphology and architecture of the city in the coastal areas of Semarang in the pre-independence period, post-independence to the present. The step that will be done is to identify the pattern of the Marina coastal area based on satellite imagery and then three methods of analysis, namely the historical analysis of the region, the analysis of the area pattern, the analysis of the City room product City image analysis, townscape analysis, and building style analysis and building type. From the results of the analysis will be conducted morphological identification and how the development of coastal areas of Semarang especially in Marina beach. 
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU MOBIL SATU GARASI PROVINSI DKI JAKARTA Wahjoerini Wahjoerini; Andarina Aji Pamurti
Indonesian Journal of Spatial Planning Vol 2, No 2 (2021): VOLUME 2 NOMOR 2 OKTOBER 2021
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (726.062 KB) | DOI: 10.26623/ijsp.v2i2.3975

Abstract

Kebijakan mengenai kepemilikan kendaraan bermotor disertai dengan kepemilikan garasi telah tertuang Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 140. Namun karena berbagai kendala, peraturan yang terbit pada tahun 2014 belum menunjukkan hasil yang signifikan dalam mengurangi jumlah kendaraan bermotor. Satu diantara metode yang sangat berguna dalam kajian kebijakan adalah Institutional Analysis Development (IAD) yang dikembangkan oleh Elinor Ostrom pada tahun 1994. kebijakan terkait kepemilikan garasi bagi pemilik kendaraan bermotor khusus nya mobil terdapat tumpang tindih dengan kebijakan yang kedudukannnya diatasnya yang saling terkait. kemungkinan terjadinya konflik kepentingan antar stakeholder terkait implementasi sementara itu jika dirinci lebih lanjut, terdapat kemungkinan konflik kepentingan dan potensi yang dapat dikembangkan melalui interaksi antar stakeholder. Masalah yang ada berakar dari ketiadaan aturan teknis dan kurangnya koordinasi antar sektor pemerintahan baik dalam skala nasional maupun lokal (provinsi). Kedua akar masalah tersebut menghasilkan permasalahan yang terjadi saat ini seperti perbedaan peraturan dan kepentingan antar Lembaga. Kemudian belum adanya mekanisme kontrol perizinan dan pengawasan yang terstruktur dan terintegrasi antar Lembaga. 
KONSEP PERANCANGAN DI KAWASAN PESISIR PANTAI SARI KOTA PEKALONGAN Wahjoerini Wahjoerini
Indonesian Journal of Spatial Planning Vol 1, No 1 (2020): VOLUME 1 NOMOR 1 MARET 2020
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (715.378 KB) | DOI: 10.26623/ijsp.v1i1.1988

Abstract

Kawasan pesisir merupakan wilayah yang sangat berarti bagi kehidupan manusia di bumi. Wilayah pesisir memiliki potensi besar terhadap pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang dapat memberikan dampak terhadap ekonomi. Dampak ekonomi dapat dirasakan secara langsung bagi pemerintah maupun masyarakat seperti kontribusi tersebut terhadap pendapatan dan pertumbuhan ekonomi wilayah, pendapatan masyarakat nelayan serta penyerapan kesempatan kerja. Lokasi kawasan pesisir yang strategis pun juga dapat memudahkan terjadinya pedagangan antar kota, daerah dan pulau, yang tentu saja akan dapat meningkatkan perekonomian sekitar. Selain itu keunikan kawasan pesisir adalah menghasilkan sektor bernilai tinggi seperti sektor pangan, pemukiman, pariwisata, perikanan, dan industri. Kota Pekalongan yang terletak di pesisir pantai utara Jawa, pada dasarnya menyimpan beberapa potensi yang dapat dikembangkan bagi pembangunan wilayahnya. Di sekitar kawasan Pantai Pasir terdapat beberapa obyek wisata yang memiliki daya tarik bagi pengunjung dan wisatawan, antara lain galangan kapal, Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan (PPNP) dan TPI, wisata bahari PPNP, obyek wisata pantai Pasir Kencana, koridor Pantai Sari, dan Pekalongan Mangrove Park. Namun dikarenakan pengelolaannya yang kurang optimal oleh pemerintah dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam memelihara kualitas lingkungan, obyek-obyek yang berdampingan tersebut tidak dapat terintegrasi dengan baik sebagai satu kawasan wisata yang saling mendukung. Hal ini menyebabkan kawasan wisata potensial ini tidak dapat berkembang secara optimal dan menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan wisata pesisir yang berkelanjutan.
PENGARUH PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KINERJA JALAN di PEREMPATAN JALAN WOLTER MONGINSIDI Widya Ineuke Citra Pramesti; Wahjoerini Wahjoerini
Indonesian Journal of Spatial Planning Vol 3, No 2 (2022): VOLUME 3 NOMOR 2 OKTOBER 2022
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/ijsp.v3i2.5359

Abstract

Perempatan Jl. Wolter Monginsidi merupakan jalan kolektor sekunder yang terletak di wilayah Kelurahan Pedurungan Tengah. Masalah yang terjadi terkait kemacetan yang terjadi pada waktu prime time (pagi 06.30-07.30) dan (sore 16.30-17.30), hilangnya bahu jalan, serta adanya parkir liar dibeberapa sarana perdagangan dan jasa.Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan lahan terhadap kinerja jalan di perempatan Jalan Wolter Monginsidi. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dan menggunakan analisis regresi linear. Dilihat dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011-2031, sarana perempatan Jalan Wolter Monginsidi tidak salah dan sudah sesuai. Pada jam puncak pagi dan sore, tingkat pelayanan jalan termasuk kategori B (stabil), jam non puncak siang kategori A (bebas). Besar pengaruh penggunaan lahan 0,473, dalam artian arah pengaruh variabel X terhadap Y akan bertambah dan tidak berkurang pengaruhnya meskipun hanya 1%. Dalam pembangunan tata guna lahan atau pemanfaatan ruang daerah/ perkotaan, pemerintah perlu memperhatikan daya dukung lingkungannya. Perencanaan mendatang bisa menerapkan vertical building yang dimana tidak memakan banyak lahan. Pembatasan penggunaan jalan dari pemerintah dimana kolektor sekunder seharusnya menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau sekunder kedua dengan sekunder ketiga, tetapi perempatan Jalan Wolter Monginsidi ini seakan penggunaannya seperti jalan nasional.
PENGARUH KEBERADAAN PT HWASEUNG INDONESIA TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA BANYUPUTIH KECAMATAN KALINYAMATAN KABUPATEN JEPARA Muhammad Nazilur Rohim; Wahjoerini Wahjoerini
Indonesian Journal of Spatial Planning Vol 4, No 2 (2023): VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2023
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/ijsp.v4i2.6703

Abstract

Pembangunan industri akan selalu disertai dengan berbagai macam perubahan dalam kehidupan masyarakat. Salah satuaspek yang terkena imbas dari adanya industri yaitu ekonomi. Jepara yang terkenal dengan kota ukir beberapa tahun terdapatberbagai macam industri. Sejak tahun 2014 Kabupaten Jepara banyak dibangun industri berskala besar yaitu industri garmendan industri manufaktur. Salah satu desa yang terdapat industri besar yaitu Desa Banyuputih, Kecamatan KalinyamatanKabpaten Jepara. Desa Banyuputih setelah adanya industri PT Hwaseung Indonesia menjadi salah satu pusat ekonomiwilayah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh keberadaan PT Hwaseung Indonesia terhadapkondisi ekonomi masyarakat Desa Banyuputih terutama pada pendapatan dan kepemilkan aset. Penelitian ini menggunakanpendekatan kuantitatif serta metode analisis deskriptif dan analisis regresi linier. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukanterdapat pengaruh yang diakibatkan industri terhadap pendapatan dan kepemilikan aset. Pengaruh terhadap pendapatansebesar 75,1% yaitu masyarakat mengalami peningkatan yang didapatkan dari perubahan mata pencaharian, munculnyausaha sebagai fasilitas pendukung industri. Sementara pada kepemilikan aset pengaruhnya sebesar 71,2% dapat dilihat dariperubahan rumah masyarakat dari yang semula semi permanen menjadi permanen, dahulu lantai satu sekarang menjadilantai dua.