Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

PENGAYAAN LOGAM BERAT Mn, Co, DAN Cr PADA LATERIT NIKEL DI KABUPATEN KONAWE UTARA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA Irzon, Ronaldo
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 12, No 2 (2017): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Buletin Sumber Daya Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3779.3 KB)

Abstract

Proses pelapukan lebih mudah terjadi pada wilayah beriklim tropis seperti di Indonesia dan meredistribusi kandungan kimia batuan induk. Hasil proses pelapukan batuan ultramafik banyak teridentifikasi di Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Proses pengayaan logam-logam berat pada horizon pelapukan di wilayah Konawe Utara merupakan tujuan penelitian ini. Perangkat XRF dan ICP-MS milik Laboratorium Geologi – Pusat Survei Geologi dimanfaatkan dalam pengukuran kadar oksida utama, unsur jarang, dan unsur tanah jarang pada setiap horizon pelapukan dari tiga profil: Andowia, Wawolimbue, dan Marombo. Horizon saprolit di Marombo dianggap layak untuk dijadikan pengganti horizon saprolit di Wawolimbue, karena berasal dari lokasi yang tidak jauh dan sebagai hasil dari pelapukan batuan ultramafik. Dapat disimpulkan bahwa logam berat: Mn, Co dan Cr terkayakan pada horizon laterit relatif terhadap dua horizon pelapukan lainnya, sedangkan Ni tertahan pada transitional bedrock. Pada sisi lain, Mg, Si, dan Ca cenderung mengalami pengurangan bertahap berbanding lurus dengan proses pelapukan. Profil Wawolimbue dan Marombo sangat mungkin berasal dari batuan induk yang sama dan dipertegas oleh diagram laba-laba unsur tanah jarang. Perbedaan pola diagram unsur tanah jarang berikut derajat anomali Eu menegaskan kesimpulan bahwa profil Andowia berasal dari batuan induk berbeda terhadap profil Wawolimbue-Marombo. Unsur tanah jarang paling terkayakan pada horizon laterit dengan anomali Ce negatif terkait terbentuknya fraksi lempungan dan oksidasi spontan Ce3+ menjadi Ce4+ saat pelapukan.
LIMBAH PENCUCIAN BAUKSIT SEBAGAI SUMBER UNSUR TANAH JARANG POTENSIAL; STUDI KASUS PULAU SELAYAR, PROVINSI KEPULAUAN RIAU Irzon, Ronaldo
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 13, No 1 (2018): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Buletin Sumber Daya Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (736.608 KB)

Abstract

Bauksit dihasilkan dari proses pelapukan batuan kaya mineral alkali, telah mulai dieksploitasi di Pulau Selayar, wilayah Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau yang menjadi lokasi penelitian ini. Sumber daya aluminium di daerah ini tergolong ke dalam kelompok laterit-bauksit, karena terbentuk akibat proses pelapukan dan belum pernah ditemukan keterdapatan karst. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar dan karakter unsur tanah jarang pada beberapa jenis conto dari lokasi tambang bauksit di Sembuang, Pulau Selayar. Selain itu, juga bertujuan untuk mengetahui jenis mineral dan jenis bijih bauksit. Perangkat analisis pada studi ini adalah ICP-MS, XRF, dan XRD dari Laoratorium Geologi – Pusat Survei Geologi yang secara berturut-turut dimanfaatkan untuk mengetahui kelimpahan unsur tanah jarang, kadar oksida utama, dan jenis mineral lempung pada contoh. Gibsit terdeteksi sebagai mineral alumina utama dan menjadi petunjuk bahwa proses bauksitisasi berlangsung pada kondisi tropis. Walaupun batuan yang berada di stockpile dapat dikategorikan sebagai bauksit, namun belum memiliki kadar alumina ekonomis. Meski terindikasi lebih tinggi dari pada lima conto lainnya, kadar UTJ pada bauksit hasil pencucian berada dalam tingkat menengah. Namun, karakteristik konsentrasi Cerium (Ce) yang tinggi, sebagai bahan buangan di atas permukaan, dengan tekstur yang lunak, dan luas bidang permukaan yang besar dapat dijadikan pijakan bahwa sisa pencucian layak diproses dalam pemurnian unsur Cerium menjadi material ekonomis. Berdasarkan data anomali positif unsur Ce, hampir seluruh conto telah mengalami proses oksidasi. Komposisi plagioklas terhadap mineral lain pada conto bauksit di stockpile, sangat mungkin telah menurun kibat proses pencucian dan penyaringan berdasarkan pada anomali negatif unsur Europium (Eu), sedangkan conto lain justru menunjukkan anomali positif.
Genesis Granit Muncung dari Pulau Lingga Berdasarkan Data Geokimia dan Mikroskopis Irzon, Ronaldo
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol 16, No 3 (2015): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.759 KB)

Abstract

Granit Muncung dan Granit Tanjungbuku merupakan dua satuan granitoid yang terdapat di Pulau Singkep. Sebelumnya telah diketahui bahwa Granit Muncung merupakan tipe-S dan sebagai bagian dari 'Main Range Granite Province' di Asia Tenggara. Penelitian terkini menyebutkan bahwa Granit Muncung dapat dikelompokkan dalam dua fasies berdasarkan kandungan geokimia. Penelitian ini mengulas lebih lanjut mengenai Granit Muncung yang terdapat di Pulau Singkep melalui data geokimia dan mikroskopis. Dengan memanfaatkan genesa yang lebih terperinci dan up to date, hipotesis Granit Muncung sebagai tipe-S turut diperkuat melalui makalah ini. Karakter contoh terpilih sebagai granitoid yang cenderung ferroan menunjukkan kelimpahan Fe yang lebih besar relatif terhadap Mg. Penambahan K dan Na, maupun pengurangan Ca selama diferensiasi diduga berhubungan dengan sifat alkali-calcic pada batuan granitik ini. Data mikroskopis, diagram ANK vs A/CNK maupun penghitungan ASI menunjukkan sifat peralumina kuat dari contoh ini.Kata kunci - geokimia, Granit Muncung, tipe-S, Pulau Singkep, peralumina
OPTIMASI TEKNIK FIRE ASSAY DAN KONDISI KUPELASI UNTUK MEMPEROLEH KOMPOSISI FLUKS TERBAIK PADA ANALISIS KADAR EMAS Irzon, Ronaldo; Kurnia, Kurnia
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol 15, No 1 (2014): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.746 KB)

Abstract

Pencarian terhadap emas tidak ada habisnya, bahkan sejak 4000 SM bahan ini sudah digolongkan sebagai logam mulia. Karena keberadaan emas di alam berada dalam keadaan heterogen dengan konsentrasi rendah, maka dibutuhkan teknik prakonsentrasi agar analisis kandungannya menjadi lebih tepat. Fire assay merupakan pilihan prakonsentrasi yang telah dikenal pada era Mesir maupun Romawi kuno. Teknik ini memang membutuhkan energi besar dan bahan campuran yang banyak walau ketepatan nilai analisisnya terbukti sangat baik. Optimasi metoda lead fire assay yang dipadukan dengan perangkat AAS pada pemeriksaan kadar emas terhadap contoh jenis pasir hitam telah dilakukan. Penelitian ini mendapatkan komposisi fluks terbaik menilik kepada jenis contoh tersebut untuk menghasilkan lead button tertinggi. Hasilnya menunjukkan bahwa reaksi fusi campuran fluks tercapai pada temperatur 1000 °C dengan pemanasan selama 60 menit. Optimasi energi dalam penjagaan kondisi furnace pada tahap kupelasi juga telah didapat dengan tingkat recovery mencapai 89,5%.Kata kunci: emas, pasir hitam, fire assay, fluks, kupelasi
KONDISI TEMPERATUR, WAKTU, DAN ph REAKSI UNTUK MENGOPTIMASI PROSEDUR STANDAR ANALISA PLATINUM DENGAN EKSTRAKSI ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY Irzon, Ronaldo; Kurnia, Kurnia
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol 14, No 4 (2013): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.591 KB)

Abstract

Atomic Absorption Spectrometry (AAS) merupakan salah satu perangkat yang familiar dalam pengujian kadar kimia karena memilik kapabilitas tinggi dengan konsumsi waktu, biaya, dan tenaga yang tidak besar untuk mendapat presisi uji yang cukup baik. Penelitian mengenai optimasi perangkat ini telah banyak dilakukan. Pusat Survei Geologi turut melakukan studi terhadap perangkat ini untuk pengujian logam mulia, salah satunya adalah Platinum (Pt) terhadap contoh geologi. Percobaan ekstraksi Pt menggunakan kelat Amonium Pirolidin Carbamat dan pelarut Metil Isobutil Keton sesuai skema literatur memberikan recovery 14 - 20% yang berarti proses belum baik secara kuantitatif. Tulisan ini mengurai standar prosedur yang sudah ada dan meneliti pengaruh variabel termperatur, waktu, dan pH ekstraksi Pt pada beberapa konsentrasi standar sebelum diperiksakan kandungannya menggunakan AAS. Hasil percobaan menasbihkan bahwa temperatur ekstraksi terbaik adalah pada keadaan kamar, dengan lama reaksi 60 menit antara ion Pt dan APDC. Disimpulkan bahwa kondisi pH 2,0 merupakan tingkat keasaman terbaik. Proses ekstraksi hasil penelitian ini cocok pada Pt dalam matrik yang tidak banyak mengandung logam lainnya seperti dalam air atau pada katalis. Pengukuran dalam matrik berkondisi sebaliknya, seperti pada Saprolit masih memerlukan penelitian lebih lanjut terkait selektifitas APDC terhadap logam berat lain. Prosedur standar ini dapat dikembangkan agar lebih tangguh untuk diterapkan pada laboratorium manapun dan diajukan sebagai standar pengujian Pt di IndonesiaKata Kunci: Platinum, AAS, standar, ekstraksi, kondisi reaksi.
Geokimia Batugamping Formasi Gumai dan Formasi Baturaja di Wilayah Muaradua, Ogan Komring Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan Irzon, Ronaldo; Maryanto, Sigit
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol 17, No 3 (2016): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Formasi Gumai dan Formasi Baturaja merupakan dua dari beberapa satuan batuan yang terdiri dari batugamping di daerah Muaradua, Ogan Komring Ulu, Provinsi Sumatera Selatan. Komposisi geokimia merupakan sisi yang dibahas dalam penelitian ini pada kelompok batugamping dari Formasi Gumai dan Formasi Baturaja. Kadar oksida utama pada contoh diketahui menggunakan perangkat XRF, sedangkan unsur jarang dan unsur tanah jarang dengan ICP-MS. Bivariate plots, koefisien determinasi, dan pearson correlation coefficient dimanfaatkan untuk membedakan batugamping dari kedua unit batuan ini. Rataan unsur tanah jarang pada batugamping Formasi Baturaja (89,79 ppm) jauh lebih tinggi dari contoh yang sama dari Formasi Gumai (33,63 ppm). Melalui studi ini dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok batugamping memiliki proses pembentukan berbeda. Formasi Baturaja lebih banyak dipengaruhi oleh bahan klastik dengan mengacu pada komposisi Al2O3, Fe2O3T, dan Er/Nd. Kondisi lingkungan lebih oksidatif pada batugamping Formasi Baturaja dikonfirmasi oleh anomali Ce. Pengaruh material terrigenous pada Formasi Baturaja dan Formasi Gumai dapat disimpulkan melalui perbandingan Y/Ho.
KANDUNGAN RARE EARTH ELEMENTS DALAM TAILING TAMBANG TIMAH DI PULAU SINGKEP Irzon, Ronaldo; Sendjadja, Purnama; Kurnia, Kurnia; Imtihanah, Imtihanah; Soebandrio, Joko
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol 15, No 3 (2014): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6680.917 KB)

Abstract

Wilayah yang berada pada jalur timah seperti Pulau Bangka, Pulau Belitung, dan Pulau Singkep sangat berpotensi mengandung REE. Kehidupan ekonomi Pulau Singkep dan sekitarnya pernah tergairahkan dengan adanya kegiatan pertambangan timah di sana. Akibat restrukturisasi PT Timah dan beberapa faktor lain, kegiatan pertambangan timah di Pulau Singkep ditutup dan meninggalkan banyak lokasi bahan sisa (tailing) maupun 'kolong' sebagai sisa kegiatan eksploitasi. Potensi yang belum terperhatikan mengenai sisa bahan sisa (tailing) tersebut adalah kandungan REE-ya. Ternyata, kadar REE pada konsentrat bahan sisa (tailing) sangat berlimpah (hingga 5800 ppm) dan pada bahan sisa (tailing) itu sendiri pun cukup tinggi (123-368 ppm). Studi serupa dapat diterapkan pada wilayah lain dengan keterdapatan bahan sisa (tailing) dan jenis tambang berbeda.Kata kunci: tailing, konsentrat, REE, tambang timah, Pulau Singkep
Kandungan Rare Earth Elements pada Granitoid Merah Muda dari Daerah Lagoi dan Perbandingan dengan Granitoid Sejenis Lain Irzon, Ronaldo; Z. Abidin, Hamdan; Baharuddin, Baharuddin; Sendjadja, Purnama; Kurnia, Kurnia
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol 18, No 3 (2017): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.783 KB)

Abstract

Intrusi granitoid berumur Trias di Pulau Bintan termasuk dalam kelompok The Main Range Granite Province of South East Asia. Satuan granitoid tersebut tersebar hingga melebihi 30% dari seluruh satuan batuan di Pulau Bintan. Secara megaskopik, beberapa warna granotoid yang berbeda dijumpai di daerah ini. Kawasan Lagoi, yang berada di pantai utara Bintan, memiliki granitoid dengan ciri spesifik yakni berwarna merah muda (pinkish). Kandungan unsur tanah jarang dalam pinkish granitoid ini cukup tinggi, berkisar antara 170 – 1.015 ppm dengan rata-rata 295 ppm. Nilai unsur tanah jarang ini diplot dalam Spider Diagram untuk dibandingkan dengan intrusi granitoid berwarna sama di daerah lain. Di samping itu, nilai unsur tanah jarang di sini dapat menjadi data nasional. Anomali Eu negatif terdeteksi dalam contoh pinkish granitoid yang menunjukkan bahwa fraksinasi mineral plagioklas terjadi dalam batuan.Kata Kunci: geokimia, Lagoi, pinkish granitoid, unsur tanah jarang.
Komposisi Kimia Pasir Pantai di Selatan Kulon Progo dan Implikasi terhadap Provenance Irzon, Ronaldo
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol 19, No 1 (2018): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.811 KB)

Abstract

Abstrak - Coastal sediment geochemical characters can be utilized in tracing the source material and linkage with other rock units in a region. This study is intended to determine the geochemistry composition of the beach sands in four location on the south coast of Kulon Progo, Yogyakarta Special Province. The geochemical content was than used to characterize the coastal sediments, establish the relationship of the sample, and trace the source material. Geochemistry content of surface sample in comparison to subsurface sample on three selected locations are discussed. XRF and ICP-MS were used to measure the major oxides, trace and rare earth elements composition of the selected samples. The beach sands of these four locations is inferred derived from the same source based on bivariate plots of major oxides versus SiO2, degrees of elements coefficient correlation, and the trends on REE spider diagram. Rb, Sr, Zr, U, dan Th are more concentrated in the surface samples whilst magnetic materials in the subsurface ones. The selected coastal sediments are chemically immature and formed under arid condition. Source material is considered relatively fresh and ranges from mafic to felsic character. The Andesite intrusion around Ijo Mountain is thought to be more appropriate as a source material based on that character compared to other rock units as well as the results of Mount Merapi activities reinforced by chemical index of alteration calculations, oxide ratios and rare earth composition.Keyword : beach sands, the Andesite, geochemistry, provenance.
Comagmatic Andesite and Dacite in Mount Ijo, Kulonprogo: A Geochemistry Perspective Irzon, Ronaldo
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol 19, No 4 (2018): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.861 KB)

Abstract

Mount Ijo is a Tertiarry vocano located in Kulonprogo, Yogyakarta Province. Andesite and dacite are the two volcanic rock units in Mount Ijo and around Kulonprogo. Dacite intruded andesite unit in Middle Miocene period. The two volcanic rock units are tried to be correlated based on geochemistry perspective. XRF were applied on major oxides measurements of selected eight samples while ICP-MS on trace and rare earth elements. Major oxides data of volcanic rocks arround Kulonprogo from previous studies are selected for additional data.The studied rocks are classified as basalt, basaltic andesite, andesite, and dacite based on their geochemistry contents. The studied samples show high degree of correlation in the Harker's Diagrams. Olivine and pyroxene fractionation together with ilmenite oxidation are most probably took place along magma differentiation. Alike patterns were also shown both in extended REE and REE spider diagrams. The comagmatic andesite and dacite is evidenced more by constant Rb/Sr ratio escalation through differentiation.Keyword: andesite, dacite, geochemistry, magma differentiation, Kulonprogo