Abdul Rauf Haris
Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Wadi Mubarak Bogor

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Izzatuna: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir

Konsep Al-Fann At-Tasykīlī dalam Al-Qur’an Abdul Rauf Haris; Muhammad Gemilang Muttaqien
Izzatuna: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 3 No. 1 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Wadi Mubarak Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62109/ijiat.v3i1.5

Abstract

Pembahasan tentang seni dalam kacamata Islam adalah salah satu topik yang kontroversial belakangan ini, terutama dalam bidang seni rupa yang pembahasannya berputar pada hukum patung, gambar dan fotografi masih menjadi perdebatan di antara para ulama. Sebagian membolehkan hal tersebut apabila terpenuhi syaratnya, sebagian ada yang membolehkan secara mutlak, dan sebagian lain ada yang mengharamkan secara mutlak. Salah satu ayat Al-Qur’an yang dijadikan sumber pengambilan hukum tentang seni rupa adalah ayat ke-13 dari surat Saba’. Peneliti menggunakan library research dalam metode pengambilan sumber dari penelitian ini dan menggunakan metode tematik tokoh dalam kegiatan penelitiannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, (1) Ash-Shabuni menafsirkan QS. Saba’ : 13 dengan menafsirkannya secara umum dan beristinbat hukum dari ayat tersebut. (2) Hukum yang diistinbat Ash-Shabuni pada ayat ini adalah hukum membuat gambar, patung, dan foto; hukum iqtinā’ (memiliki) patung, gambar dan foto; Hukum Intifā’ (mengambil manfaat) dari gambar, patung dan foto. (3) dalam istinbatnya Ash-Shabuni berargumen dengan membedakan syariat hukum pada syariat Nabi Sulaiman dengan hukum pada syariat Nabi Muhammad, Sehingga Ash-Shabuni tidak menganggap bahwa hukum patung pada syariat Nabi Sulaiman sama dengan hukum pada syariat Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam; kemudian dengan hadis-hadis yang menunjukkan hukum dari patung, gambar dan foto.
Kajian Tafsir Tahlili pada Surat Al-Furqan Abdul Rauf Haris; Habibi Habibi
Izzatuna: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 1 No. 1 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Wadi Mubarak Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62109/ijiat.v1i1.10

Abstract

Allah Ta’ala has sent down His blessed book so that people who believe in it to pay attention or sprinkle His verses. As for the background of writing this thesis, it starts from the verse of Allah which uses livestock to liken the polytheists. human beings who in fact have intellect and position on earth are likened to livestock, the Qur’an with its beautiful arrangement of words full of wisdom of course there is a lesson in the parable. Therefore, the formulation of the problem in this study is what is the wisdom in the parable. This type of research is in the form of a library, so the data source data is in the form of library material based on primary and secondary sources. The method used is the method of tahlili which in this study describes the content of the verses studied such as reasonable letter by letter, reasonable verse by verse, vocabulary meaning, asbab an-nuzul and interpretation according to the scholars of tafsir. From the research that has been done can be obtained a conclusion that the wisdom in the parable of livestock with the polytheists is to give a lesson to humans how important it is to always keep lust so as not to exceed the limits that make the perpetrator can not receive the light of truth and be grateful for the blessings of guidance in Islam. using the hearing and intellect that Allah Ta'ala has bestowed in order to understand the verses of the Qur'an. Abstrak Allah Ta’ala telah menurunkan kitabnya yang berkah supaya manusia yang meyakininya untuk memperhatikan ataupun mentadaburi ayat-ayat-Nya. Adapun latar belakang penulisan skripsi ini berawal dari ayat Allah yang menggunaka hewan ternak untuk mengumpamakan orang-orang musyrik. manusia yang pada hakikatnya mempunyai akal dan kedudukan di muka bumi diserupakan dengan hewan ternak, Al-Qur’an dengan susunan lafaznya yang indah penuh hikmah tentu terdapat pelajaran didalam perumpamaan tersebut. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini apa hikmah dalam perumpamaan tersebut. Jenis penelitian ini berbentuk kepustakaan, maka data sumber datanya ialah berupa bahan pustaka berdasarkan sumber primer dan sekunder. Metode yang digunakan adalah metode tahlili dimana dalam penelitian ini menguraikan kandungan dari ayat yang dikaji seperti munasabah surat dengan surat, munasabah ayat dengan ayat, pengertian kosakata, asbab an-nuzul dan penafsiran menurut para ulama tafsir. Penelitian mendapat sebuah kesimpulan bahwa hikmah dalam perumpamaan hewan ternak dengan orang musyrik ialah memberikan pelajaran kepada manusia betapa pentingnya senantiasa menjaga hawa nafsu agar tidak melampaui batas yang menjadikan pelakunya tidak bisa menerima cahaya kebenaran dan mensyukuri nikmat hidayah dalam agama islam dengan cara menggunakan pendengaran dan akal yang Allah Ta’ala anugrahkan guna memahami ayat-ayat Al-Qur’an.
Studi Analisis Rasa Takut dalam Al-Qur’an Abdul Rauf Haris; Dilah Nurfadhilah Safitri
Izzatuna: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 3 No. 2 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Wadi Mubarak Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62109/ijiat.v3i2.26

Abstract

Rasa takut merupakan amalan hati yang mampu mengendalikan seseorang dalam mengambil langkah yang diperlukan untuk menghindari suatu bahaya, rasa ini memiliki peran penting dalam Islam, karenanya merupakan salah satu syarat keimanan seseorang kepada Allah. Kadar rasa takut yang dimiliki seseorang itu berbeda-beda, jika rasa takut itu tidak dikelola dengan baik maka akan menjerumuskan pemiliknya ke dalam suatu bencana. Namun tak jarang dari masyarakat yang salah menempatkan rasa takut dikarenakan kurangnya pemahaman dan pengertahuan, jika rasa takut itu dapat dikelola dengan baik, maka pemiliknya akan dapat merasakan begitu banyak manfaat dari rasa takut tersebut, diantaranya mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dari latar belakang masalah tersebut, ditemukanlah rumusan masalah yang membahas tentang konsep rasa takut dalam Al-Qur’an: klasifikasi, manfaat, dan dampak bagi yang kekurangan rasa takut. Metode dalam penelitian ini menggunakan library research. Sebagai kesimpulannya, klasifikasi rasa takut yaitu terbagi tiga, yang pertama khauf yang bersifat naluri, yang kedua khauf yang bersifat terpuji, dan yang ketiga khauf yang bersifat maksiat. Manfaat rasa takut diantaranya; mendapat kebahagaiaan didunia dan diakhirat, ditambahkan keimanannya, mengarahkan kepada perbuatan baik, sebab untuk menuju ke surga-Nya Allah, mendapatkan keamanan dihari kiamat, sebab terkabulnya do’a. Dampak bagi yang kekurangan rasa takut; mudah melakukan kemaksiatan, didunia tidak merasakan ketenangan, mendapat kehinaan didunia dan diakhirat, mengembara di bumi dalam keadaan bingung, mendapatkan adzab yang sangat pedih, dan mendapatkan hinaan dan siksaan.
Menilik Bentuk Qasam dalam Al-Qur’an Dina Safira; Abdul Rauf Haris
Izzatuna: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 4 No. 1 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Wadi Mubarak Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62109/ijiat.v4i1.36

Abstract

One of the rights of the Qur'an that must be fulfilled is to recite its verses with taddabur, so that the reader can take the wisdom and lessons that Allah has given.The interpretations that are often found today rarely focus on discussing the verses about qasam. Qasam is one of the ways Allah emphasizes about something in the Qur'an.Verses which contain affirmation about something in the Quran should be studied more deeply and carefully so that the meaning contained inside of the verses are not missed. This article discusses about the purpose and wisdom of the Qasam verses in the Qur'an.The author will describe how many forms of Qasam are there in the Qur'an and each of its sections.The first purpose of the Qasam verses is to emphasize an event that will definitely happen.The second purpose of the Qasam verses is to glorify whatever is being swore upon. within kauniyyah verses. The purpose of this is to make readers realize how mighty Allah is. The second form of the Qasam is divided into three sections, the first is the fi'il qasam (a verb for swearing), the second is muqsam bihi (to glorify whatever is being swore upon), and the third is muqsam 'alaih (to emphasize an event that will definitely happen). The third form of the Qasam is divided into 2 groups based on how clear the Qasam is. The first is Qasam dzhohir (that is able to be seen) and the second is qasam mudhmar (that is hidden).