Abdul Rauf Haris
Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Wadi Mubarak Bogor

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pengembangan manajemen peserta didik program tahfizh Endin Mujahidin; Abdul Rauf Haris; Didin Hafidhuddin
TA`DIBUNA Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : LPPM Universitas Ibn Khaldun, Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (457.069 KB) | DOI: 10.32832/tadibuna.v9i1.2699

Abstract

This study analyzes the application of student management in the Wadi Mubarak tahfizh program and seeks to find its development. The study uses a descriptive qualitative type approach by providing a narrative description of the management of students conducted in the Al Quran tahfizh program of the Ushuluddin College of Science (STIU) Wadi Mubarak. Research data is presented in verbal form and analyzed without using statistical techniques. The research concludes, first, the importance of time management to regulate the implementation of various activities within the scope of the students' management. Second, in developing discipline, it is necessary to apply the principle of conflict management in Islam, which is oriented to improvement rather than punishment, involving a team that is good at keeping secrets and making tabayun as part of the handling procedures. Third, the importance of building the involvement of parents or guardians in the coaching discipline. Fourth, the need to adjust the recording format with learning targets. Fifth, the importance of formulating an alumni empowerment system, and sixth, the importance of maximizing guidance and counseling services to care for and foster a spirit of learning. AbstrakPenelitian ini menganalisa penerapan manajemen peserta didik pada program tahfizh Wadi Mubarak dan berupaya menemukan pengembangannya. Penelitian menggunakan pendekatan kualitiatif jenis deskriptif dengan cara memberikan gambaran naratif tentang manajemen peserta didik yang dilakukan pada program tahfizh al Quran Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin (STIU) Wadi Mubarak. Data penelitian disajikan dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa menggunakan teknik statistik. Penelitian mengambil simpulan, pertama, pentingnya manajemen waktu untuk mengatur penyelenggaraan berbagai kegiatan kegiatan dalam 7 lingkup manajemen peserta didik. Kedua, dalam pembinaan disiplin perlu diterapkan prinsip manajemen konflik dalam Islam yaitu berorientasi pada perbaikan bukan hukuman, melibatkan tim yang pandai menjaga rahasia dan menjadikan tabayun sebagai bagian dari prosedur penanganan. Ketiga, pentingnya membangun keterlibatan orang tua atau wali dalam pembinaan disiplin. Keempat, perlunya menyesuaikan format pencatatan dengan target-target belajar. Kelima, pentingnya merumuskan sistem pemberdayaan alumni, dan keenam, pentingnya memaksimalkan layanan bimbingan dan konseling dalam rangka merawat dan memupuk semangat belajar.
Analisis buku teks Antropologi Kontekstual karangan Supriyanto dalam perspektif Islamic worldview Endin Mujahidin; Abdul Rauf Haris
TA`DIBUNA Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : LPPM Universitas Ibn Khaldun, Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.009 KB) | DOI: 10.32832/tadibuna.v8i1.1877

Abstract

Artikel ini bertujuan membedah buku teks Antropologi Kontekstual dan menganalisisnya berdasarkan sudut pandang Islamic worldview. Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi pustaka (library research) dengan objek pustaka yang dikaji adalah buku teks pelajaran Antropologi Kontekstual yang disusun oleh Supriyanto, tahun 2009, dikeluarkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Kajian Islamic Worldview pada buku teks antropologi SMA menemukan bahwa buku teks tersebut mengandung nilai dan doktrin yang perlu diwaspadai karena mengandung pengetahuan (knowledge) yang bertentangan dengan bangunan worldview Islam. Buku teks ini mengandung unsur worldview yang mengandung muatan sekular. Muatan sekular ini diwakili oleh teori-teori antropologi yang dipaparkan dalam buku teks, yang berparadigma evolusionistis. Muatan buku teks antropologi meski tidak dapat dikatakan bertolak belakang dengan tujuan nasional, namun masih dinilai kurang menguatkan fungsinya sebagai media pengembangan pengetahuan sekaligus peningkatan iman dan taqwa peserta didik.
Tafsir Tematik Term Ma’shiyah Dan Mushibah Dalam Al-Qur’an Abdul Rauf Haris; Yazka Muhammad Cholis
ZAD Al-Mufassirin Vol. 4 No. 1 (2022): ZAD Al-Mufassirin June 2022
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (STIQ) ZAD Cianjur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55759/zam.v4i1.28

Abstract

The debate about the relationship between immorality and disaster is important and relevant to be studied, especially during a pandemic. This study aims to describe the relationship between the terms, mushibah and ma’shiyah, from the perspective of the Qur'an by collecting and examining verses containing both terms to understand the logical construction in the Qur'an about the relationship between the two. The research method used is the thematic interpretation of terms. There are 10 verses that contain the term mushibah. There is no verse that simultaneously contains both terms. However, it was found an explanation that one of the causes of the descent of disaster was the human violation of the rules of Allah subhanahu wa ta'ala. This violation itself is a general definition of the term ma'shiyah. The research concludes that there is a causal relationship between the two terms. Based on the perspective of the Qur'an, disaster can come down due to actions that violate Allah's laws or immoral acts. Based on this conclusion, disaster management, in addition to handling physical and material impacts, should be able to encourage each victim to reflect on and get closer to the Creator.
Lembaga tahfizh Al-Qur’an dalam sejarah pendidikan Islam Muhammad Jakfar; Abdul Rauf Haris; Fahmi Zulfikar
Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Vol 14, No 1 (2020)
Publisher : LPPM Universitas Ibn Khaldun, Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/jpls.v14i1.3320

Abstract

This paper studies a number of questions about the Quran recitation, including the background that encouraged the birth of the Quran recitation activities in the history of Islamic education, since when it emerged and how the history of the development of educational institutions. The research was conducted by library research method by reading a number of historical books on the development of Islamic education during the time of Rasulullahah PBUH until the current development. From the results of the study it was concluded that first, the emergence of the activities of the Tahfizh al Quran was motivated by oral traditions which were more dominant in the Arabs during the time of the Prophet's preaching. Thus, the revelations that came down and were taught by the Prophet were memorized more. Secondly, the memorizing of al Quran appears with the start of the Islamic preaching by the Messenger of Allah. Under the direct guidance of the Messenger, the Companions who were dominated by ahlush shuffah memorized the Quran and make their readings. In further developments, as a special educational material, the tahfizh al Quran grew even more when the function of the mosque as a community education institution was greater and with the emergence of kuttab during the Umayyad era. Third, the tahfizh al Quran has become a scientific tradition that continues to exist even though its institutional form has evolved from the form of mosque schools, kuttab, palace schools, madrasas to universities. AbstrakArtikel ini meneliti beberapa pertanyaan tentang tahfizh al Quran mencakup latar belakang yang mendorong lahirnya kegiatan tahfizh al Quran dalam sejarah pendidikan Islam, sejak kapan muncul dan bagaimana sejarah perkembangan lembaga pendidikannya. Penelitian dilakukan dengan metode riset kepustakaan dengan membaca beberapa buku sejarah perkembangan pendidikan Islam pada masa Rasulullaah saw hingga perkembangan saat ini. Dari hasil kajian disimpulkan bahwa pertama, munculnya kegiatan tahfizh al Quran dilatarbelakangi tradisi lisan yang lebih dominan pada bangsa Arab pada masa dakwah Rasulullah. Sehingga, wahyu yang turun dan diajarkan oleh Rasulullah lebih banyak dihafal. Kedua, tahfizh al Quran muncul seiring dimulainya dakwah Islam oleh Rasulullah. Di bawah bimbingan langsung Rasulullah, para shahabat yang didominasi ahlush shuffah menghafal al Quran dan memperdengarkan bacaannya. Dalam perkembangan selanjutnya, sebagai materi pendidikan khusus, tahfizh al Quran semakin berkembang ketika fungsi masjid sebagai lembaga pendidikan masyarakat semakin besar dan seiring munculnya kuttab pada masa Umayyah. Ketiga, tahfidz al Quran menjadi tradisi keilmuan yang tetap ada meskipun bentuk kelembagaannya mengalami perkembangan dari mulai bentuk sekolah masjid, kuttab, sekolah istana, madrasah hinga perguruan tinggi.
Konsep Al-Fann At-Tasykīlī dalam Al-Qur’an Abdul Rauf Haris; Muhammad Gemilang Muttaqien
Izzatuna: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 3 No. 1 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Wadi Mubarak Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62109/ijiat.v3i1.5

Abstract

Pembahasan tentang seni dalam kacamata Islam adalah salah satu topik yang kontroversial belakangan ini, terutama dalam bidang seni rupa yang pembahasannya berputar pada hukum patung, gambar dan fotografi masih menjadi perdebatan di antara para ulama. Sebagian membolehkan hal tersebut apabila terpenuhi syaratnya, sebagian ada yang membolehkan secara mutlak, dan sebagian lain ada yang mengharamkan secara mutlak. Salah satu ayat Al-Qur’an yang dijadikan sumber pengambilan hukum tentang seni rupa adalah ayat ke-13 dari surat Saba’. Peneliti menggunakan library research dalam metode pengambilan sumber dari penelitian ini dan menggunakan metode tematik tokoh dalam kegiatan penelitiannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, (1) Ash-Shabuni menafsirkan QS. Saba’ : 13 dengan menafsirkannya secara umum dan beristinbat hukum dari ayat tersebut. (2) Hukum yang diistinbat Ash-Shabuni pada ayat ini adalah hukum membuat gambar, patung, dan foto; hukum iqtinā’ (memiliki) patung, gambar dan foto; Hukum Intifā’ (mengambil manfaat) dari gambar, patung dan foto. (3) dalam istinbatnya Ash-Shabuni berargumen dengan membedakan syariat hukum pada syariat Nabi Sulaiman dengan hukum pada syariat Nabi Muhammad, Sehingga Ash-Shabuni tidak menganggap bahwa hukum patung pada syariat Nabi Sulaiman sama dengan hukum pada syariat Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam; kemudian dengan hadis-hadis yang menunjukkan hukum dari patung, gambar dan foto.
Kajian Tafsir Tahlili pada Surat Al-Furqan Abdul Rauf Haris; Habibi Habibi
Izzatuna: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 1 No. 1 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Wadi Mubarak Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62109/ijiat.v1i1.10

Abstract

Allah Ta’ala has sent down His blessed book so that people who believe in it to pay attention or sprinkle His verses. As for the background of writing this thesis, it starts from the verse of Allah which uses livestock to liken the polytheists. human beings who in fact have intellect and position on earth are likened to livestock, the Qur’an with its beautiful arrangement of words full of wisdom of course there is a lesson in the parable. Therefore, the formulation of the problem in this study is what is the wisdom in the parable. This type of research is in the form of a library, so the data source data is in the form of library material based on primary and secondary sources. The method used is the method of tahlili which in this study describes the content of the verses studied such as reasonable letter by letter, reasonable verse by verse, vocabulary meaning, asbab an-nuzul and interpretation according to the scholars of tafsir. From the research that has been done can be obtained a conclusion that the wisdom in the parable of livestock with the polytheists is to give a lesson to humans how important it is to always keep lust so as not to exceed the limits that make the perpetrator can not receive the light of truth and be grateful for the blessings of guidance in Islam. using the hearing and intellect that Allah Ta'ala has bestowed in order to understand the verses of the Qur'an. Abstrak Allah Ta’ala telah menurunkan kitabnya yang berkah supaya manusia yang meyakininya untuk memperhatikan ataupun mentadaburi ayat-ayat-Nya. Adapun latar belakang penulisan skripsi ini berawal dari ayat Allah yang menggunaka hewan ternak untuk mengumpamakan orang-orang musyrik. manusia yang pada hakikatnya mempunyai akal dan kedudukan di muka bumi diserupakan dengan hewan ternak, Al-Qur’an dengan susunan lafaznya yang indah penuh hikmah tentu terdapat pelajaran didalam perumpamaan tersebut. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini apa hikmah dalam perumpamaan tersebut. Jenis penelitian ini berbentuk kepustakaan, maka data sumber datanya ialah berupa bahan pustaka berdasarkan sumber primer dan sekunder. Metode yang digunakan adalah metode tahlili dimana dalam penelitian ini menguraikan kandungan dari ayat yang dikaji seperti munasabah surat dengan surat, munasabah ayat dengan ayat, pengertian kosakata, asbab an-nuzul dan penafsiran menurut para ulama tafsir. Penelitian mendapat sebuah kesimpulan bahwa hikmah dalam perumpamaan hewan ternak dengan orang musyrik ialah memberikan pelajaran kepada manusia betapa pentingnya senantiasa menjaga hawa nafsu agar tidak melampaui batas yang menjadikan pelakunya tidak bisa menerima cahaya kebenaran dan mensyukuri nikmat hidayah dalam agama islam dengan cara menggunakan pendengaran dan akal yang Allah Ta’ala anugrahkan guna memahami ayat-ayat Al-Qur’an.
Studi Analisis Rasa Takut dalam Al-Qur’an Abdul Rauf Haris; Dilah Nurfadhilah Safitri
Izzatuna: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 3 No. 2 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Wadi Mubarak Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62109/ijiat.v3i2.26

Abstract

Rasa takut merupakan amalan hati yang mampu mengendalikan seseorang dalam mengambil langkah yang diperlukan untuk menghindari suatu bahaya, rasa ini memiliki peran penting dalam Islam, karenanya merupakan salah satu syarat keimanan seseorang kepada Allah. Kadar rasa takut yang dimiliki seseorang itu berbeda-beda, jika rasa takut itu tidak dikelola dengan baik maka akan menjerumuskan pemiliknya ke dalam suatu bencana. Namun tak jarang dari masyarakat yang salah menempatkan rasa takut dikarenakan kurangnya pemahaman dan pengertahuan, jika rasa takut itu dapat dikelola dengan baik, maka pemiliknya akan dapat merasakan begitu banyak manfaat dari rasa takut tersebut, diantaranya mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dari latar belakang masalah tersebut, ditemukanlah rumusan masalah yang membahas tentang konsep rasa takut dalam Al-Qur’an: klasifikasi, manfaat, dan dampak bagi yang kekurangan rasa takut. Metode dalam penelitian ini menggunakan library research. Sebagai kesimpulannya, klasifikasi rasa takut yaitu terbagi tiga, yang pertama khauf yang bersifat naluri, yang kedua khauf yang bersifat terpuji, dan yang ketiga khauf yang bersifat maksiat. Manfaat rasa takut diantaranya; mendapat kebahagaiaan didunia dan diakhirat, ditambahkan keimanannya, mengarahkan kepada perbuatan baik, sebab untuk menuju ke surga-Nya Allah, mendapatkan keamanan dihari kiamat, sebab terkabulnya do’a. Dampak bagi yang kekurangan rasa takut; mudah melakukan kemaksiatan, didunia tidak merasakan ketenangan, mendapat kehinaan didunia dan diakhirat, mengembara di bumi dalam keadaan bingung, mendapatkan adzab yang sangat pedih, dan mendapatkan hinaan dan siksaan.
Menilik Bentuk Qasam dalam Al-Qur’an Dina Safira; Abdul Rauf Haris
Izzatuna: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 4 No. 1 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Wadi Mubarak Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62109/ijiat.v4i1.36

Abstract

One of the rights of the Qur'an that must be fulfilled is to recite its verses with taddabur, so that the reader can take the wisdom and lessons that Allah has given.The interpretations that are often found today rarely focus on discussing the verses about qasam. Qasam is one of the ways Allah emphasizes about something in the Qur'an.Verses which contain affirmation about something in the Quran should be studied more deeply and carefully so that the meaning contained inside of the verses are not missed. This article discusses about the purpose and wisdom of the Qasam verses in the Qur'an.The author will describe how many forms of Qasam are there in the Qur'an and each of its sections.The first purpose of the Qasam verses is to emphasize an event that will definitely happen.The second purpose of the Qasam verses is to glorify whatever is being swore upon. within kauniyyah verses. The purpose of this is to make readers realize how mighty Allah is. The second form of the Qasam is divided into three sections, the first is the fi'il qasam (a verb for swearing), the second is muqsam bihi (to glorify whatever is being swore upon), and the third is muqsam 'alaih (to emphasize an event that will definitely happen). The third form of the Qasam is divided into 2 groups based on how clear the Qasam is. The first is Qasam dzhohir (that is able to be seen) and the second is qasam mudhmar (that is hidden).