Ketut Buda Artana
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENERAPAN SISTIM PAKAR UNTUK PENGEMBANGAN STRATEGI PENGAMANAN WILAYAH PERBATASAN LAUT INDONESIA Hozairi Hozairi; Ketut Buda Artana; M Isa Irawan; AA. Masroeri
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 2011
Publisher : Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perbatasan Negara yang meliputi wilayah daratan dan perairan merupakan manifestasi utama kedaulatanbangsa yang memiliki nilai strategis dalam mendukung keberhasilan pembangunan Nasional. Ditinjau dari letakgeografis, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berbatasan laut langsung dengan 10 negara tetanggayaitu: Australia, Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand, Timor Leste, Papua New Guinea, Vietnam, India,dan Palau, kondisi ini membuat NKRI rentan terjadi pelanggaran wilayah perbatasan laut. Berdasarkan dataFAO tahun 2009, kerugian NKRI tiap tahunnya akibat illegal fishing adalah ± 30 Triliun Rupiah, illegal loggingadalah ± 6.48 Triliun Rupiah, untuk meminimalisasi kerugian Negara maka perlu adanya pengembanganstrategi pengamanan wilayah perbatasan laut yang berbasis exspert system sebagai tool manajemenpengambilan keputusan. Sistem pakar (expert system) secara umum adalah sistim yang berusaha mengadopsipengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukanoleh para ahli. Diharapkan dengan sistim ini, para militer yang bertugas di wilayah perbatasan laut Indonesiadapat menyelesaikan masalah yang ”sedikit rumit”, ”rumit” ataupun ”rumit sekali” tanpa bantuan para ahli,sedangkan untuk para ahli sistem ini bisa digunakan sebagai asisten yang berpengalaman. Aplikasi yangdikembangkan ini bertujuan untuk menentukan strategi pengamanan terhadap jenis-jenis gangguan yangterjadi di wilayah perbatasan laut Indonesia dengan memperhatikan tiga aspek ancaman yaitu: internal,eksternal dan internal-eksternal, dengan menggunakan pendekatan certainly factor (CP) kemungkinan ganguandan ancaman terhadap wilayah perbatasan laut Indonesia akan didapatkan nilainya (strategi).
Kajian Perencanaan Gas Handling System dan Transportation System : Studi Kasus Distribusi di Bali Muhammad Adam Iqro; A.A.B Dinariyana Dwi Putranta; Ketut Buda Artana
Jurnal Teknik ITS Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.544 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v1i1.1940

Abstract

Pulau Bali terdapat 1.765.372 unit kendaraan bermotor dengan luas wilayah 5.636.660 km2. Hal ini membuat emisi di Pulau Bali cukup besar sehingga penggunaan bahan bakar gas sebagai bahan bakar kendaraan pada masa akan datang akan lebih efektif. Diperkirakan tahun 2012  kebutuhan gas untuk Jawa-Bali adalah sebesar 32,8 MMSCFD sehingga membuat Pulau Bali memerlukan suplai LNG untuk memenuhi kebutuhan gas di Bali. Cluster LNG sebagai teknologi baru penyimpanan LNG sangat cocok untuk diterapkan di Pulau Bali. Konsep Cluster LNG akan efektif untuk digunakan pada jarak dekat karena suplai gas alam untuk Bali berasal dari Pagerungan. Di Pulau Bali pemerintah akan segera membangun 5 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG). Pada penelitian ini membahas perencanaan gas handling system di terminal LNG dan di SPBG serta masalah transportation system untuk distribusi di Bali. Gas handling system di terminal penerima LNG dan di SPBG menggunakan konsep Cluster LNG. Pola transportasi didesain berdasarkan metode menggunakan Vehicle Routing Problem (VRP) dengan tujuan masalahnya adalah untuk mencari rute optimal dengan meminimalkan biaya rute. Rute yang optimal ini bisa berupa single route dan multiple route. Batasan dalam menentukan rute yang optimal ini adalah kapasitas truk LNG serta batasan waktu pengiriman. Total Biaya investasi yang diperlukan untuk merancang gas handling system di terminal penerima LNG dan di SPBG serta biaya route cost yang diperlukan untuk distribusi LNG dari terminal LNG ke SPBG adalah sebesar US$ 29.001.485. Pola transportasi diperoleh hasil yaitu diperlukan 6 truk LNG yang diperlukan untuk distribusi LNG dari terminal penerima LNG ke SPBG.  
Studi Pemilihan Sistem Supply Listrik Dengan Pendekatan Topsis Dan Desain Sistem Kelistrikan Pada Onshore Receiving Facility LNG Di Celukan Bawang, Buleleng, Bali. Fadilla Indrayuni Prastyasari; Ketut Buda Artana
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.268 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i2.7489

Abstract

Liqueafied Natural Gas (LNG) merupakan gas alam yang sudah dikonversi menjadi fase cair pada kisaran temperatur -161°C pada tekanan atmosfer. Konversi ini mereduksi volume 600 kali lebih kecil dari volume gas alam sehingga LNG lebih bernilai ekonomis untuk disimpan dan ditransportasikan. LNG dapat menjadi solusi alternatif bahan bakar bagi pembangkit listrik di Indonesia. Disamping kelebihan dari LNG, hanya sedikit gas yang dimanfaatkan langsung oleh Indonesia karena kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung. Salah satu sarana yang dapat mendukung pendistribusian LNG adalah terminal penerima LNG dan sistem pendukungnya, kapal LNG dan dermaga, unit regasifikasi, dan yang lainnya. Studi ini bertujuan untuk memilih sistem supply listrik menggunakan metode TOPSIS dan selanjutnya mendesain sistem kelistrikan untuk ORF di Celukan Bawang – Buleleng. LNG didistribusikan menuju ke tiga pembangkit listrik yang ada di Bali: Pesanggaran, Gilimanuk, dan Pemaron. Beberapa peralatan utama dari ORF yang dipertimbangkan adalah tangki penyimpanan, kompresor BOG, recondenser, pompa kriogenik, loading arm dan lainnya, dengan total kebutuhan daya sebesar 214,6 kW. Peralatan tersebut membutuhkan sistem supply listrik yang dapat memenuhi kebutuhan listrik dari seluruh peralatan di ORF. Terdapat tiga alternatif dari sumber listrik, yaitu diesel engine generator, gas engine generator, dan supply listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara). Alternatif terbaik kemudian akan dipilih menggunakan metode TOPSIS dengan dua metode pembobotan yang berbeda. Studi ini menunjukkan bahwa alternatif terbaik adalah supply listrik dari PLN. Dengan menggunakan hasil seleksi, akan dibuat desain sistem kelistrikan untuk ORF dan setiap terminal penerima LNG mini di setiap pembangkit listrik yang terdiri dari wiring diagram dan oneline diagram.
Kajian Keselamatan Aktivitas Transportasi Laut terhadap Collision pada Bouy No. 15 Alur Pelayaran Barat Surabaya Bimo Wira Para; AAB Dinariyana; Ketut Buda Artana
Jurnal Teknik ITS Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.948 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v4i1.9110

Abstract

Kajian keselamatan aktivitas transportasi laut terhadap tubrukan kapal merupakan hal yang penting dilakukan bukan hanya untuk mengetahui safety level pada sebuah alur pelayaran, namun juga untuk mengurangi potensi kejadian tubrukan. Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Gresik dan Pelabuhan Teluk Lamong, Jawa Timur, yang berada di Alur Pelayaran Barat Surabaya memiliki peranan yang besar dalam aktivitas ekspor impor dan perdagangan nasional jalur laut. Untuk lebih mengembangkan perekonomian nasional, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia akan mengembangkan Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Perak dan Sekitarnya Secara Terintegrasi, dimana salah satu pengembangannya adalah pembangunan dermaga yang akan dikelola oleh PT. Berlian Manyar Sejahtera, yang berada di sekitar Bouy No.15. Pada skripsi ini menyajikan kajian keselamatan terhadap tubrukan kapal di Bouy No.15 Alur Pelayaran Barat Surabaya dengan metode IWRAP dan  simulasi impak hasil tubrukan dilakukan dengan metode Finite Element Analysis. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui batas aman jumlah kapal yang diperbolehkan beroperasi di APBS setiap tahunnya. Data jumlah kapal yang berlayar di APBS didapatkan dari Pelindo sebagai Otoritas Pelabuhan di Indonesia. Hasil yang didapatkan berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap head on collision, drifting collision, overtaking collision, dan crossing collision adalah sebesar 0.420, 0.940, 0.940, dan 0.605 secara berurutan, yang berarti frekuensi dari masing-masing jenis tubrukan dapat diterima jika mengacu pada keadaan future condition dimana frekuensi tubrukan dapat diterima bila bernilai dibawah satu. Dari analisis perhitungan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa jumlah maksimal kapal yang dapat berlayar di Alur Pelayaran Barat Surabaya pada future condition adalah sebanyak 49.640 kapal/tahun