Suwarna Suwarna
Unknown Affiliation

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PEMBELAJARAN ESTETIKA WACANA TUTUR UPACARA PENGANTIN JAWA Suwarna Suwarna
Jurnal Cakrawala Pendidikan No 3 (2008): Cakrawala Pendidikan, November 2008, Th. XXVII, No. 3
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.763 KB) | DOI: 10.21831/cp.v3i3.327

Abstract

AbstractThe aesthetic aspect in the Javanese wedding ceremony spoken discourse isvery important and even it can take the place of the semantic aspect. Speakersemphasize more on the former than on the latter. This is the uniqueness of theJavanese wedding ceremony spoken discourse. Such a phenomenon sometimesresults in a controversy between practitioners in the Javanese wedding ceremonyand the audience. This study on the aesthetic aspect in the Javanese weddingceremony spoken discourse was supported by empirical and reflective data. Theanalysis units included sounds, words, phrases, clauses, and sentences. On thebasis of the analysis, it can be concluded that (1) the aesthetic aspect of the Javanesewedding ceremony spoken discourse comprises the phraseology, figures ofspeech, idioms, and aesthetic diction; and ( 2)it shows a communication register.Keywords: aesthetic aspect, Javanese wedding ceremony spoken discourse,empirical and reflective data
STRATEGI PENGAJARAN BAHASA JAWA SEBAGAI BAHASA KEDUA Suwarna Suwarna
Jurnal Cakrawala Pendidikan CAKRAWALA PENDIDIKAN, EDISI 2,1997,TH.XVI
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.407 KB) | DOI: 10.21831/cp.v2i2.9270

Abstract

Kecendemngan bahasa Jawa sebagai bahasa kedua (82) di kota-kota (Besar) diJawa telah merisaukan para gum bahasa Jawa. Mereka merasa kebingungan untukmemilih strategi yang hams mereka gunakan untuk mengajar bahasa Jaw agar tujuanpengajaran bahasa Jawa berhasil. Sementara di keias mereka juga terdapat pembelajaryang memiliii bak Jawa sebagai 81. Hal demikian memerlnkan solusi allematitAda beberapa strategi untuk pengajaran bahasa Jawa sebagai 82. Antara laindengan slrategi (1) berdasarkan media bahasanya: (a) bahasa Indonesia. (b) bahasaIndonesia - Jawa, dan (c) bahasa Jaw - Indonesia: (2) berdasarkan tipe pengajarannya:yaitu "tormulaic speech" (ujaran terpola) dan "erentive speech" (ujaran beatif: dan (3)berdasarkan benluknya: (a) slrategi metakognitif. (b) strategi kognitif. (c) nrategisosioafektitUntuk memilih strategi yang lcbih tepal, disarankan kepada gum bahasa Jawa:(,1,) a.m bila munekin Dada taha~a wal w. n~-a.ia ranw mbelaiar dam1 dikelommkkelompokkankrdasarbn bahasa'penamanya, (2) lahap kmnhan pemkiajarmulai dtcnmpur anlarbahau, bail. yang mrmilrki 81 bahasa Jawa maupun 82 bahar?Indonesia, dan (3) pembelajar pdu dibawa untuk karyawisata bahasa untukmemberihn pemajanan bahasa (language exposure).
TINJAUAN SELINTAS BERBAGAI JENIS GAPURA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Suwarna Suwarna
Jurnal Cakrawala Pendidikan CAKRAWALA PENDIDIKAN, EDISI 2,1987,TH.VI
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/cp.v2i2.7451

Abstract

Gapura merupakan bagian dari arsitektur tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY); adapun jenisnya Paduraksa, Belah Bentar, Semar Tinandu. Ada beberapa gapura dari segi bentuk maupun penempatannya kurang menyatu dengan lingkungannya. Mengingat kota Yogyakarta sebagai kota budaya, pelajar, dan pariwisata maka perlu adanya usaha-usaha yang positif guna melestarikan beberapa gapura yang mengandung nilai historis, dan membangun gapura baru yang bercorak arsitektur tradisional Yogyakarta sehingga dapat menunjukkan identitas Daerah lstimewa Yogyakarta. Dari berbagai jenis gapura, jenis gapura Semar Tinandu dari kraton Yogyakarta sebagai kiblat pembangunan gapura-gapura yang baru di DIY, khususnya Kota MadyaYogyakarta. Pembangunan gapura disesuaikan dengan corak bangunan keseluruhan sehingga menyatu. Dengan dipeliharanya gapura-gapura di DIY dan dibangunnya gapura-gapura baru yang bercorak arsitektur tradisional khususnya gapura Semar Tinandu di Kota Madya Yogyakarta berarti Kodya Yogyakarta melestarikan corak arsitektur tradisional. Adapun keempat kabupaten wilayah DIY hendaknya menyesuaikan dengan Kota Madya Yogyakarta. Secara tidak langsung Kodya Yogyakarta telah mendidik masyarakat untuk menghargai seni peninggalan nenek moyangnya, bergotong-royong, berorganisasi, ikut serta menunjang program pemerintah mensukseskan pembangunan manusia, seutuhnya.
POLA PENDIDIKAN ANAK WANITA PEKERJA SEKTOR INFORMAL DJ KOTA YOGYAKARTA Suwarna Suwarna
Jurnal Cakrawala Pendidikan CAKRAWALA PENDIDIKAN, EDISI 2,2001,TH.XX
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1494.917 KB) | DOI: 10.21831/cp.v2i2.9335

Abstract

The pwpose of this research is to describe the educational pattern of children by womenlabor ofthe infonnal sector·in Yogyakarta municipality.The subjects of this research are wotnen labor of the infonnal sector at Maliboro Street,Yogyakarta. This research is the survei research. The instrument used in this research is aquestionare, an observation sheet, and an interview question list. Data are analysed by using adescriptive technique.Based on the analysis, it shows that: (1) why the women work in the infonnal sector isaimed at helping their husband for making a living (55%) and seeking their children's educationcost (45%). (2) The women who cany out the infonnal education pattern can be categorized intwo namely good (36.55%) and poor (63.45%). (3) The women who support the fonnaleducation pattern can be explained that the good categoty is 61.33%, while tIle poor categol)' is38.67%. (4) The women.who support the nonfonnal education pattern can be categorized inatwo namely good category (11.83%) and poor category (88.17%). This can concluded thatwomen labor of the infonnal sector in to educate the children tend to believe the fonnaleducation, while for the infonnal and non-fonnal education they lacked attention. (5) The mainproblems faced in their children's education is that the mother have no time to educate thechildren. This leads lack of togetherness, lack of intimacy, free relationship, and stubbron. Theother problems are that education cost is very limited, the mothers Jack helping student's handlethe subjects provided, and the children tend to believe the other people.
STRATEGI INTEGRASI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI Suwarna Suwarna
Jurnal Cakrawala Pendidikan Vol 1, No 1 (2007): Cakrawala Pendidikan, Februari 2007, Th. XXVI, No. 1
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1620.274 KB) | DOI: 10.21831/cp.v1i1.8553

Abstract

Character education represents one of the principal loads in theimplementation of the Competency-Based Curriculum (Balitbang,2002) and it is carried out by means of an integrated learningapproach, i.e., by integrating it into all class subjects. Problems arisebecause not all teachers possess the potential sensitivity adequate foridentifying and analyzing materials for character education in thelearning materials or lesson books used. The teachers tend to merelyteach whatever is explicit in the learning materials while thematerials for character education implicit in the learning materialsare not perceived and revealed. As a result, the character educationimplied is not worked out and does not reach the learner.To solve the problem, certain strategies need to be employed incarrying out character education integrated in the competency-basedclass subjects. The strategies cover presentation and learningstrategies, the former further covering implicit and explicit strategiesand the latter further covering deductive and inductive strategies.The strategies could also be combined into implicit-deductive,implicit-inductive, explicit-deductive, and explicit-inductive ones.The identification, interpretation, and analysis of materials forcharacter education should be made to fit the local cultural context(implying Contextual Teaching and Learning or CTL).
PRAGMATIK KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA Suwarna Suwarna
Jurnal Cakrawala Pendidikan CAKRAWALA PENDIDIKAN, EDISI 2,1995,TH.XIX
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.778 KB) | DOI: 10.21831/cp.v2i2.9173

Abstract

Ada sinyalemen bahwa pembelajaran bahasa asing "kurang"berhasil. Sinyalemen ini akan lebih nyata apabila kita mengamati pembelajaranbahasa asing (Jerman, Pemeis, dan terutama bahasa Inggris).Sinyalemen ini berdasarkan bukti bahwa pembelajar (SLTP, SLTA, danhahkan PT) telah menguasai kaidah-kaidah kebahasaan deng-an baik,tetapi mereka "kurang mampu" meggunakan bahasa itu seeara praktis.Ini menunjukkan bahwa penguasaan kaidah kebahasaan belum tentumenjamin kemampuan untuk menggunakan kaidah kebahasaan belumtentu menjamin untuk .menggunakan bahasa. Pembelajar kerap kalimemperoleh nilai yang memuaskan saat mereka tentamen. Akan tetapi,mereka menemui kesulitan apabila diajak berbieara dengan menggunakanbahasa target.Salah satu kritik atas kegagalan tersebut, diarahkan pada pendekatanpembelajarannya. Pendekatan pembelajaran selama ini kurangmenempatkan hakikat dan fungsi yang sebenamya. Pembelajaran lebihmengutamakan penguasaan kaidah kebahasaan (about the language).Pembelajaran bahasa berdasarkan untuk mengembalikan bahasake hakikat, nasi, dan fungsi bahasa yang sebenarnya. Akan tetapi, dalampelaksanaannya hingga satu dasa warsa dianggap "tidak berhasil". Olehkarena itu, kurikulum baru tahun 1994 ingin memperbaiki kegagalan_ terseb·ut. Pembelajaran bahasa akan lebih diarahkan pada pembelajaranseeara pragmatik komunikatif. Permasalahannya bagaimana pragmatikkomunikatif dalam pembelajaran bahasa seperti yang dikehendaki olehkurikulwn 1994?
UPACARA TUNGGUL WULUNG Pengembangan Wisata Tradisi Suwarna Suwarna
Jurnal Ilmiah WUNY Majalah WUNY XV Nomor 1, Januari 2013
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (90.848 KB) | DOI: 10.21831/jwuny.v15i1.3534

Abstract

Tahun 2020 Yogyakarta menjadi pusat kebudayaan terkemuka. Itulah visi kebudayaan DIY. Yogyakarta sebagai daerah istimewa juga memiliki kebijakan bahwa 90% anggaran keistimewaan akan diarahkan untuk pengembangan kebudayaan. Yogyakarta memang kaya budaya. Oleh karena itu, layak kalau Yogyakarta juga disebut kota budaya, selain sebagai kota pendidikan dan kota perjuangan.