Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Screening Kesehatan Sistem Reproduksi Perempuan Menopause Di Satu Gereja, Di Tangerang Prisca Adipertiwi Tahapary; Eva Berthy Tallutondok; Fransiska Ompusunggu; Belet Lydia Ingrit; Dwi Yulianto Nugroho
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 2 (2019): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha dalam Mempersiapkan Masyarakat Menghadapi Era I
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (680.107 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v2i0.326

Abstract

Walaupun menopause adalah hal normal pada perempuan diatas umur 50 tahun, namun dijumpai data kecemasan menghadapi menopause pada perempuan di Tangerang Selatan. Dampaknya perempuan enggan memeriksakan kesehatan sistem reproduksi karena mempunyai persepsi tidak perlu periksa kesehatan jika tidak sakit. Fenomena tersebut juga dijumpai di salah satu gereja di Tangerang dimana setiap minggu diketahui ada perempuan sakit dan dirawat di rumah sakit. Oleh karena itu perlu dilakukan screening kesehatan reproduksi pada perempuan menopause. Metode screening sistem reproduksi perempuan menopause (n=30) untuk mendeteksi peredaran darah jantung - otak, syaraf otak, kepadatan tulang, kadar gula dalam darah, organ reproduksi melalui alat Quantum Resonance Magnetic Analyzer dengan tiga kategori hasil risiko, hati-hati, dan aman. Hasil: diketahui usia ≥ 60 tahun (50%) dengan kategori ‘hati-hati’ diketahui masalah paling dominan yaitu gangguan peredaran darah di jantung - otak (96,67%), sedangkan pada kategori ‘risiko’ gangguan paling dominan yaitu ‘tingginya gula dalam darah (76.67%). Lalu hasil dilaporkan kepada dokter klinik gereja untuk memberikan rujukan ke rumah sakit. Kesimpulan: responden tersebut mempunyai kecenderungan mengalami masalah penurunan fungsi kognisi seperti cepat lupa disertai penyakit degeneratif pada lanjut usia: Diabetes Melitus, Dementia, dan Osteoporosis. Rekomendasi diperlukan literature review tentang dampak menopause terhadap kejadian penyakit degeneratif.
EDUKASI PENCEGAHAN DEPRESI POST PARTUM JUWITA FRANSISKA BR SURBAKTI; Maria Veronika Ayu Florensa; Shinta Yuliana Hasibuan; Neneng Suryadinata; Prisca Adipertiwi Tahapary; Marini Indriya Purwani
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 5 (2022): PERAN PERGURUAN TINGGI DAN DUNIA USAHA DALAM AKSELERASI PEMULIHAN DAMPAK PANDEMI
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37695/pkmcsr.v5i0.1515

Abstract

Latar belakang Kelahiran bayi dalam sebuah keluarga seharusnya memberikan kebahagiaan baik untuk orang tua maupun keluarga besar. Namun demikian, ini tidak terjadi pada Ibu yang sedang berjuang melalui depresi setelah melahirkan yang sering dikenal dengan Depresi Postpartum. Kejadian depresi postpartum yang ada dimasyarakat dikenali setelah Ibu mengalami gejala yang berat. Orang tua di dalam masyarakat kurang mengenal tanda dan gejala depresi postpartum dan menganggapnya sebagai hal yang biasa terjadi pada Ibu setelah melahirkan. Kondisi terburuk yang dapat dialami Ibu adalah ketika ia menyakiti dirinya sendiri bahkan bayinya. Peran dan dukungan dari suami beserta keluarga sangat penting untuk membantu Ibu beradaptasi dengan peran barunya sehingga mencegah terjadinya depresi postpartum. Tujuan pengabdian kepada masyarakat (PKM) yaitu untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang depresi postpartum dan cara pencegahannya. Metode penyelenggaraan PKM dilakukan dalam bentuk seminar daring (webinar) yang diikuti oleh 135 peserta dengan aktivitas pemberian materi terkait depresi post-partum dan disertai dengan demonstrasi manajemen stres pada Ibu setelah melahirkan. Hasil kegiatan yaitu ada peningkatan rata-rata pengetahuan peserta setelah diberikan edukasi tentang mengenal dan mencegah depresi post-partum. Kegiatan pencegahan kejadian depresi post-partum perlu digiatkan untuk menekan angka kejadian depresi post-partum pada Ibu.