Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK RUMAH ADAT KAMALI DI DESA PAJAM KECAMATAN KALEDUPA KABUPATEN WAKATOBI Sri Yuliani; Hasni Hasan; Faika Burhan
Journal Idea of History Vol 3 No 1 (2020): Volume 3 Nomor 1, Januari - Juni 2020
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v3i1.994

Abstract

Pada masa kerajaan, Rumah Adat Kamali berfungsi sebagai tempat tinggal raja dan pusat pemerintahan. Pembangunannya dirancang dengan berbagai makna tersirat. Berkaitan dengan hal tersebut, adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana latar belakang sejarah rumah adat kamali di Dusun Palea Desa Pajam Kecamatan Kaledupa Kabupaten Wakatobi? (2)Bagaimana fungsi rumah adat kamali di Dusun Palea Desa Pajam Kecamatan Kaledupa Kabupaten Wakatobi ? (3) Apa makna simbolik rumah adat kamali di Dusun Palea Desa Pajam Kecamatan Kaledupa Kabupaten Wakatobi? Penelitian ini menggunakan metode sejarah menurut Kuntowijoyo dengan lima tahap yaitu: (1) Pemilihan topik (2) Heuristik (3) Verifikasi (4) Interpretasi data, (5) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pembangunan rumah adat kamali berawal dari pemerintahan raja pertama Ndangi Tongka Allamu yang memutuskan untuk membangun Istana Kamali di Keraton Palea dengan pertimbangan pemilihan tempatnya yang sangat strategis untuk menjalankan pusat aktivitas pemerintahan. (2) Fungsi rumah adat Kamali sangatlah beragam, di masa kerajaan difungsikan sebagai tempat kediaman raja dan tempat aktivitas pemerintahan. Rumah adat Kamali kemudian dialihfungsikan sebagai tempat ritual dan tempat wisata. (3) Makna simbolik rumah adat Kamali dipengaruhi oleh konsep tasawuf yang menganggap bahwa pemilik istana kamali, dalam hal ini Raja adalah replikasi dari “wajah Tuhan” (Allah) yang wujudnya dianalogikan dalam bentuk arsitektur rumahnya (istananya), baik yang bersifat konstruksi maupun dekorasi.
KANSORO: DARI DESA YANG DITINGGALKAN MENJADI DESA KAMPANI YANG DIHUNI KEMBALI, 1974-2021 Rahmatia Bole; La Ode Ali Basri; Hayari Hayari; Hasni Hasan
Journal Idea of History Vol 5 No 1 (2022): Volume 5 Nomor 1, Januari - Juni 2022
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v5i1.1651

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Kansoro: Desa yang Ditinggalkan Menjadi Desa Kampani yang Dihuni Kembali, 1974-2021. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang mengacu pada langkah-langkah sebagai berikut: (1) Pemilihan topik, (2) Pengumpulan sumber, (3) Verifikasi (4) Interpretasi (5) Historiografi. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: 1) Keadaan Desa Kansoro sebelum ditinggal warga, Desa Kansoro adalah desa yang berada di Kecamatan Lawa Kabupaten Muna, Desa Kansoro memiliki tanah yang subur dan coock dijadikan sebagi tempat perkebunan. Selain itu antara sesama warga desa saling tolong menolong serta saling menghargai. Warga Kansoro menggantungkan hidup dengan bertani dan beternak. 2) Penyebab Desa Kansoro ditinggalkan oleh penduduknya tahun 1974-1994, karena adanya wabah penyakit Kolera yang menyerang penduduk Desa Kansoro pada tahun 1974 dimana wabah penyakit kolera menyebar begitu cepat sehingga menyebabkan banyak orang meninggal. Selain itu penyebab lain ditinggalkannya Desa Kansoro pada tahun 1994 kerena telah selesainya kontrak warga eks kusta. 3) Desa Kansoro dihuni kembali setelah ditinggalkan oleh warganya. Warga Desa Lindo yang menempati daerah Kansoro dan menjadikannya sebagai tempat perkebunan, dan lama-kelamaan warga desa mulai menetap dengan membentuk desa baru dari hasil pemekaran Desa Lindo yaitu Desa Kampani.
MODERNISASI PERTANIAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI PETANI SAWAH DI DESA DURIASI KECAMATAN WONGGEDUKU KABUPATEN KONAWE (1983-2021) Sulianti; La Ode Ali Basri; Subhan Effendi; Hasni Hasan
Journal Idea of History Vol 5 No 2 (2022): Volume 5 Nomor 2, Juli - Desember 2022
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v5i2.1887

Abstract

Penelitian ini membahas tentang modernisasi pertanian di Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku. Alat-alat pertanian yang digunakan awalnya masih sangat tradisional kemudian berkembang dengan menggunakan peralatan modern. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) kondisi kehidupan sosial ekonomi petani sawah sebelum dan setelah modernisasi pertanian di Desa Duriasi, (2) dampak modernisasi pertanian terhadap kehidupan sosial ekonomi petani sawah di Desa Duriasi. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian sejarah. Penelitian ini menggunakan lima langkah penelitian sejarah terdiri dari : (1) pemilihan topik, (2) heuristik sumber, (3) verifikasi sumber, (4) interpretasi sumber, dan (5) historiografi. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Kondisi kehidupan sosial ekonomi petani sebelum modernisasi pertanian di Desa Duriasi di antaranya: gotong royong dengan solidaritas sosial yang tinggi, sistem pertanian bersifat tradisional, rendahnya hasil panen dan pendapatan, kondisi perumahan semi permanen. Pascamodernisasi pertanian, kehidupan sosial ekonomi masyarakat mengalami perubahan, yakni lunturnya tradisi gotong royong, tingkat pendidikan keluarga petani lebih maju, kualitas kesehatan keluarga petani meningkat, buruh tani kehilangan pekerjaan dan termarginalisasi, hasil panen dan pendapatan petani meningkat, dan kemampuan petani membangun perumahan meningkat. (2) Dampak modernisasi pertanian terhadap kehidupan sosial ekonomi petani sawah, yaitu modernisasi pertanian mengubah sistem pertanian tradisional, munculnya pengusaha baru di bidang agribisnis, luas areal persawahan semakin bertambah, serta bertambahnya pengetahuan petani sawah.
Okapande: Pendekatan Heutagogi dalam Kearifan Lokal Masyarakat Muna di Sulawesi Tenggara Syahrun; Aswati M; Wa Ode Winesty S; Faika Burhan; Hasni Hasan
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIM Sinjai Vol 2 (2023): Volume 2 Tahun 2023
Publisher : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/sentikjar.v2i0.1834

Abstract

The heutagogy learning method is effective and efficient for improving the learning process. The onslaught of globalization and the era of society 5.0 has its challenges. This method is expected to be able to foster a sense of interconnectedness between not only teachers and students but also involves local wisdom amid society. There is a need for local knowledge that can improve welfare and create peace. The aim of the heutagogy learning method in okapande is a learning component based on the local wisdom of the Muna people. Okapande provides its dimension in terms of modern learning and can foster cultural values in the Muna community. Local wisdom that exists amid society can be a source of forming national character. The existence of local wisdom is an ancestral heritage that contains values and norms as character builders. Learning is not only to increase knowledge but also to make people wiser. Okapande, which is a learning media, not only emphasizes knowledge but closeness to God. This research was qualitative research with the use of a literature study. The study results show that the heutagogy learning method can provide skills to communicate, adapt, collaborate, and play a role in the human characteristics forming process.