Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Terapi Komplementer Kombinasi Rendam Kaki Air Hangat dan Aromaterapi Lemon dalam Menurunkan Tekanan Darah Siti Fadlilah; Tia Amestiasih; Bella Pebrianda; Fransiska Lanni
Faletehan Health Journal Vol 8 No 02 (2021): Faletehan Health Journal, July 2021
Publisher : Universitas Faletehan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33746/fhj.v8i02.262

Abstract

Combination of warm water foot soak and lemon aromatherapy has a relaxing effect to make heart beat calmer and to control blood pressure decrease. This study aims to determine the effects of the combination of warm water foot soak and lemon aromatherapy on blood pressure of prehypertensive patients in Puding Besar, Bangka Regency. The research type is a quasi-experimental study with pre-post test control group design. The samples are 32 people with prehypertension category blood pressure, taken by purposive sampling technique. The research instruments used digital sphygmomanometer, standard operating procedures for therapy and blood pressure measurement, and observational sheets. The data analysis used paired T-test and independent T-test. The mean of systole in pre-test and post-test of the control group was increased by 3.42 mmHg. The mean of diastole in pre-test and post-test of the control group was decreased by 0.18 mmHg. The mean of systole and diastole of post-test and the pre-test in the intervention group was decreased by 8.0 mmHg and 2.12 mmHg. The mean decrease of systolic and diastolic blood pressure in the intervention group was greater than the control group. The bivariate test for systole of the control and intervention group were P-values ​​of 0.041 and 0.000. The bivariate test for diastole of the control and intervention group were P-values ​​of 0.929 and 0.254. Combination therapy of warm water foot soak and lemon aromatherapy is effective to lower systolic blood pressure of prehypertensive patients.
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEKANAN DARAH DAN SATURASI OKSIGEN PERIFER (SPO2) Siti Fadlilah; Nazwar Hamdani Rahil; Fransiska Lanni
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada Vol. 11 No. 1, Januari 2020
Publisher : Universitas Kusuma Husada Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.106 KB) | DOI: 10.34035/jk.v11i1.408

Abstract

Tekanan darah merupakan faktor yang sangat penting pada sistem sirkulasi. Tidak semua tekanan darah berada dalam batas normal sehingga menyebabkan munculnya gangguan pada tekanan darah yakni hipertensi dan hipotensi. Prevalensi hipertensi di Daerah Istimewa Yogyakarta masuk di urutan ke-14 yaitu sebesar 25,7%. Selain itu ada cara untuk mendeteksi adanya gangguan tekanan darah atau masalah sirkulasi pada tubuh dengan cara memeriksa tekanan darah dan mengetahui nilai saturasi oksigen. Gangguan tekanan darah yang bisa mempengaruhi nilai pada saturasi oksigen di tubuh. Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan umur dan jenis kelamin dengan tekanan darah dan saturasi oksigen (SpO2) pada mahasiswa keperawatan salah satu universitas di Yogyakarta. Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasi dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi adalah seluruh mahasiswa salah satu kampus keperawatan salah satu universitas di Yogyakarta berjumlah 137 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan 120 responden yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah sphygmomanometer digital, pulse oximetry, dan lembar observasi. Analisis data penelitian menggunakan uji Kruskal wallis. Mayoritas berjenis kelamin perempuan yaitu 108 responden (90%). Mayoritas kategori remaja akhir yaitu 117 responden (97,5%). Mayoritas tekanan darah pada mahasiswa kategori normal sebanyak 81 responden (67,5%). Nilai median saturasi oksigen (SpO2) yaitu 98 mmHg. Hasil analisis bivariat antara umur dan jenis kelamin dengan tekanan darah didapatkan p-value 0,641 dan 0,176. Hasil analisis bivariat antara usia dan jenis kelamin dengan saturasi oksigen (SpO2) didapatkan p-value 0,385 dan 0,964. Hasil analisis bivariat antara tekanan darah dan saturasi oksigen (SpO2) didapatkani p value adalah 0,010. Tidak ada hubungan signifikan antara umur dan jenis kelamin dengan tekanan darah. Tidak ada hubungan signifikan antara umur dan jenis kelamin dengan saturasi oksigen (SpO2). Ada hubungan antara tekanan darah dengan saturasi oksigen (SpO2) pada Mahasiswa Keperawatan Blood pressure is a very important factor in the circulatory system. Not all blood pressure is within normal limits, causing interference with blood pressure, namely hypertension and hypotension. The prevalence of hypertension in the Special Region of Yogyakarta is ranked 14th at 25.7%. In addition there are ways to detect blood pressure disorders or circulation problems in the body by checking blood pressure and knowing the value of oxygen saturation. Blood pressure disorders that can affect the value of oxygen saturation in the body. The study aims to analyze the relationship between age and sex with blood pressure and oxygen saturation (SpO2) in nursing students at a university in Yogyakarta. This research is a type of correlation study with a cross sectional study design. The population is all students of one nursing campus of a university in Yogyakarta totaling 137 people. The sampling technique used is total sampling with 120 respondents who fit the inclusion and exclusion criteria. The research instruments used were digital sphygmomanometer, pulse oximetry, and observation sheets. Analysis of research data using the Kruskal Wallis test. The majority of women are 108 respondents (90%). The majority of late adolescent categories are 117 respondents (97.5%). The majority of blood pressure in normal category students was 81 respondents (67.5%). The median value of oxygen saturation (SpO2) is 98 mmHg. The results of bivariate analysis between age and sex with blood pressure obtained p-values ​​of 0.641 and 0.176. The results of bivariate analysis between age and sex with oxygen saturation (SpO2) obtained p-values ​​of 0.385 and 0.964. The results of the bivariate analysis between blood pressure and oxygen saturation (SpO2) found that the p value was 0.010. There is no significant relationship between age and sex with blood pressure. There is no significant relationship between age and sex with oxygen saturation (SpO2). There is a relationship between blood pressure and oxygen saturation (SpO2) in nursing students.
Pengunaan Kelambu Sebagai Prediksi Pencegahan Malaria di Wilayah Endemis Nugroho Susanto; Fransiska Lanni; Nur Pascawati
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol 18, No 4 (2023): Volume 18 Nomor 4 Tahun 2023
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jkmi.18.4.2023.6-11

Abstract

Latar belakang: Wilayah endemis factor risiko terjadinya penularan malaria. Mayoritas masyarakat berpergian di daerah endemis malaria hanya 18,7% menyiapkan obat malaria. Prilaku masyarakat sebagai faktor dalam menurunkan kejadian penyakit malaria. Pemberantasan malaria sangat sulit dilakukan terkait prilaku masyarakat, lingkungan dan belum ada vaksin mencegah penyakit malaria. Tujuan penelitian untuk mengetahui mengetahui faktor dominan pencegahan malaria di wilayah endemis malaria. Metode: Rancangan penelitian dengan cross-sectional. Populasi penelitian mahasiswa semester 1 dan 2 yang aktif di Universitas Respati Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi. Besaran sampel 78 sampel yang dilakukan dengan systematic random sampling. Variabel bebas meliputi pengunaan kelambu, pengunaan rephelent, pengunaan obat nyamuk, perbaikan gizi, dan memelihara ikan dan variabel terikat status endemis. Analisis data dengan uji statistic chi square dan regresi logistik. Hasil: Sebagian besar tidak mengunakan kelambu 82,1%, tidak mengunakan repellent 83,3%, tidak mengunakan obat nyamuk 79.5%, tidak mengkonsumsi makanan bergizi 73,1%, tidak memelihara ikan 75,6%. Terdapat perbedaan pengunaan kelambu antara daerah endemis dan non endemis p = 0.041, tidak terdapat perbedaan pengunaan repellent (p = 0.378), pengunaan obat nyamuk (p = 0.519), perilaku konsumsi supplement (p = 0.842), dan terdapat perbedaan signifikan pelihara ikan (p = 0.003).  Memelihara ikan lebih dominan berkontribusi (β = -2.12) dibanding dengan pengunaan kelambu (β = -1.530). Kesimpulan: Pencegahan penyakit malaria berdasarkan status endemis wilayah adalah faktor pengunaan kelambu dan pelihara ikan. Memelihara ikan sebagai faktor dominan dibanding pengunaan kelambu pada daerah endemis.