Muhammad Sani Roychansyah
Department of Architecture and Planning Universitas Gadjah Mada Indonesia

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

TIPOLOGI PINTU RUMAH TRADISIONAL DUSUN PUCUNG, SITUS MANUSIA PURBA SANGIRAN Faisal, Gun; Roychansyah, Muhammad Sani
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.505 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v1i2.18801

Abstract

Pintu merupakan elemen penting dalam suatu bangunan, terutama rumah tinggal. Pintu adalah jalur sirkulasi antara ruang dalam dan luar bangunan. Rumah di Dusun Pucung memiliki pintu yang terbilang unik, baik dari segi jumlah, bentuk dan ornamennya, yang mana penggunaannya memiliki maksud dan tujuan tersendiri bagi setiap pemiliknya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengklasifikasikan pintu rumah tradisional yang berada di Dusun Pucung. Pendekatan penelitian dilakukan secara kuantititatif dan kualitatif, pengambilan data melalui survey lapangan, diiringi dengan studi literatur, studi kawasan, teoritikal, studi empiris terhadapt laporan penelitian terdahulu. Analisa data diawali dengan perumusan karakter umum pintu bangunan kawasan, penentuan pintu bangunan yang sesuai kriteria penelitian, penggambaran ulang (redrawing), pengelompokan dan kategorisasi tipikal elemen pintu bangunan. Penelitian ini pada akhirnya dapat mentipekan desain elemen pintu rumah tradisional yang berada di kawasan konservasi Situs Manusia Purba Sangiran, yang termasuk kedalam kawasan  World Heritage. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan 6 (enam) tipe pintu rumah tradisional Dusun Pucung. Tipe pintu tersebut berdasarkan 2 kategori, yaitu berdasarkan jumlah; pintu satu, tiga, serta lima, dan berdasarkan materialnya, ada pintu yang terbuat dari bambu (gedhek), kayu, dan kayu-kaca. Door is an important element in a building, especially a residential house. It is a circulation path between the interior and exterior of building. In Pucung Village, it has relatively unique function and meaning with a variety of ornaments, shapes, and amounts. The purpose of this study is to classify the types of doors and their elements, in this case the doors of traditional house in Pucung Village. Data were collected through field surveys, which were supported by the literature, theoretical studies and the results of empirical study. Analysis and formulation of the general characters of doors were done, and the doors were determined in accordance with appropriate criteria of study and re-drawn, so the grouping and categorization of typical elements of the doors could be done. As a result, the design of traditional doors in the conservation area of Sangiran Early Man site, which is included in the World Heritage area, can eventually be typified. Based on the results of the study, six types of traditional doors in Pucung Village were obtained. The types of doors were based on two categories. Based on number, there were doors with one, three, and five in number, while based on material, there were doors made from bamboo (gedhek), wood, and wood and glassREFERENCESBalai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran. (2012). Brosur ‘Museum Purbakala: Situs Sangiran (Perjalanan Menakjubkan Kembali ke Zaman Purba), Kantor Pariwisata, Investasi, dan Promosi Pemkab Sragen. Sragen, Jawa TengahColquhoun, A.. (1967) Typology and Design Method, dalam Theorizing a New Agenda for Architecture. An Anthology of Architectural Theory 1965- 1995, Kate Nesbitt (ed.). Princeton Architectural Press. New YorkDurand, Jean Nicolas Louis. (2000). Pr`ecis of the Lectures on Architecture. The Getty Research Institute. Los AngelesFrancescatto, Guido. (1994) Type and the Possibility of an Architecture Scolarship, Ordering Space, Types in Architectural and Design, Karen A. Franck, Lynda H. Schneekloth (ed). Van Nostrand Reinhold. New YorkHidayat, Rusmulia Tjiptadi, dkk. (2004) Museum Situs Sangiran: Sejarah Evolusi Manusia Purba Beserta Situs dan Lingkungannya. Koperasi Museum Sangiran. Sangiran.Johnson. P A. (1994). The Theory of Architecture, Van Nostrand Reinhold Company. New YorkKartikasari, Indah. (2012). Topografi Dusun Pucung, Situs manusia Purba Sangiran. Laporan Penelitian KKA-S2 UGM 2012. YogyakartaMochsen, Sir Mohammad. (2005). Tipologi Geometri: Telaah Beberapa KaryaFrank L. Wright dan Frank O. Gehry, Rona Jurnal Arsitektur Volume 2, No. 1 April 2005 hal 69-83. FT Unhas. MakasarMoneo, Rafael. (1979) Oppositions Summer On Typology. A Journal for Ideas and Criticism in Architecture vol. 13 h. 23-45. The MIT Press. MassachusettsPfeifer, G.; P. Brauneck. (2008). Courtyard Houses–A Housing Typology. Birkhauser Verlag AG. GermanySukada, B. (1997). Memahami Arsitektur Tradisional dengan Pendekatan Tipologi.  PT. Alumni. Bandung
Potential Development of Brayut Cultural Village, Sleman District, Yogyakarta Ariadi, Adyanti Putri; Wihardyanto, Dimas; Roychansyah, Muhammad Sani
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 20, No 1 (2018): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v20i1.11568

Abstract

Brayut Tourism Village is an agricultural and culture - based tourism village located in Sleman Regency. Thepotential of nature and culture is very interesting to be developed further. However, during its development, there aresome emerging issues which damage the environment and the life of Brayut Tourism Village society. The purpose of thisresearch is to maintain and preserve the potential for sustainable tourism of Brayut Village. This research used aqualitative descriptive method, including explaining development strategy covering various aspects, which are theenvironmental, sociocultural, and economic direction of physical and non-physical development. For the sake of thecontinuity of the uniqueness of nature and culture, Brayut Tourism Village that grows in the middle of Sleman Regencydevelopment area requires sustainable tourism management. The important element in the development of villagetourism is the involvement of villagers in every aspect of tourism activities in the village.
ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN NDVI MENGGUNAKAN CITRA SATELIT WORLDVIEW 2 DI KOTA YOGYAKARTA Noviyanti, Ika Kristina; Roychansyah, Muhammad Sani
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 21, No 2 (2019)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3946.496 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2019.21-2.950

Abstract

Peningkatan jumlah penduduk di kota berimplikasi pada pengelolaan ruang perkotaan yaitu penyediaan ruang terbuka hijau (RTH). Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan, mengindikasikan perlunya ketersediaan RTH baik secara kuantitas maupun kualitas di wilayah urban. Terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa terdapat penurunan kuantitas RTH di beberapa kota termasuk diantaranya Kota Yogyakarta. Pengukuran ketersediaan RTH dengan memanfaatkan teknologi fotogrametri dan penginderaan jauh, selama ini menggunakan berbagai macam metode dan citra satelit dengan resolusi spasial yang beragam. Pada penelitian ini digunakan citra resolusi tinggi yaitu citra WorldView-2 yang belum pernah dipakai dalam penelitian sejenis. Analisis dengan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) sesuai rekomendasi beberapa penelitian sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketersediaan RTH di Kota Yogyakarta sebagai salah satu variabel kota sehat. Hasil identifikasi RTH pada WorldView-2 tahun 2015 dengan analisis NDVI mampu memberikan deteksi area vegetasi secara lengkap, cepat dan akurat. Berdasarkan hasil analisis NDVI dapat dilihat bahwa RTH berada pada kelas dengan kerapatan vegetasi sedang dan tinggi yaitu sejumlah 3,57 km2 atau 10,98% dari seluruh luas area. Kecamatan dengan luasan RTH terbesar berada di Umbulharjo dan luasan RTH terkecil ada di Pakualaman. Ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Yogyakarta belum memenuhi ketentuan luasan ruang terbuka hijau untuk setiap penduduk yaitu baru seluas 8,64 m2/jiwa.
Identifikasi Bikeability Sebagai Pendukung Kebijakan Transportasi Berkelanjutan di Kota Yogyakarta Kurniadhini, Faricha; Roychansyah, Muhammad Sani
Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota Vol 16, No 2 (2020): JPWK Vol 16. No. 2 June 2020
Publisher : Universitas Diponegoro, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/pwk.v16i2.23523

Abstract

Transportasi berkelanjutan menjadi kebutuhan baru Kota Yogyakarta untuk mengatasi permasalahan transportasi seperti kemacetan lalu lintas dan meningkatnya polusi udara. Memiliki sejarah sebagai kota sepeda, Kota Yogyakarta memiliki semangat untuk mengembalikan citra tersebut di tengah meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta. Tahun 2008, pemerintah Kota Yogyakarta mengampanyekan sebuah semangat untuk mengajak penduduk menggunakan sepeda dalam bekerja dan sekolah. Namun demikian, semangat mengembalikan citra sebagai kota sepeda akan menjadi lebih baik jika pemerintah telah siap dalam hal kelembagaan dan infrastruktur untuk sepeda. Lalu, bagaimana kesiapan Kota Yogyakarta dalam memfasilitasi ajakan bersepeda tersebut? Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan Kota Yogyakarta dalam hal keramahan untuk bersepeda atau disebut sebagai bikeability. Bikeability Kota Yogyakarta dapat dilihat melalui aspek spasial dan kelembagaan yang ada. Aspek spasial dalam bikeability diketahui dengan menggunakan metode Spatial Multi Criteria Analysis (SMCA) dan aspek kelembagaan diketahui dengan Ecomobility Readiness Assessment. Ketiga analisis tersebut memberikan hasil bahwa Kota Yogyakarta memiliki karakteristik fisik yang mendukung transportasi sepeda. Selain itu, perjalanan penduduk yang banyak dilakukan di dalam Kota Yogyakarta memberikan optimisme Kota Yogyakarta kembali menjadi kota sepeda. Hal ini diperjelas dengan komitmen pemerintah dalam memprioritaskan pesepeda dan pejalan kaki dalam kebijakan transportasi di Kota Yogyakarta. Sustainable transportation is a new necessity for Yogyakarta to overcome transportation problems such as traffic congestion and increased air pollution. Having a history as cycling city, Yogyakarta has a spirit to restore the image although it experiences the increasing number of motorized vehicles. In 2008, the government campaigned for inviting residents to use bicycle to go to work and schools. However, the spirit of returning the image of cycling city will be better if the government is capable in terms of institution and infrastructure for cycling. According to that, how is the bikeability condition and the readiness of Yogyakarta in accommodating cycling movement? This research aims to identify the ability of Yogyakarta in terms of friendliness for cycling or called bikeability. Bikeability of Yogyakarta can be identified by looking at the existing spatial and institutional aspects. The spatial aspect of bikeability is identified using the Spatial Multi-Criteria Analysis (SMCA) method while the institutional aspects is known by using Ecomobility Readiness Assessment Scorecard. Both analysis result that Yogyakarta has a good condition of physical characteristic that can promote cycling. It is strengthened by the government’s commitment in prioritizing cyclists and pedestrians in transportation policies of Yogyakarta.   
Identifikasi Bikeability Sebagai Pendukung Kebijakan Transportasi Berkelanjutan di Kota Yogyakarta Kurniadhini, Faricha; Roychansyah, Muhammad Sani
Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota Vol 16, No 2 (2020): JPWK Vol 16. No. 2 June 2020
Publisher : Universitas Diponegoro, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/pwk.v16i2.23523

Abstract

Transportasi berkelanjutan menjadi kebutuhan baru Kota Yogyakarta untuk mengatasi permasalahan transportasi seperti kemacetan lalu lintas dan meningkatnya polusi udara. Memiliki sejarah sebagai kota sepeda, Kota Yogyakarta memiliki semangat untuk mengembalikan citra tersebut di tengah meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta. Tahun 2008, pemerintah Kota Yogyakarta mengampanyekan sebuah semangat untuk mengajak penduduk menggunakan sepeda dalam bekerja dan sekolah. Namun demikian, semangat mengembalikan citra sebagai kota sepeda akan menjadi lebih baik jika pemerintah telah siap dalam hal kelembagaan dan infrastruktur untuk sepeda. Lalu, bagaimana kesiapan Kota Yogyakarta dalam memfasilitasi ajakan bersepeda tersebut? Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan Kota Yogyakarta dalam hal keramahan untuk bersepeda atau disebut sebagai bikeability. Bikeability Kota Yogyakarta dapat dilihat melalui aspek spasial dan kelembagaan yang ada. Aspek spasial dalam bikeability diketahui dengan menggunakan metode Spatial Multi Criteria Analysis (SMCA) dan aspek kelembagaan diketahui dengan Ecomobility Readiness Assessment. Ketiga analisis tersebut memberikan hasil bahwa Kota Yogyakarta memiliki karakteristik fisik yang mendukung transportasi sepeda. Selain itu, perjalanan penduduk yang banyak dilakukan di dalam Kota Yogyakarta memberikan optimisme Kota Yogyakarta kembali menjadi kota sepeda. Hal ini diperjelas dengan komitmen pemerintah dalam memprioritaskan pesepeda dan pejalan kaki dalam kebijakan transportasi di Kota Yogyakarta. Sustainable transportation is a new necessity for Yogyakarta to overcome transportation problems such as traffic congestion and increased air pollution. Having a history as cycling city, Yogyakarta has a spirit to restore the image although it experiences the increasing number of motorized vehicles. In 2008, the government campaigned for inviting residents to use bicycle to go to work and schools. However, the spirit of returning the image of cycling city will be better if the government is capable in terms of institution and infrastructure for cycling. According to that, how is the bikeability condition and the readiness of Yogyakarta in accommodating cycling movement? This research aims to identify the ability of Yogyakarta in terms of friendliness for cycling or called bikeability. Bikeability of Yogyakarta can be identified by looking at the existing spatial and institutional aspects. The spatial aspect of bikeability is identified using the Spatial Multi-Criteria Analysis (SMCA) method while the institutional aspects is known by using Ecomobility Readiness Assessment Scorecard. Both analysis result that Yogyakarta has a good condition of physical characteristic that can promote cycling. It is strengthened by the government’s commitment in prioritizing cyclists and pedestrians in transportation policies of Yogyakarta.   
Indeks aksesibilitas regional Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan principal component analysis dan kernel density analysis Lesmana, Dwi Aditya Indra; Roychansyah, Muhammad Sani
Region : Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif Vol 16, No 2 (2021)
Publisher : Regional Development Information Center, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/region.v16i2.41907

Abstract

Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan dua provinsi yang memiliki keterkaitan tinggi. Studi-studi sebelumnya menerangkan bahwa keterkaitan itu utamanya adalah keterkaitan ekonomi. Keterkaitan ekonomi tersebut terjadi berkat adanya aksesibilitas regional antara Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Aksesibilitas regional telah lama diteliti dengan berbagai teknik perhitungan. Seringkali penggunaan teknik-teknik tersebut tidak dapat diaplikasikan secara cepat untuk menghitung dalam skala regional dikarenakan sulitnya memperoleh data yang lengkap sampai unit administratif terkecil. Di sisi lain, telah tersedia data potensi desa yang dipublikasikan secara teratur setiap tiga tahun oleh BPS yang memuat data waktu tempuh dan jarak tempuh sampai level desa. Tujuan penelitian ini adalah mengukur aksesibilitas regional di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah principal component analysis dan kernel density analysis. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai aksesibilitas regional di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagian besar adalah sedang sampai tinggi. Pada Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta terbentuk beberapa kelompok integrasi aksesibilitas regional. Penelitian ini membuktikan dimungkinkannya penggunaan teknik analisis lain untuk menghitung aksesibilitas regional selain daripada teknik-teknik yang sudah diketahui.
Potential Development of Brayut Cultural Village, Sleman District, Yogyakarta Ariadi, Adyanti Putri; Wihardyanto, Dimas; Roychansyah, Muhammad Sani
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 20, No 1 (2018): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v20i1.11568

Abstract

Brayut Tourism Village is an agricultural and culture - based tourism village located in Sleman Regency. Thepotential of nature and culture is very interesting to be developed further. However, during its development, there aresome emerging issues which damage the environment and the life of Brayut Tourism Village society. The purpose of thisresearch is to maintain and preserve the potential for sustainable tourism of Brayut Village. This research used aqualitative descriptive method, including explaining development strategy covering various aspects, which are theenvironmental, sociocultural, and economic direction of physical and non-physical development. For the sake of thecontinuity of the uniqueness of nature and culture, Brayut Tourism Village that grows in the middle of Sleman Regencydevelopment area requires sustainable tourism management. The important element in the development of villagetourism is the involvement of villagers in every aspect of tourism activities in the village.