Fatkhul Mubin
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Alhikmah Jakarta, Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

TAFSIR TARBAWĪ: WACANA KHALIFAH DAN KHILĀFAH DALAM REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM HOLISTIK Abd Aziz; Fatkhul Mubin
Al Burhan: Jurnal Kajian Ilmu dan Pengembangan Budaya Al-Qur'an Vol. 21 No. 01 (2021): Al Burhan: Jurnal Kajian Ilmu dan Pengembangan Budaya Al-Qur'an
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.05 KB) | DOI: 10.53828/alburhan.v21i01.223

Abstract

This study is intended to describe the discourse of the caliphate and caliphate in the reform of holistic Islamic education through holistic education. The goal of holistic Islamic education reform is to produce a generation of caliphs with the political thought of the caliphate as caliphs as individuals and groups who have the potential to fight for and realize "the welfare of secular profane life (dunyā), as well as the welfare of sacred religious life (the hereafter), accompanied by safety. Human beings from all forms of suffering (al-nār). Meanwhile, the purpose of establishing a state or caliphate in terms of education is to create prosperity. Therefore, what can guarantee the goal of the State is education, for the realization of benefit and welfare or prosperity is the application of universal principles as taught by Islam, namely the principle of justice in law enforcement, the principle of trust in carrying out duties, responsibilities, and professionalism.
ANALISIS TAFSIR MAQASHIDI TENTANG PELAKSANAAN SALAT JUMAT ONLINE DI ERA PANDEMI Fatkhul Mubin; Made Saihu
Al Burhan: Jurnal Kajian Ilmu dan Pengembangan Budaya Al-Qur'an Vol. 21 No. 02 (2021): Al Burhan: Jurnal Kajian Ilmu dan Pengembangan Budaya Al-Qur'an
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (667.56 KB) | DOI: 10.53828/alburhan.v21i02.388

Abstract

Kajian ini membahas tentang paradigma tafsir maqashidi tentang salat Jumat era pandemi. Penelitian ini merupakan suatu jenis kualitatif yang ditempuh melalui studi pustaka Pelaksanaan salat Jumat online adalah tidak sah. Setidaknya, hal ini dapat ditinjau dari dua aspek; pertama, aspek prinsip dasar dan tujuan diturunkan syariat Islam (maqāṣid al-syarī’ah), di mana menjaga din al-Islam terkait pokok ibadah diwujudkan dalam model ibadah seperti, iman, kalimat syahadat, salat, zakat puasa dan haji, sementara menjaga keberlangsungan jiwa dan akal adalah pokok ‘adāt (adat) yang diwujudkan dengan aktifitas seperti makan, minum, pakaian dan tempat tinggal, untuk menjaga keberlangsungan jiwa dan akal manusia. Menjaga ibadah salat sesuai dengan sunah Nabi Muhammad saw. menjadi bagian dari ḥifzu al-dīn (menjaga agama, sehingga tidak tepat jika ada yang berupaya mengubah pola ibadah salat Jumat yang hukum asalnya merupakan satu bangunan yang utuh. Syariat Islam telah memberikan rukhsah bagi setiap muslim yang wajib atasnya salat Jumat untuk menggantinya dengan salat Zuhur sebanyak empat rakaat dan tidak perlu berkumpul dengan orang banyak ketika terdapat hal yang menghalanginya; Kedua, aspek tinjauan fikih Islam. Salat Jumat mensyaratkan adanya jemaah salat dan tidak sah dilakukan secara individu-individu, di mana imam dan makmum harus berada pada satu tempat secara hakiki.
THE DEVELOPMENT OF THE MODERN SOCIETY ORDER MOVEMENT IN INDONESIA AND PAKISTAN Ekawati Ekawati; Yani’ah Wardhani; Fatkhul Mubin
Hikmah: Journal of Islamic Studies Vol 18, No 1 (2022): Hikmah: Journal of Islamic Studies
Publisher : STAI ALHIKMAH Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47466/hikmah.v18i1.205

Abstract

AbstractUrban Sufism is a phenomenon that occurs in almost all major cities in the world. In a metropolis environment that is increasingly strongly influenced by postmodern culture, the presence of classes of spirituality is both promising and worrying. On the one hand, the discourse of spirituality becomes the guardian of the "sanctity of the soul". But on the other hand, spirituality is also feared to be trapped in the mechanisms of life of postmodern society. This research is an academic study to determine  the impact of the tarekat movement on people's lives in Indonesia and Pakistan, as well as enrich the  insight into social and diverse life a.  The research method used in this research is a qualitative method carried out through tracing and reviewing information from a number of library materials (library research) and interviews. AbstraksUrban Sufism merupakan fenomena yang terjadi nyaris di segenap kota besar di dunia. Dalam lingkungan masyarakat metropolis yang kian kuat dipengaruhi budaya postmodern, kehadiran kelas-kelas spiritualitas merupakan sesuatu yang menjanjikan sekaligus mengkhawatirkan. Di satu sisi, wacana spiritualitas menjadi penjaga “kesucian jiwa”. Namun di sisi lain, spiritualitas juga dikhawatirkan dapat terperangkap dalam mekanisme kehidupan masyarakat posmodern. Penelitian ini adalah sebuah study akademis untuk mengetahui dampak gerakan tarekat pada kehidupan masyarakat di Indonesia dan Pakistan, serta memperkaya wawasan kehidupan bermasyarakat dan beragama. Metode penelitian yang digunakan pada penelitin ini adalah metode kualitatif yang dilakukan melalui penelusuran dan pengkajian informasi dari sejumlah bahan pustaka (library research) dan wawancara. 
KONSEP AYAT-AYAT AL-QUR’AN VIS A VIS AYAT-AYAT SETAN DALAM KAJIAN ‘ULUMUL QUR’AN Abu Khaer; Fatkhul Mubin
Al Burhan: Jurnal Kajian Ilmu dan Pengembangan Budaya Al-Qur'an Vol. 22 No. 01 (2022): Al Burhan: Jurnal Kajian Ilmu dan Pengembangan Budaya Al-Qur'an
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53828/alburhan.v22i01.744

Abstract

This study is aimed at exposing the conception of the verses of the Qur'an vis a vis the Verses of Satan. Salman Rushdie with his work The Satanic Verses (Satanic Verses) once shocked the Islamic world, by trying to counter the belief of Muslims in the sacredness of the verses of the Qur'an. Uniquely, Rushdie's view is actually contained in the treasures of Islam itself, namely the Qissat al-gharānīq (Story of the Crane). Although its validity is doubtful, narrations about Satan's verses have been included in various commentaries, including: Tafsr al-Thabari, Tafsr al-Kasyaf, Tafs Jar Jalalayn and others. They raised the devil's whispering verse (gharānīq) when interpreting verse 52 of surah al-Hajj.