Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KUALITAS LAMINASI KAYU AKASIA (Accacia mangium) MENGGUNAKAN PEREKAT ISOSIANAT Meylida Nurrachmania; Rozalina Rozalina; Simon Sidabukke
Menara Ilmu Vol 14, No 2 (2020): VOL. XIV NO. 2 JULI 2020
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31869/mi.v14i2.1772

Abstract

Kayu laminasi ini terbuat dari potongan-potongan balok kayu yang direkatkan dengan perekat sehingga menjadi kayu yang dapat dimanfaatkan kembali. Pembuatan kayu laminasi ini membutuhkan perekat dengan kualitas yang sesuai dengan sifat-sifat kayu yang akan digunakan sehingga perekat dapat bertahan lama pada kayu tersebut. Kayu laminasi dibuat dengan. Kayu lamina dibuat sebanyak 18 buah untuk perlakuan berat labur (270, 280 dan 290 g/m2) dan bidang permukaan kayu (radial dan tangensial) dengan teknik pelaburan (double glue spread) dengan masing-masing 3 ulangan. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh kadar air berkisar antara 9,87 – 11,53%, kerapatan 0,65 – 0,78 gr/cm3, keteguhan rekat seluruhnya memenuhi standar SNI JAS 234 2003 yang mensyaratkan nilai keteguhan rekat ≥ 54 gr/cm2, Nilai wettability yaitu keterbasahan kayu untuk Metode Tinggi Air Absorbsi Terkoreksi (TAAT) yaitu sebesar 215,65 mm dan untuk metode sudut kontak sebesar 47,80 (bidang rekat radial) dan 50,30 (bidang rekat tangensial). Berdasarkan metode suduk kontak, nilai pembasahan kayu meranti dengan perekat isosianat yang terjadi baik karena nilai sudut kontaknya dibawah 90o. Perlakuan berat labur berpengaruh nyata terhadap kekuatan garis rekat, namun bidang rekat dan interaksi keduanya (berat labur dan bidang rekat) menunjukkan tidak memberikan pengaruh terhadap kekuatan garis rekat
Pertumbuhan Eucalyptus urophylla St Blake Di Kabupaten Humbang Hasundutan (Growth of Eucalyptus urophylla St Blake in Humbang Hasundutan District) Benteng Sihombing; Rozalina Rozalina
Median : Jurnal Ilmu Ilmu Eksakta Vol. 14 No. 2 (2022): Jurnal Median
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (814.487 KB)

Abstract

The demanded of raw matters wood of pulp/ papers industries in Indonesia every year has been increased. The government was spruced wood production by man made forest society. In Humbang Hasundutan district, the implementation man made forest society was developed by pattern of foster father. The aims of this reasearcing are to know the wood potency of Eucalyptus urophylla St Blake in man made forest society in Humbang Hasundutan district. The result of Eucalyptus urophylla St Blake research in 3 different sites are knowed that there are differencing in growth and if it comparin to the grotwh of Eucalyptus urophylla St Blake on Toba Pulp Lestari Limited Corporate area. Based on data analysis show there is a indicated the growth of Eucalyptus urophylla St. Blake in Toba Pulp Lestari Limited Corporate area best growing than all site in man made forest society area in Humbang Hasundutan district. The wood potency in 3 site man made forest society area in Humbang Hasundutan district has smaller than wood potency of Toba Pulp Lestari Limited Corporate area.
PEMANFAATAN AIR LAUT MENJADI GARAM DENGAN METODE SUNGKUP DI DESA SIMPANG LHEE KOTA LANGSA Rozalina Rozalina; Ekariana S. Pandia; Ainul Mardiyah; Nasrul ZA
AMALIAH: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol. 6 No. 2 (2022): Amaliah: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LP2M UMN AL WASHLIYAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32696/ajpkm.v6i2.1689

Abstract

Desa Simpang Lhee adalah salah satu desa di Kota Langsa yang sebagian besar wilayahnya merupakan daerah rawa pertambakan. Luas desa Simpang Lhee adalah 501 hektar dengan jumlah penduduk 1178 jiwa (278 KK). Produksi unggulan desa ini adalah terasi dengan bahan baku udang rebon yang ditambahkan garam didalamnya. Permasalahan yang dihadapi adalah bahan baku garam ini di datangkan dari Sumatera Utara yang mengakibatkan harga garam tinggi serta ketidaktersedian garam setiap saat. Sementara itu air laut sebagai bahan baku membuat garam melimpah di Desa Simpang Lhee ini. Potensi melimpah ini tidak dimanfaatkan oleh penduduk setempat, jika ini dikelola dengan baik akan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat. Solusi permasalahan tersebut adalah dilakukan pelatihan dan demplot cara pembuatan garam sederhana kepada masyarakat yaitu dengan pengolahan air laut untuk di jadikan garam menggunakan metode sungkup. Mitra pengabdian ini adalah masyarakat desa tersebut yang lokasi tempat tinggalnya tidak jauh dari rawa dan pertambakan, sehingga dapat dikembangkan menjadi sentra produksi garam. Mitra diperkenalkan proses pembuatan garam untuk meningkatkan pendapatan perekonomian keluarga mitra (masyarakat desa Simpang Lhee). Metode Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan metode Penyuluhan, kemudian dilakukan demontrasi dengan cara membuat demplot pembuatan garam. Hasil pelaksanaan kegiatan masyarakat Simpang Lhee sudah dapat membuat garam dengan menggunakan metode sungkup dan akan mengembangkannya dengan melakukan pemilihan lokasi yang tepat dengan pertimbangan kondisi air pada saat pengisian bak penampung agar mendapatkan hasil lebih baik. Demplot yang dilakukan pada kondisi tanah yang gambut dan berwarna hitam sehingga garam yang dihasilkan juga berwarna.
Analysis of Tree Health in the Pematangsiantar Animal Park, North Sumatra Province Rozalina Rozalina; Meylida Nurrachmania; Ryandi Goklas Pangaribuan
JURNAL PEMBELAJARAN DAN BIOLOGI NUKLEUS (JPBN) Vol 9, No 1 (2023): Jurnal Pembelajaran Dan Biologi Nukleus March 2023
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Labuhanbatu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36987/jpbn.v9i1.3839

Abstract

This study aims to determine acquire data on the species composition and structure of trees, as well as to analyze the health of trees growing in the Pematangsiantar Animal Park. Using the census approach, data collection was conducted. The health state of trees was determined using the Forest Health Monitoring (FHM) method, which measures tree health by categorizing the kind and severity of damage per every plant. Two indicators are utilized to measure tree health: tree damage and tree crown condition. The method of data collection was conducted on trees with a minimum diameter of 20 centimeters. Techniques of data analysis consisting of descriptive and weighted scoring. At the Pematangsiantar Animal Park, there are 49 species of trees and a total of 153 unique trees. Mahogany (Swietenia mahagoni) is the most prevalent tree species, with 21 specimens. The health state of the trees in the Pematangsiantar Animal Park included 48 trees with a healthy status, 93 trees with bad (unhealthy) status, and 12 trees with a sick status, however none were discovered to be in a very sick condition