Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Prekursor peningkatan kegiatan Gunung Tangkubanparahu pada Agustus – September 2012 Ugan Boyson Saing; Ony K. Suganda; Iyan Mulyana; Ahmad Basuki
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 4, No 2 (2013)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5390.261 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v4i2.52

Abstract

ABSTRAKPada 23 Agustus 2012 status Gunung Tangkubanparahu dinaikkan dari Normal (Level 1) menjadi Waspada (Level 2) karena adanya peningkatan aktivitas di Kawah Ratu. Prekursornya meningkat secara seismik, visual, temperatur solfatara, geokimia, dan deformasi. Saat kondisi normal, kegempaan Gunung Tangkubanparahu didominasi oleh gempa vulkanik dangkal (VB) berkisar 5 kejadian per hari, sedangkan vulkanik dalam (VA) kurang dari 1 kejadian per hari. Setelah peningkatan kegiatan, tremor menerus muncul, gempa vulkanikdangkal pada 12 – 20 Agustus 2012 meningkat menjadi 9 – 18 kejadian per hari. Saat status normal, tinggi asap solfatara Kawah Ratu antara 20 – 50 m di atas dasar kawah. Setelah meningkat status Waspada pada 24 Agustus 2012 tinggi asap solfatara menjadi 50 – 100 m dari dasar kawah. Temperatur solfatara dari 106,3o C pada 18 Agustus 2011 naik menjadi 246,0o C pada 24 Agustus 2012 dan 286,0o C pada 11 September 2012. Fluks SO2 solfatara Kawah Ratu dari 0,15 ton/hari pada 24 Agustus 2012 naik menjadi 1,85 ton/hari pada 6 September 2012. Rasio Cl/SO4 dari 0,11 pada Desember 2011 naik menjadi 3,98 pada 24 Agustus 2012 dan 3,52 pada 11 September 2012. Deformasi EDM (PARK – LRNG) mengalami pemanjangan jarak miring (slope) sebesar 2,30 cm pada 9 – 16 September 2012. Bila dibandingkan dengan data GPS bulan Agustus 2012, deformasi GPS pada bulan September 2012 menghasilkan perubahan nilai vektor horizontal sebesar 1,22 – 8,97 cm dengan arah vektor dominan ke luar Kawah Ratu.Kata kunci : gempa vulkanik, solfatara, fluks SO2, rasio Cl/SO4, deformasiABSTRACTOn August 23, 2012 Alert level of Tangkubanparahu Volcano raised from Normal (Level 1) to Level 2 due to an increased activity in the Kawah Ratu. In addition to increasing activity shown by seismic precursors, also improved visually, solfatara temperature, geochemical, and deformation. In normal condition, seismicity of Tangkubanparahu is dominated by shallow volcanic earthquake less than 5 events per day, whereas the deep volcanic earthquake less than 1 event per day. After the increasing activity, continuous tremor appears, number of shallow volcanic earthquake increased on 12 to 20 August 2012 to 9-18 events per day. In Normal status, solfatara plume height of Kawah Ratu was 20-50 m above the bottom of the crater, after increasing on August 24, 2012 (Level 2) solfatara plume height be  50-100 m from the bottom of the crater. Solfatara temperature was 106.3° C on August 18, 2011 raised to 246.0° C on August 24, 2012 and 286.0° C on September 11, 2012. SO2 flux of Kawah Ratu solfatara of 0.15 tonnes/day on August 24, 2012 increased to 1.85 tonnes/day on September 6, 2012. Cl/SO4 ratio of 0.11 in December 2011 raised to 3.98 on August 24, 2012 and 3.52 on 11 September 2012. Lengthening of slope distance of PARK - LRNG was 2.30 cm from 9 to 16 September 2012. Compared to the August 2012 GPS data, deformation on September 2012 changes in the value of the horizontal vector of 1.22 to 8.97 cm with the dominant vector outward from theKawah Ratu Crater.Keywords: volcanic earthquake, solfatara, SO2 flux, Cl/SO4 ratio, deformation
Karakteristik Deformasi Gunungapi Ijen dalam Periode 2002-2005 Hasil Estimasi Metode Survei GPS Hasanuddin Z. Abidin; Muhammad Hendrasto; Heri Andreas; Muhammad Gamal; Mipi A. Kusuma; Umar Rosadi; Iyan Mulyana; Dedi Mulyadi; Ony K. Suganda; Bambang H. Purwanto; Fumiaki Kimata
Journal of Mathematical and Fundamental Sciences Vol. 39 No. 1-2 (2007)
Publisher : Institute for Research and Community Services (LPPM) ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemantauan aktivitas gunungapi dapat dilakukan dengan berbagai metode, dimana salah satunya adalah metode deformasi. Metode ini dapat diimplementasikan menggunakan beragam sensor dan teknik, dimana salah satunya adalah teknik yang menggunakan pengamatan terhadap satelit GPS (Global Positioning System). Makalah ini menjelaskan penggunaan metode survei GPS secara periodik untuk studi deformasi Gunungapi Ijen, gunungapi aktif tipe-A yang terletak di Jawa Timur. Dari hasil survei GPS yang telah dilaksanakan pada Juni 2002, April 2004, Juni 2004 dan Agustus 2005 teramati bahwa pada saat aktivitas gunung Ijen meningkat, pergeseran titik-titik pengamatan dapat mencapai sekitar 1-2 dm, baik dalam komponen horisontal maupun vertikal. Deformasi dalam level ini belum disertai dengan aktivitas letusan dari gunung Ijen.