Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

MIKROFASIES DAN DIAGENESA BATUGAMPING FORMASI ZAAG DI PULAU MISOOL DAN SEKITARNYA Mulyadi, Dedi
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA Technoscientia Vol 3 No 1 Agustus 2010
Publisher : Lembaga Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), IST AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1443.185 KB) | DOI: 10.34151/technoscientia.v3i1.430

Abstract

The study of carbonate rocks of Zaag Formation shows that the carbonate rock of Paleo-cene-Eocene occurred in Misool Island and outcropped among the rock of Paleozoik– Tertiary. The field survey shows that the Zaag Formation is outcropped at the mid part of the Misool Island from the west to east and also at several the surrounding small islands. The petrography analysis indicated that there are two facies forming the Zaag Formation, indicated found it was form at shoal environment of Packstone Facies and Grainstone Facies. The diagenesis process observed at the thin section is micritisation, cementation, dissolution and tectonic activity.
FASIES DAN DIAGENESA FORMASI GAMPING-WUNGKAL DI DAERAH BAYAT, KLATEN JAWA TENGAH Mulyadi, Dedi; Siregar, M. Safei; -, Praptisih
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA Academia Ista Vol 12 No 02 Februari 2008
Publisher : Lembaga Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), IST AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1532.866 KB) | DOI: 10.34151/technoscientia.v0i0.2007

Abstract

The limestone of Wungkal Formation is the old tertiary sedimentary rocks existing between the metamorphic rock in Bayat complex, Klaten, Central Java.A thin section analysis was conducted on the limestone samples resulted in two facieses of carbonates, the foraminifera packstone and the foram-algal packstone. The diagenesis process includes microbal micritisation, cementation, dissolution and com-pacttion. Diagenesis occurred from marine environment, fresh water and burial. The for-mation of the Wungkal formation limestone took place during the mid Eocene to late Eo-cene at the basin slope of the shallow to slightly deep marine environment.
KESESUAIAN LAHAN BERDASARKAN INDEKS KONSERVASI SECARA SPASIAL DI DAS CIASEM HULU, SUBANG Lestiana, Hilda; Mulyono, Asep; Maria, Rizka; Mulyadi, Dedi
LIMNOTEK - Perairan Darat Tropis di Indonesia Vol 26, No 2 (2019)
Publisher : Research Center for Limnology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fenomena alih fungsi lahan hutan dan pertanian menjadi kawasan permukiman, industri dan wisata (kawasan  terbangun) di wilayah pengembangan Jalancagak Kabupaten Subang dari tahun ke tahun relatif cepat. Kecenderungan degradasi lahan  akibat perubahan penggunaan lahan akan terus berlangsung dan sangat perlu mendapat perhatian dikarenakan wilayah ini termasuk ke dalam kawasan resapan air. Kajian kesesuaian lahan berdasarkan perhitungan indeks konservasi telah dilakukan. Indeks konservasi menunjukkan kemampuan suatu wilayah untuk menyerap air hujan yang jatuh kepermukaan tanah dan  menjadi imbuhan air tanah yang dihitung berdasarkan variabel kemiringan lereng, jenis batuan, jenis tanah, curah hujan, dan penggunaan lahan.Penilaian kesesuaian lahan berdasarkan nilai indeks konservasi dilakukan pada tahun 2009, 2014 dan RTRW tahun 2030. Hasilanalisis menunjukkan skenario penggunaan lahan RTRW tahun 2030 mampu mengurangi lahan-lahan yang dikategorikan kritis di wilayah Sub DAS Ciasem hulu dibandingkan dengan tahun 2009 dan 2014.Kata kunci : indeks konservasi, penggunaan  lahan, wilayah pengembangan
MIKROFASIES DAN DIAGENESA BATUGAMPING FORMASI ZAAG DI PULAU MISOOL DAN SEKITARNYA Mulyadi, Dedi
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA Technoscientia Vol 3 No 1 Agustus 2010
Publisher : Lembaga Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), IST AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/technoscientia.v3i1.430

Abstract

The study of carbonate rocks of Zaag Formation shows that the carbonate rock of Paleo-cene-Eocene occurred in Misool Island and outcropped among the rock of Paleozoik– Tertiary. The field survey shows that the Zaag Formation is outcropped at the mid part of the Misool Island from the west to east and also at several the surrounding small islands. The petrography analysis indicated that there are two facies forming the Zaag Formation, indicated found it was form at shoal environment of Packstone Facies and Grainstone Facies. The diagenesis process observed at the thin section is micritisation, cementation, dissolution and tectonic activity.
FASIES DAN DIAGENESA FORMASI GAMPING-WUNGKAL DI DAERAH BAYAT, KLATEN JAWA TENGAH Mulyadi, Dedi; Siregar, M. Safei; -, Praptisih
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA Academia Ista Vol 12 No 02 Februari 2008
Publisher : Lembaga Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), IST AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/technoscientia.v0i0.2007

Abstract

The limestone of Wungkal Formation is the old tertiary sedimentary rocks existing between the metamorphic rock in Bayat complex, Klaten, Central Java.A thin section analysis was conducted on the limestone samples resulted in two facieses of carbonates, the foraminifera packstone and the foram-algal packstone. The diagenesis process includes microbal micritisation, cementation, dissolution and com-pacttion. Diagenesis occurred from marine environment, fresh water and burial. The for-mation of the Wungkal formation limestone took place during the mid Eocene to late Eo-cene at the basin slope of the shallow to slightly deep marine environment.
ANALISIS KERENTANAN PENCEMARAN AIR TANAH DENGAN PENDEKATAN METODE DRASTIC DI BANDUNG SELATAN Khori Sugianti; Dedi Mulyadi; Rizka Maria
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (930.871 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v7i1.91

Abstract

AbstrakPertumbuhan penduduk menyebabkan peningkatan kebutuhan air bersih sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia yang berkelanjutan. Penanganan pemenuhan kebutuhan air bersih dilakukan oleh pemerintah melalui PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) dan dengan regulasi pembatasan pemakaian air tanah. Pencemaran merupakan salah satu penyebab utama penurunan kualitas air tanah, terutama di daerah perkotaan seperti halnya di Kabupaten Bandung bagian Selatan. Penurunan kualitas air tanah ditandai dengan terdeteksinya kehadiran beberapa polutan diantaranya logam berat, nitrit, nitrat, dan bakteri coli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran kerentanan dan menentukan tingkat kerentanan pencemaran dengan metode DRASTIC yang mencerminkan kerentanan statis. Parameter yang digunakan dalam pengklasifikasian tingkat kerentanan, antara lain: kedalaman permukaan air tanah, curah hujan, jenis akuifer, tekstur tanah, kemiringan lereng, jenis zona tak jenuh, dan konduktivitas hidrolik akuifer. Berdasarkan hasil analisis parameter DRASTIC, Bandung Selatan memiliki dua tingkat kerentanan, yaitu rendah (52,83%) dan sedang (47,17%). Faktor yang dominan memengaruhi tingkat kerentanan pada masing–masing wilayah berbeda, faktor yang paling dominan adalah kondisi geologi, kemiringan lereng, dan jenis akuifer.Kata kunci: kerentanan, air tanah, metode DRASTIC, pencemaranABSTRACTPopulation growth leads to an increase in need for clean water as one of the continuing basic human needs. The handling of the need of clean water is carried out by the government through the Water Local Government Owned Company (PDAM) and by the restriction regulatory on the use of groundwater. Pollution is one of the main causes of groundwater quality deterioration in urban areas as in the southern part of Bandung Regency. The decline in the quality of groundwater is characterized by the presence of several pollutants including heavy metals, nitrite, nitrate, and coli bacteria. This study aims to determine the distribution of vulnerability and to determine the level of vulnerability of contamination using DRASTIC methods that reflect the static susceptibility. The parameters used in the classification of the degree of vulnerability among others: the depth of groundwater level, rainfall, aquifer type, soil texture, slope, type of unsaturated zone, and hydraulic conductivity of the aquifers. Based on the DRASTIC parameter analyses, the southern part of Bandung Regency has two levels of vulnerability: low (52,83 %) and moderate (47,17 %). The dominant factor affecting the level of vulnerability in each different region, the dominant factor are geological condition,slope, and aquifer types.Keywords: vulnerability, groundwater, DRASTIC method, contaminant
EFEKTIVITAS PENEMPATAN PEGAWAI TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PADA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BANTEN Dedi Mulyadi; Rosilawati Rosilawati
Business Journal : Jurnal Bisnis Dan Sosial Vol 5 No 2a (2019): November
Publisher : Program Studi Administrasi Bisnis, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/businessjournal.v5i2a.4697

Abstract

Penelitian ini memiliki tujuan untuk memberikan jawaban atas permasalahan pada dinas kelautan dan perikanan di Provinsi Banten dikaitkan dengan penempatan pegawai yang dilakkan oleh pimpinan. Metode penelitian menetapkan teknik non-probability sampling dengan pendekatan sampling jenuh artinya bahwa seluruh populasi (60 orang) ditetapkan menjadi sample. Dari hasil penelitian ini jawaban sebanyak 56 orang atau 93,33 % menyatakan ”Ya” bahwa setiap pegawai harus memiliki pengetahuan pekerjaan, sehingga dapat memberikan kemudahan dalam pencapaian hasil pekerjaan. Sedangkan menurut pendapat sebagian responden sebanyak 4 orang atau 06,67% menyatakan ”Kurang”, dan sebagian responden sebanyak 0 (nol) orang atau 0 % menyatakan ”Tidak”. Dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini setiap pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sudah memiliki pengetahuan dalam pekerjaannya. Kata Kunci Organisasi, Revolusi Industri, Sumber Daya Manusia.
ANALISIS STRATEGI PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL DAN MENEGAH PADA DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN KARAWANG Dedi Mulyadi
BUANA ILMU Vol 2 No 2 (2018): Buana Ilmu
Publisher : Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/bi.v2i2.334

Abstract

ABSTRAK Permasalahan pokok yang dihadapi IKM adalah: rendahnya produktivitas, yang disebabkan oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia khususnya dalam bidang manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, pemasaran. keterbatasan akses permodalan, penguasaan teknologi, manajemen informasi dan pasar. Untuk itu dibutuhkan komitmen dan kepedulian yang tinggi dari Disperindagtamben Kabupaten Karawang yang memiliki kepentingan dalam pemberdayaan IKM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi Disperindagtamben Kabupaten Karawang dalam memberdayakan IKM di Karawang. Penelitian ini menggunakan metode deksriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang menguraikan dan memaparkan masalah yang ada sehingga memperoleh gambaran tentang objek yang diteliti dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi serta di analisis lebih lanjut menggunakan metode analisis SWOT, strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang), threats (ancaman). Penelitian ini menyimpulkan bahwa, Strategi yang dilakukan oleh Disperindagtamben Kabupaten Karawang dalam memberdayakan IKM adalah dengan cara melakukan kegiatan dan program baik jangka pendek maupun jangka panjang, yaitu dengan cara bekerjasama dengan lembaga lain, baik pemerintah maupun swasta, dan dengan cara melaukan sosialisi, pelatihan, pembinaan, serta pendataan IKM. Sedangkan hal-hal yang mempengaruhi Disperindagtamben Kabupaten Karawang dalam mengembangkan IKM adalah terbatasnya sarana dan prasarana yang berfungsi untuk memfasilitasi IKM, kurangnya partisipasi masyarakat dalam dunia usaha, serta teknologi dan informasi yang belum memadai. Kata Kunci: Strategi Pemberdayaan, Industri Kecil Dan Menegah (IKM)
Implikasi Penambangan Batugamping Terhadap Kondisi Hidrologi di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Achmad Subardja Djakamihardja; Dedi Mulyadi
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 23, No 1 (2013)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1563.14 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2013.v23.69

Abstract

Abstrak  Masalah utama yang timbul akibat kegiatan penambangan batugamping di Citeureup adalah hilangnya vegetasi dan tanah penutup serta terjadinya perubahan morfologi dan  topografi, yang diikuti dengan perubahan karakteristik tanah maupun batuan. Terpotongnya bukit akibat penambangan telah menyisakan batugamping yang relatif masif dan minimal rekahan, sehingga menghambat aliran air ke dalam tanah, yang berlanjut terhadap perubahan sistem hidrologi. Kondisi tanah pada sebagian lahan revegetasi pascatambang di penambangan Citeureup ditandai dengan kecilnya kemampuan resapan air. Terjadinya pemadatan dalam penimbunan tanah pucuk pada reklamasi lahan pascatambang dan tertutupnya rekahan (porositas sekunder) batugamping pada lantai tambang menyebabkan terhambatnya laju infiltrasi. Untuk memperbaiki kondisi hidrologi pascatambang, diperlukan upaya mempertahankan porositas sekunder pada lantai tambang dengan membuat rekahan buatan (artificial crack), menghindari pemadatan pada penimbunan kembali tanah pucuk (back filling), serta revegetasi tanaman dengan perakaran yang mampu memecah batugamping. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan infiltrasi pada tanah timbun, mempercepat kembali proses pelarutan, ditambah pelebaran rekahan oleh akar tanaman, sehingga akan memperbesar porositas batugamping. Upaya ini diharapkan berdampak terhadap mening-katnya kapasitas simpan batugamping sebagai reservoir airtanah, seperti kondisi sebelum ditambang.
KLASIFIKASI TINGKAT KERENTANAN GERAKAN TANAH DAERAH SUMEDANG SELATAN MENGGUNAKAN METODE STORIE Khori Sugianti; Dedi Mulyadi; Dwi Sarah
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 24, No 2 (2014)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1537.977 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2014.v24.86

Abstract

South Sumedang area often experiences landslides, which claimed many physical and economical losses. The detailed knowledge of landslide susceptibility based on its physical properties is required to aid the mitigation measures in this area. This study aims to classify the levels of susceptibility of landslides in South Sumedang using Storie method. Physical parameters such as landuse, slope, geology, and precipitation data were used as the input to calculate the Storie Index. The results show that the South Sumedang area has five landslide susceptibility levels: very low, low, medium, high and very high. Most previous landslide locations are within the medium to very high susceptibility zone such as in South Sumedang district, Rancakalong, Situraja and Darmaraja. The landslides took place at bare land with little vegetation, slightly steep to steep slopes and composing rocks of the young volcanic products with medium precipitation/moist.ABSTRAKDaerah Sumedang bagian selatan sering mengalami bencana gerakan tanah yang dapat menimbulkan berbagai kerugian fisik dan ekonomi. Pengetahuan mendetail mengenai tingkat kerentanan gerakan tanah diperlukan untuk mendukung upaya mitigasi gerakan tanah di daerah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasi tingkat kerentanan gerakan tanah daerah Sumedang Selatan dengan mengggunakan metode Storie. Parameter karakteristik fisik wilayah berupa tataguna lahan, kelerengan, geologi dan curah hujan digunakan sebagai masukan perhitungan Indeks Storie. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah Sumedang Selatan memiliki lima tingkat kerentanan gerakan tanah, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Sebagian besar lokasi longsor berada pada daerah dengan tingkat kerentanan gerakan tanah sedang hingga sangat tinggi seperti di Kecamatan Sumedang Selatan, Rancakalong, Situraja, dan Darmaraja. Analisis hasil klasifikasi menunjukkan bahwa tingkat kerentanan dipengaruhin oleh tataguna lahan, kemiringan, jenis tanah penyusunan, dan curah hujan sebagai faktor pemicu. Gerakan tanah terjadi pada daerah dengan tataguna lahan bervegetasi sedikit, lereng agak curam hingga curam, dan pada litologi batuan penyusun berupa produk gunungapi muda dengan curah hujan sedang/lembab.