Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Teknik Industri Untirta

Usulan Penjadwalan Produksi Dengan Metode Campbell Dudek Smith, Heuristic Pour dan Palmer Untuk Meminimasi Makespan Di PT. Krakatau Wajatama Muhammad Kholis Majid Hasan Nova; Muhammad Adha Ilhami; Kulsum -
Jurnal Teknik Industri Untirta VOL. 5 NO. 1 MARET 2017
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.017 KB)

Abstract

PT. Krakatau Wajatama merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang memproduksi baja, salah satunya adalah baja profil yaitu produk IWF.150, IWF. 250, U.150, dan U.250. Bahan Baku yang digunakan adalah Bloom. Tipe aliran pada proses pembuatan baja profil adalah flowshop dengan 6 mesin yaitu mesin. Permintaan konsumen terhadap produk IWF.150, IWF.250, U.150, dan U.250 sangat tinggi yaitu sebesar 70% dibandingkan dengan produk jenis yang lain. Urutan pengerjaan job yang dilakukan tidak menggunakan metode apapun, sehingga waktu penyelesaian untuk seluruh job menjadi lama melebihi 29 hari atau 696 jam, maka perlu adanya minimasi waktu penyelesaian seluruh job (makespan).Minimasi makespan yang dilakukan dapat memendekan waktu penyelesaian seluruh job, sehingga dapat mencapai target produksi dan dapat meningkatkan kapasitas produksi. Tujuan peneltian ini adalah untuk menentukan urutan job yang optimal agar diperoleh makespan yang minimum dengan metode CDS, Heuristic Pour, dan Palmer dan mengetahui nilai makespan yang minimum yang dihasilkan dari penjadwalan yang dilakukan. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, diperoleh makespan untuk kondisi eksisting sebesar 755,55 jam, metode CDS sebesar 666,24 jam, metode Heuristic Pour sebesar 666,24 jam, dan metode Palmer sebesar 865,43 jam, maka didapatkan metode yang optimal yaitu metode CDS dan Heuristic Pour dengan makespan sebesar 666,24 jam dan urutan job 1-4-3-2 atau urutan job yang dikerjakan dimulai dari produk IWF.150, kemudian U.250, kemudian U.150, dan job terakhir yaitu IWF.250.
Penjadwalan Mesin Pada Pola Aliran Flow Shop Multi Stage Dengan Sistem Lelang Untuk Meminimasi Weighted Tardiness Roy Kinson; Muhammad Adha Ilhami; Kulsum -
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 5 NO. 2 JULI 2017
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (740.545 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan di perusahaan manufaktur yang memproduksi baja gulungan dan lembaran. Baja gulungan ini dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan ukuran ketebalannya yaitu lite dengan ukuran ketebalan ≤ 0,2 mm, medium dengan ukuran ketebalan 0,21 mm – 0,59 mm, dan heavy dengan ukuran ketebalan ≥ 0,6 mm. Dalam proses pembuatannya baja gulungan ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu full hard yang diproses dengan mesin CPL, CTCM, dan ECL, sedangkan jenis soft yang diproses dengan mesin CPL, CTCM, ECL, BAF, dan TPM. Proses produksi baja gulungan ini membentuk pola aliran flow shop multi stage, dimana setiap job akan melewati satu kali proses dalam satu mesin untuk kemudian diproses di mesin berikutnya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penjadwalan dengan menggunakan metode sistem lelang (auction based) untuk meminimasi weighted tardiness dan membandingkan jadwal produksi usulan dengan jadwal existing di perusahaan. Model penjadwalan sistem lelang dengan tujuan minimasi weighted tardiness yang dipakai adalah model penjadwalan Ilhami (2010) dengan memodifikasi aturan list scheduling. Pada penelitian ini metode SPT-F, SPT-B, LPT-F, dan LPT-B digunakan sebagai perbandingan dengan hasil penjadwalan sistem lelang. Dari hasil penelitian didapat nilai weighted tardiness penjadwalan dengan sistem lelang sebesar 24 dengan tardiness 16 hari, dengan metode SPT-F didapat weighted tardiness sebesar 201 dengan tardiness 104 hari, dengan metode SPT-B didapat weighted tardiness sebesar 129 dengan tardiness 20 hari, dengan metode LPT-F didapat weighted tardiness sebesar 129 dengan tardiness 67 hari, dengan metode LPT-B didapat weighted tardiness sebesar 45 dengan tardiness 25 hari, dan pada jadwal existing perusahaan didapat weighted tardiness sebesar 153 dengan tardiness 88 hari. Dari hasil analisa dapat diketahui bahwa penjadwalan sistem lelang adalah yang paling baik karena memberikan nilai weighted tardiness paling kecil diantara keenam penjadwalan yang telah dilakukan. Dengan urutan jadwal pada mesin CPL adalah job 1 – job 2 – job 6 – job 4 – job 5 – job 3, pada mesin CTCM adalah job 1 – job 2 – job 6 – job 4 – job 5 – job 3, pada mesin ECL1 adalah job 1 – job 2 – job 4 – job 5, pada mesin ECL2 adalah job 6 – job 3, pada mesin BAF job 6 – job 4 – job 5, dan pada mesin TPM adalah job 6 – job 4 – job 5.