Asep Mulyono
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pemodelan Hidrologi Longsoran di Lereng Km 1, Jalur Lintas Barat Liwa - Krui, Lampung Barat Prahara Iqbal; Asep Mulyono; Arifan Jaya Syahbana
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 7, No 2 (2016)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (883.443 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v7i2.95

Abstract

ABSTRAKKejadian longsoran di jalur lintas barat Liwa - Krui sering terjadi yang menyebabkan putusnya jalur perekonomian antar- daerah. Longsoran yang terjadi dominan berjenis longsoran translasi tanah yang diakibatkan oleh infiltrasi airhujan. Pemodelan hidrologi di salah satu lereng jalur lintas barat Liwa - Krui Km 1 telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui proses terjadinya longsoran dan untuk memilih solusi penanggulangan yang tepat. Metode yang digunakan adalah pemetaan geologi, analisis geoteknik, dan pemodelan hidrologi. Pemodelan hidrologi dilakukan dengan simulasi numerik yang menggunakan data laboratorium. Hasil analisis menunjukkan bahwa longsoran yang terjadi di lereng jalur lintas barat Liwa - Krui Km 1 adalah longsoran translasi dangkal yang disebabkan oleh penjenuhan tanah akibat infiltrasi air hujan. Penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memasang lapisan impermeabel berupa lapisan semen.Kata kunci: jalur lintas barat Liwa - Krui, longsoran, pemodelan hidrologiABSTRACTLandslide phenomena at Liwa - Krui west cross road oftenly occur causing loss of inter-regional economic lines. The landslide type predominantly is soil translational slide, caused by rain water infiltration. Slope hydrological modeling at Liwa - Krui west cross road Km 1 was conducted with purposed to determine the occurrence of landslide and choose the right mitigation solution. The methodology used consists of geological mapping, geotechnical analysis, and hydrological modeling. Hydrological modeling was carried out by numerical simulation using laboratory data. The analysis show that the landslide on the Liwa - Krui west cross road slopes is translational shallow landslide, triggered by the soil saturation due to rainfall infiltration. The mitigation method that can be applied to overcome this problem is to place an impermeable layer such as cement on the slope face.Keywords: Liwa - Krui West Cross road, landslide, hydrological modeling
SLOPE STABILITY EVALUATION OF VOLCANIC SOIL AT LIWA-BUKIT KEMUNING WEST TRAFFIC ROAD, WEST LAMPUNG Prahara Iqbal; Asep Mulyono; Arifan Jaya Syahbana
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 8, No 2 (2017)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.57 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v8i2.116

Abstract

Slope stability modeling conducted on two cut slopes which has two different volcanic soil types at Liwa-Bukit Kemuning west traffic road, Lampung Barat. Numerical simulations is the method which used. This method describe changes in the value of the safety factor when it rains. Results of the analysis illustrates that the highest safety factor was obtained on the slopes of sandy soil. Modeling illustrates also the decreasing safety factor when it rains.
Karakteristik Fisik Tanah Longsoran di Jalur Transek Liwa-Bukit Kemuning, Lampung Barat Asep Mulyono; Prahara Iqbal
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 6, No 1 (2015)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2044.141 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v6i1.72

Abstract

ABSTRAKJalur transek Liwa–Bukit Kemuning merupakan akses jalan utama menuju beberapa wilayah di Sumatra Selatan, Bengkulu, dan wilayah lainnya di Sumatra. Longsor di lereng sepanjang jalur ini sering terjadi yang mengakibatkan jalan terputus. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan sebaran titik potensi longsoran dan mengetahui karakteristik fisik tanah di zona longsoran. Identifikasi ini diharapkan dapat menambah data kebencanaan daerah serta rekomendasi guna peningkatan kewaspadaan terhadap bencana longsoran di sepanjang jalur lintas barat. Longsoran pada jalur transek Liwa-Bukit Kemuning teramati sebanyak empat titik lokasi dan yang berpotensi untuk terjadi longsoran teramati sebanyak dua puluh sembilan titik lokasi. Longsoran terjadi pada Formasi Hulusimpang sebanyak satu lokasi, pada Formasi Ranau sebanyak satu lokasi, dan dua lokasi pada Formasi Gunung Api Kuarter. Karakteristik tanah di jalur transek Liwa-Bukit Kemuning menunjukkan tingkat kompresibilitas pasir halus dan plastisitas tanah lanau yang tinggi dan tergolong pada pasir halus diatomae serta lanau anorganik dengan batas plastis lebih dari 50%. Jenis tanah di daerah ini sangat umum berupa hasil pelapukan material vulkanik dan endapan abu vulkanik. Tipe tanah tersebut rentan terhadap kenaikan tekanan air pori dan perubahan sifat fisik sebagai penyebab faktor utama pemicu terjadinya longsoran.Untuk mengurangi terjadinya longsoran di jalur transek Liwa-Bukit Kemuning diperlukan perbaikan pada proses pemotongan lereng jalan agar lebih landai, penanaman tanaman penutup tanah untuk mengurangi erosi dan jaringan drainase serta mengoptimalkan bronjong atau dinding penahan lereng.Kata Kunci: Longsoran, pemetaan, Jalur transek Liwa – Kemuning, Sumatra.ABSTRACTLiwa-Bukit Kemuning transect road is an access point to some regions in Sumatra main roads such as South Sumatra, Bengkulu, and other regions located in Sumatra. Landslide occurrence on the slopes along the roads often resulted in access disconnecting. This study aims to map the distribution of landslide potential and knowing the soil/rock landslide zone physical properties. This identification is expected to add the disaster data/information and public awareness along the roads. Landslide events at the Liwa - Bukit Kemuning transect road are observed in four locations and there are twenty nine potential locations. Landslide occured in one location at Hulusimpang Formation, one location at Ranau Formation, and two locations at Quaternary Volcanic Formation. The characteristics of the Liwa-Bukit Kemuning transect road soil indicates the level of high soil compressibility and plasticity. This soil is classified as diatomaceous fine sand and inorganic silt with plastic limit of more than 50%. The type of soil in this area is very common as the result of weathering volcanic material and deposition of volcanic ash. The soil types are prone to rise in pore water pressure and changes in physical properties as the main factor for triggering the occurrence of landslide. Efforts to reduce the occurrence of landslide at the Liwa-Bukit Kemuning transect road are gentle slope cutting, planting cover crops to reduce erosion and to optimize the gabion or retaining wall.Keywords: Landslide, mapping, Liwa - Kemuning transect road, Sumatra.
MODELLING OF LAND SUBSIDENCE ALONG TANAH MAS -PELABUHAN SECTION SEMARANG CITY USING FINITE ELEMENT METHOD Dwi Sarah; Arifan J. Syahbana; R. Fajar Lubis; Asep Mulyono
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 21, No 2 (2011)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1811.957 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2011.v21.50

Abstract

ABSTRACT Land subsidence has been an apparent problem in the northern part of Semarang city, Central Java, which has caused enormous physical and economical impacts. This area is underlain by alluvium sediments of clay, silt, sand and gravel. The nature of the alluvium soil is soft and highly compressible which induces natural consolidation to occur. The lowering of groundwater table due to exploitation and loads of building and earth fill accelerate the rate of consolidation settlement. A study of land subsidence modeling was carried out in the northern part of Semarang city. Collection and analysis of data on the geology, hydrology, soil properties and monitored settlements were conducted. Modeling of land subsidence involved stress deformation analysis using finite element method. The settlements computed for selected section of the city of Semarang were compared with measurements of settlement in the city area. The simulation results appear to be in reasonably good agreement with the measurement results. Simulation results at selected section indicated that the contribution of lowering groundwater table factor accounts for less than 50% of total monitored subsidence. Meanwhile simulation results using application of external loading and lowering of groundwater table showed better agreement with the monitored subsidence. Information of magnitude and factors causing land subsidence is important particularly for city planning purposes.
Perkiraan Tingkat Erosi Tanah di Sub Das Besai, Lampung Barat Asep Mulyono
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 19, No 1 (2009)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1385.929 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2009.v19.21

Abstract

ABSTRAK Tingkat erosi tanah di sub DAS Besai telah diperkirakan sebagai dasar kuantitatif dalam merekomendasikan upaya mempertahankan, memulihkan, meningkatkan kesuburan dan fungsi tanah sebagai pengatur tata air. Perkiraan tingkat erosi tanah dilakukan dengan metoda RUSLE yang dilakukan secara spasial dengan menggunakan perangkat lunak Sistem informasi geografis (SIG). Erosivitas, erodibilitas, kemiringan lereng, panjang lereng, sistem penanaman dan faktor konservasi merupakan 6 parameter data yang dimasukan dalam pendekatan RUSLE. Tingkat konversi lahan, khususnya hutan lindung menjadi lahan pertanian dan perkebunan, sangat pesat terjadi di Sub DAS Besai. Sub DAS Besai yang terletak di wilayah Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu bagian hulu DAS Tulang Bawang Lampung. Selama rentang waktu 30 tahun (1970 – 2000) telah terjadi penurunan tutupan lahan hutan sebesar 48 %. Perubahan terjadi sebagai akibat tingginya aktivitas masyarakat dalam usaha tani kopi monokultur dan tanaman semusim.  Hasil studi menunjukkan 23.62% wilayah penelitian dikategorikan dalam tingkat erosi tanah yang normal, tingkat ringan seluas 42.98%, tingkat moderat seluas 14.57%, tingkat berat seluas 15.38% dan sangat berat seluas 3.45%. Seluas 45% wilayah dengan tutupan lahan perkebunan kopi mengalami tingkat erosi dalam kategori ringan sampai sangat berat pada semua rentang kelerengan dan jenis tanah. Tampaknya perkebunan kopi sistem monokultur mengakibatkan lapisan tanah akan sangat mudah tergerus oleh adanya aliran permukaan dikarenakan tidak adanya tutupan tanah di bawah kanopi tanaman kopi tersebut.
KESESUAIAN LAHAN UNTUK KOMODITAS TEH DI WILAYAH SAGALAHERANG, SUBANG, JAWA BARAT Asep Mulyono; Hilda Lestiana; Dedi Mulyadi
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 21, No 1 (2011)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1238.715 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2011.v21.44

Abstract

ABSTRAK Penurunan produksi komoditas teh di wilayah Sagalaherang, Kabupaten Subang, telah terjadi sejak tahun 2007. Penurunan produksi ini disebabkan oleh semakin berkurangnya ketersediaan lahan untuk budidaya teh akibat konversi lahan perkebunan menjadi pemukiman, diversifikasi komoditas menjadi kelapa sawit. Ketersediaan dan kualitas lahan merupakan salah aspek penting dalam pengembangan komoditas teh guna meningkatkan produksi teh di masa datang. Oleh karena itu diperlukan studi untuk menilai kondisi lahan sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian kesesuaian lahan untuk komoditas teh di wilayah Sagalaherang. Kegiatan studi dimulai dengan penyusunan peta dasar, yaitu berupa peta-peta tanah, geomorfologi, topografi, dan geologi pada skala 1 : 100.000. Survei tanah dilakukan dengan pengambilan contoh tanah untuk analisa sifat kimia dan fisika tanah di laboratorium. Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan cara mencocokkan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan dengan teknik tumpang tindih (overlay). Hasil studi didapatkan bahwa di wilayah studi memiliki 4 ordo tanah, yaitu Inceptisols, Andisols, Ultisols dan Entisols dengan 8 sub grup. Nilai kelas kesesuaian lahan untuk komoditas teh diperoleh kelas S1 dengan luas 6,44 km2, kelas S2 dengan faktor pembatas lereng seluas 45,94 km2, kelas S3 dengan faktor pembatas lereng dan ketersediaan air seluas 38,50 km2 dan kelas N dengan faktor pembatas ketersediaan air dan nutrisi, kondisi drainase dan lereng seluas 32,98 km2. Berdasarkan penilaian kondisi lingkungannya, wilayah Sagalaherang secara umum memiliki kondisi lahan yang sesuai untuk komoditas teh. Oleh karena itu kegiatan alih fungsi atau konversi lahan baik berubah ke lahan pemukiman maupun beralih komoditas ke sawit perlu dibatasi, sehingga produksi teh dapat kembali meningkat dan menjadi komoditas utama di wilayah Sagalaherang.