Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

The G30S/PKI in modern Indonesian novels by post-reformation women authors Anwar Efendi; Burhan Nurgiyantoro; Maman Suryaman; Anis Mashlihatin
Diksi Vol 31, No 1: DIKSI (MARCH 2023)
Publisher : Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/diksi.v31i1.59250

Abstract

Politics (facts) and literature (fiction) are two things that both exist and are needed by society. The two are also often linked together. The specific relationship between politics understood as a way of doing things and literature understood as a practical form of writing. This study uses a qualitative descriptive design to trace the re-interpretation of political facts in modern Indonesian novels written during the post-reform era. The research data sources are post-reform novels published in modern Indonesian literature that reinterpret political facts. These political facts can be found through the thematic aspects, the mindset and actions of the characters, the arrangement of the plot (conflict), and descriptions of the story setting which are integral to the whole fictional story. The determination of novels to be used as data sources is based on the following considerations: (a) novels that re-interpret political facts related to the historical events of the 30 September 1965 Movement, (b) novels published during the post-reform era (2000s and above), and (c) novels written by female authors are of a generation that did not directly experience the events of the 30 September 1965 Movement. The results of the study are as follows. First, the political facts expressed in the novel, namely (a) the kidnapping and murder of seven generals, (b) the Cakrabirawa elite troops, (c) the kidnapping and murder of people who were considered to be part of the Indonesian Communist Party, (d) detention on the island Buru, (e) granting status as a descendant of the PKI, and (f) abolishing citizenship status for students studying in certain countries deemed to be affiliated with the communist party. Second, the reinterpretation of historical facts in the novel, namely (a) related to the journey of the past, (b) part of the journey of Indonesian history, (c) understanding from the human side, and (d) choices and awareness of the journey of life in the future. It is hoped that the results of the research can be implemented in teaching literature in schools and the wider community through scientific forums in an effort to socialize the possibility of using modern literary works as a source of historical information to support efforts to understand Indonesian history. If used critically and combined with other sources, novels that actualize and reinterpret political facts can be used as a source of knowledge and understanding of the nation's history. Keywords: political facts, reinterpretation, G30S/PKI movement, modern Indonesian novels
TINJAUAN SEMIOTIKA NILAI AFEKSI DAN KESADARAN LINGKUNGAN HIDUP BERDASARKAN PERSPEKTIF FERDINAND DE SAUSSURE DALAM CERPEN ASAL-USUL POHON SALAK KARYA WILLY YANTO WIJAYA Irfan Dany; Maman Suryaman
Paramasastra : Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 10 No. 1 (2023): Vol.10 No.1 Bulan Maret 2023
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/paramasastra.v10n1.p78-92

Abstract

This article aims to semiotically review literary works, especially the short story Asal-Usul Pohon Salak by Willy Yanto Wijaya based on the perspective of Ferdinand de Saussure. A literary work, including a short story, in addition to having the physical and inner structure of the builder, also contains an element of implied meaning in the form of a certain symbolic language/sign. Semiotics studies is an approach/discipline of study that describes literary works based on the aspects of signs found/stated. Ferdinand de Saussure's theory is the preferred perspective for the study of semiotics in which there is an application of the principle of discussion of the main theory. There are a number of markers and markers that can be found in the fictional short story Asal-Usul Pohon Salak by Willy Yanto Wijaya. The results and discussions stated in this article are about signifiers and signified in the short story Asal-Usul Pohon Salak whose basis is the value of affection and environmental awareness built through excerpts of the text of the story.
Representamen pada Cerpen “Gatotkaca” Karya Bakdi Soemanto Anggita Ratnaningtyas Amarsa; Maman Suryaman
TRANSFORMATIKA Vol 7, No 1 (2023): TRANSFORMATIKA: JURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PENGAJARANNYA
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/transformatika.v7i1.7024

Abstract

Sastra adalah penggamabaran serangkaian peristiwa yang terinspirasi dari peristiwa alamiah. Seiring dengan transformasi karya sastra, penulis sastra banyak memasukan unsur kebudayaan tradisional ke dalam karya sastra yang ditulisnya. Salah satu kebudayaan tradisional yang dimasukkan ke dalam karya sastra adalah wayang. Cerita wayang adalah cerita yang menggambarkan budaya manusia. Banyak keadaan dan peristiwa di dunia wayang sering dipandang sebagai representasi keadaan di dunia nyata. Oleh karena itu, representamen dalam sebuah sastra wayang menarik untuk dikaji. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data teknik simak. Analisis data dilakukan dengan cara mereduksi data. Sementara itu, yang menjadi objek penelitian ini adalah representamen yang terdapat dalam cerpen “Gatotkaca” karya Bakdi Soemanto. Analisis ini akan menggunakan teori unsur semiotika representamen Peirce untuk membahasa tanda dalam cerpen “Gatotkaca”. Teori semiotika Charles Sanders Peirce mengemukakan tiga hal, yaitu representamen, interpretan, dan objek. Representamen dalam sebuah wacana memiliki fungsi yang berbeda beda dipengaruhi oleh konteks wacana tersebut. Penggunaan tanda pada cerita pendek sastra wayang ini adalah untuk membangun alur dan latar cerita. Latar cerita dalam cepen ini banyak yang ditunjukkan dengan cara implisit.   
Eksplorasi Media Pembelajaran Bahasa: Implikasi pada Siswa Setyawan Pujiono; Maman Suryaman; Sulis Triyono
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 12, No 1 (2023): Ranah: jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v12i1.3773

Abstract

Learning media is one of the important factors determining the success of the language learning process. The media will facilitate the work of teachers in carrying out the transfer of knowledge to students. In this regard, this study aims to (1) describe the suitability of the use of media in planning (RPP) with the implementation of language learning in the classroom, and (2) describe students' responses to the use of language learning media. Indonesian language learning media in public junior high schools in Sleman Regency. Qualitative and quantitative descriptive is research methods. Qualitative methods are carried out through observation instruments, interviews, and document analysis. The quantitative method is carried out through a questionnaire instrument. The research population is teachers and students of public junior high schools in Sleman Regency. The sampling technique used purposive sampling with strata technique (high, medium, low). The data analysis technique was descriptive qualitative and quantitative. The results of the study show that: first, the use of instructional media in planning and implementation is not appropriate. The learning media used by the teacher during learning are visual, conventional, and audio visual media. Second, students' responses to the use of learning media are categorized as good. The use of learning multimedia by teachers serves to stimulate thoughts, feelings, attention, and motivate students to learn so that language learning becomes more meaningful. AbstrakMedia pembelajaran merupakan salah satu faktor penting penentu keberhasilan proses pembelajaran bahasa. Media akan mempermudah kerja guru dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa. Terkait dengan hal itu, penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan kesesuaian penggunaan media di perencanaan (RPP) dengan pelaksanaan pembelajaran bahasa di kelas dan (2) mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap penggunaan media pembelajaran bahasa. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan melalui instrumen pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen. Adapun metode kuantitatif dilakukan melalui instrumen angket. Populasi penelitian adalah guru dan siswa SMP Negeri di Kabupaten Sleman. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan teknik strata (tinggi, sedang, dan rendah). Teknik analisis data dengan cara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, penggunaan media pembelajaran pada perencanaan dan pelaksanaan tidak sesuai. Media pembelajaran yang digunakan guru saat pembelajaran adalah media visual, konvensional, dan audio visual. Kedua, tanggapan siswa terhadap penggunaan media pembelajaran berkategori baik. Penggunaan multimedia pembelajaran oleh guru berfungsi untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan memotivasi peserta didik untuk belajar sehingga pembelajaran bahasa menjadi lebih bermakna. 
TRADISI RUWATAN RAMBUT GIMBAL DI DIENG: SEBUAH KAJIAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES Kafita Al Maida; Maman Suryaman
SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi Vol 17, No 1 (2023): SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30813/s:jk.v17i1.3961

Abstract

Dataran Tinggi Dieng merupakan daerah pegunungan yang banyak menyimpan sejuta sejarah tentang peradaban kuno. Masyarakat Dieng memiliki banyak fenomena kebudayaan dan tradisi, salah satunya ritual ruwatan rambut gimbal yang sudah ada secara turun-temurun sehingga menjadi suatu tradisi dan kebudayaan yang sakral. Suatu kebudayaan berkaitan erat dengan tanda atau simbol yang digunakan, termasuk tradisi ruwatan rambut gimbal di Dieng. Tanda atau simbol tersebut dapat memiliki makna yang mendalam, baik makna denotatif maupun konotataif. Bahkan suatu tanda juga dapat memiliki pesan tersirat (mitos). Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tanda atau simbol dalam tradisi ruwatan rambut gimbal di Dieng dengan analisis semiotika Roland Barthes. Data penelitian diambil dari tanda dan makna verbal, visual, dan audio yang digunakan dalam menjalankan proses ruwatan rambut gimbal. Paradigma penelitian yang digunakan adalah kontruktivis. Berdasarkan hasil penelitian, ditarik kesimpulan pemaknaan denotatif proses ruwatan rambut gimbal yaitu berupa persiapan berbagai macam sesaji, rangkaian pemotongan rambut gimbal, penjamasan (pemandian) anak berambut gimbal, dan pelarungan helaian rambut gimbal yang sudah dipotong. Terdapat penjamasan (pemandian) anak berambut gimbal, dan pelarungan helaian rambut gimbal yang sudah di potong. Terdapat penjamasan (pemandian) anak berambut gimbal, dan pelarungan helaian rambut gimbal yang sudah di potong. Terdapatpemaknaan konotasi yang erat dengan ajaran agama Islam, di mana terdapat tanda bahasa verbal dalam pemotongan rambut gimbal yang berupa Kidung Rumeksa Ing Wengi . Di sisi lain, terdapat sesaji dan proses lain yang memiliki makna konotasi serta mitos berdasarkan falsafah Jawa atau keyakinan adat setempat.