Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

FASILITAS PEJALAN KAKI DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN KOTA HIJAU Tanan, Natalia; Suprayoga, Gede Budi
Jurnal HPJI Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal HPJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract Pedestrian facility is a part of supporting attribute for creating green city development (P2KH). A number of pedestrian facilities can be contributed toward green transportation in conjunction with providing public transport and reducing traffic congestion. This paper describes the role of pedestrian facility for establishing P2KH. It starts with existing conditions Indonesia’s cities related sustainability of transportation sector. A number of current city development models are also be presented that focusing sustainability concept including P2KH including various model to support pedestrian facilities toward P2KH or sustainable city. Furthermore, Based on relevance literature and survey studies, potency for implementing in Indonesia cities is delivered both demand and supply sides. This paper concludes that pedestrian facilities have role to support green city through development environmental friendly transportation and integration between facilities and green open spaces functions.Pedestrian facilities also need to be improved to create effective usage and attraction by communities. Pedestrian facilities development is also in line with establishing green open space in the city as the objective of P2KH.. Keywords: pedestrian facilities, green city development, sustainable cities, urban green open space  Abstrak Fasilitas pejalan kaki menjadi bagian atribut pendukung dalam pewujudan Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH). Dari sejumlah atribut program, fasilitas pejalan kaki dapat berkontribusi dalam atribut transportation hijau  bersama dengan penyediaan angkutan umum dan pengurangan kemacetan. Makalah ini menguraikan peran fasilitas pejalan kaki dalam pewujudkan P2KH tersebut. Makalah diawali dengan penyajian kondisi kota Indonesia terkait aspek keberlanjutan dalam sektor transportasi. Makalah turut menyajikan mengenai sejumlah model pembangunan perkotaan yang tengah berkembang saat ini yang menekankan pada konsep keberlanjutan, termasuk P2KH. Uraian atas berbagai model mendukung untuk mengembangkan gagasan mengenai peran fasilitas pejalan kaki dalam mendukung perwujudan P2KH atau kota berkelanjutan. Potensi penerapan di kota-kota di Indonesia disampaikan, baik dari sisi karakteristik permintaan maupun sisi karakteristik sediaan berdasarkan hasil survei dan studi berbagai literatur yang relevan. Berdasarkan studi ini disampaikan bahwa fasilitas pejalan kaki memiliki peran dalam mendukung pewujudan kota hijau melalui pengembangan moda transportasi ramah lingkungan dan integrasi fungsi antara fasilitas dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas pejalan kaki masih memerlukan sejumlah perbaikan guna menciptakan pemanfaatan yang efektif serta menarik masyarakat untuk menggunakannya. Pengembangan fasilitas pejalan kaki yang sejalan dengan pewujudan RTH di perkotaan dapat mewujudkan tujuan P2KH. Kata-kata kunci: fasilitas pejalan kaki, P2KH, kota berkelajutan, transportasi hijau, RTH
FASILITAS PEJALAN KAKI DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN KOTA HIJAU Tanan, Natalia; Suprayoga, Gede Budi
Jurnal HPJI Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal HPJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/.v1i1.1431.%p

Abstract

Abstract Pedestrian facility is a part of supporting attribute for creating green city development (P2KH). A number of pedestrian facilities can be contributed toward green transportation in conjunction with providing public transport and reducing traffic congestion. This paper describes the role of pedestrian facility for establishing P2KH. It starts with existing conditions Indonesia’s cities related sustainability of transportation sector. A number of current city development models are also be presented that focusing sustainability concept including P2KH including various model to support pedestrian facilities toward P2KH or sustainable city. Furthermore, Based on relevance literature and survey studies, potency for implementing in Indonesia cities is delivered both demand and supply sides. This paper concludes that pedestrian facilities have role to support green city through development environmental friendly transportation and integration between facilities and green open spaces functions.Pedestrian facilities also need to be improved to create effective usage and attraction by communities. Pedestrian facilities development is also in line with establishing green open space in the city as the objective of P2KH.. Keywords: pedestrian facilities, green city development, sustainable cities, urban green open space  Abstrak Fasilitas pejalan kaki menjadi bagian atribut pendukung dalam pewujudan Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH). Dari sejumlah atribut program, fasilitas pejalan kaki dapat berkontribusi dalam atribut transportation hijau  bersama dengan penyediaan angkutan umum dan pengurangan kemacetan. Makalah ini menguraikan peran fasilitas pejalan kaki dalam pewujudkan P2KH tersebut. Makalah diawali dengan penyajian kondisi kota Indonesia terkait aspek keberlanjutan dalam sektor transportasi. Makalah turut menyajikan mengenai sejumlah model pembangunan perkotaan yang tengah berkembang saat ini yang menekankan pada konsep keberlanjutan, termasuk P2KH. Uraian atas berbagai model mendukung untuk mengembangkan gagasan mengenai peran fasilitas pejalan kaki dalam mendukung perwujudan P2KH atau kota berkelanjutan. Potensi penerapan di kota-kota di Indonesia disampaikan, baik dari sisi karakteristik permintaan maupun sisi karakteristik sediaan berdasarkan hasil survei dan studi berbagai literatur yang relevan. Berdasarkan studi ini disampaikan bahwa fasilitas pejalan kaki memiliki peran dalam mendukung pewujudan kota hijau melalui pengembangan moda transportasi ramah lingkungan dan integrasi fungsi antara fasilitas dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas pejalan kaki masih memerlukan sejumlah perbaikan guna menciptakan pemanfaatan yang efektif serta menarik masyarakat untuk menggunakannya. Pengembangan fasilitas pejalan kaki yang sejalan dengan pewujudan RTH di perkotaan dapat mewujudkan tujuan P2KH. Kata-kata kunci: fasilitas pejalan kaki, P2KH, kota berkelajutan, transportasi hijau, RTH
KAJIAN CELAH YANG DIPERLUKAN UNTUK MENENTUKAN FASILITAS PENYEBRANGAN PEJALAN KAKI tanan, natalia
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 29 No 2 (2012)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (815.239 KB)

Abstract

ABSTRAKPerencanaan penyebrangan memerlukan data kemampuan pejala kaki yang menyebrang. Pengambilan keputusan menyebrang pada penyebrangan sebanding tanpa alat pemberian isyarat lalu-lintas adalah keputusan yang subjektif dan berkaitan dengan kemampuan menyebrang. Dalam melakukan penyebrangan, penyebrang akan mempertimbangkan kecepatan menyebrang, volume kendaraan, kecepatan kendarann yang terdekat didepannya, lebar jalan yang disebrangi, dan keberadaan penyebrang lainnya. Kajian ini mengevaluasi kebutuhan fasilitas penyebrangan di luas jalan perkotaan berdasarkat “celah” yang diperlukan antara penyebrang dengan kendaraan terdekat melintas didepannya. Pengumpulan data dilakukan pada suatu ruas jalan di Kota Surabay dan satu ruas jalan di Kota Malang. Dari hasil data yang terkumpul, dilakukan reduksi data. Setelah itu dilakukan perhitungan jarak antara pejalan kaki yang m,enyebrang dengan kendaraan yang terdekat dan kecepatan kendaraan tersebut. Hubungan persentase pejalan kaki yang mampu menyebrang dan jarak pejalan kaki dengan kendaraan terdekat pada rentan kecepatan tertentu dianalisis. Hasil analisis data memperlihatkan bahwa semakin tinggi kecepatan lalu-lintas, maka semakin besar yang dibutuhkan penyebrangan untuk kecepatan lalu-lintas kendaraan sekitar 34km/jam, besarnya nilai celah yang diperlukan adalah 4,35 detik untuk jarak menyebrang 8,50 m dan 6,61 detik untuk jarak menyebrang 6,90 m.Kata kunci :  pejalan kaki, fasilitas penyebrangan, celah yang diperlukan, jalan perkotaan, ruas jalan
PENGUKURAN WALKABILITY INDEX PADA RUAS JALAN DI KAWASAN PERKOTAAN Tanan, Natalia; Wibowo, Sony S.; Tinumbia, Nuryani
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 34 No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (868.505 KB)

Abstract

Aktivitas berjalan adalah bentuk aktivitas yang penting, baik sebagai moda transportasi maupun sebagai aktivitas itu sendiri. Berjalan sebagai moda transportasi menjadi indikator penting dalam aksesibilitas dan penilaian liveable city. Walkability index (WI) adalah salah satu metode untuk menilai kualitas dan lingkungan untuk melakukan aktivitas berjalan. Makalah ini membahas mengenai pengukuran walkability pada ruas jalan beberapa kawasan terpilih di perkotaan dengan menggunakan dua jenis survey: survey inventarisasi fasilitas pejalan kaki dan survey wawancara pejalan kaki. Metode WI sudah banyak dikembangkan dan dalam kajian ini digunakan metode WI yang dikembangkan sedemikian rupa yang cocok untuk kondisi fasilitas pejalan kaki di kota-kota di Indonesia. Terdapat sembilan parameter yang digunakan dalam mengembangkan WI dan dengan survey form yang dikembangkan khusus, dilakukan investigasi terhadap beberapa kawasan di daerah studi. Kawasan-kawasan tersebut adalah kawasan pendidikan, kawasan perbelanjaan, kawasan perkantoran, dan kawasan peribadatan. Rute berjalan dalam walking catchment area untuk setiap kawasan dinilai dan ditentukan nilai WI-nya. Hasil kajian memperlihatkan Walkability Index rata-rata untuk kawasan pendidikan 70,64, kawasan perbelanjaan 68,03, kawasan perkantoran 68,16, dan kawasan peribadatan 67,42. Dari indeks tersebut terlihat bahwa secara umum daerah studi termasuk ke dalam kategori kuning yang berarti cukup baik untuk berjalan. Nilai WI dapat memberikan indikasi arah perbaikan yang perlu dilakukan. Hal ini dapat dilakukan melalui perbaikan fasilitas pejalan kaki pada kawasan-kawasan tersebut dengan mengacu pada nilai setiap parameter yang digunakan.
PENANGANAN KONFLIK LALULINTAS DI PERSIMPANGAN GATOT SUBROTO- GEDUNG EMPAT CIMAHI Tanan, Natalia
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 25 No 3 (2008)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.559 KB)

Abstract

Persimpangan sebidang merupakan daerah yang potensial untuk terjadinya konflik akibat adanya bermacam jenis pergerakan arus lalu lintas. Dengan adanya data yang diperoleh dari studi konflik akan sangat membantu mengidentifikasikan masalah yang paling mungkin menjadi penyebab kecelakaan di suatu persimpangan tanpa harus menunggu data kecelakaan. Salah satu kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan keselamatan jalan adalah implementasi skala penuh perangkat keselamatan jalan pada persimpangan jalan Gatot Subroto – Jalan Gedung Empat Kota Cimahi. Implementasi ini dilakukan berdasarkan pengamatan data konflik yang terjadi pada lokasi tersebut. Adapun kegiatan yang dilakukan diantaranya: pembuatan pulau jalan, penyediaan lajur angkot, pemasangan rambu prioritas, pemasangan tanda berhenti, perbaikan bahu jalan, serta perbaikan fasilitas pejalan kaki. Metode yang dipakai untuk menilai keefektifan penanganan adalah menggunakan “before-after analysis”. Dimana data “before” dikumpulkan sebelum implementasi, dan data “after” dikumpulkan setelah dilakukan implementasi. Dalam tulisan ini diidentifikasikan 5 (lima) jenis konflik yang terjadi pada 8 (delapan) titik, yang selanjutnya diberi notasi T1, T2, T3, T4, T5, T6, T7, dan T8. Dari hasil analisa dapat terlihat bahwa setelah penanganan terdapat penurunan konflik yang cukup signifikan pada titik T1, T2, T6, T7, T8. Namun pada titik T3, T4, T5 tidak terjadi penurunan tingkat konflik setelah adanya penanganan. Namun secara umum dapat disimpulkan bahwa dengan adanya beberapa kegiatan penanganan di persimpangan Jalan Gatot Subroto-Gedung Empat, meghasilkan penurunan tingkat konflik lalulintas dari 141,2 konflik/1000 kendaraan menjadi 82,07 konflik/1000 kendaraan. Kata kunci: persimpangan, konflik lalulintas, analisa”before-after”
TIPIKAL EVALUASI EKONOMI UNTUK PENINGKATAN STATUS JALAN Tanan, Natalia; Saleh, Sofyan M.; Isya, Muhammad; Bakauddin, Bakauddin
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 27 No 3 (2010)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (19409.255 KB)

Abstract

Jalan mempunyai peranan penting dalam mendukung pengembangan wilayah. Oleh karena itu transportasi jalan perlu ditata dan dibina sehingga terwujud keandalan pelayanan dan keterpaduan dengan mode transportasi lainnya. Untuk menghasilkan jaringan transportasi yang memberikan pelayanan secara efisien, maka diperlukan adanya hirarki peran dan fungsi jaringan yang mampu mengintegrasikan skala geografi yang berbeda baik dari global ke lokal maupun sebaliknya. Pada umumnya jalan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh berada dalam kondisi sedang dan rusak dengan jenis perkerasan kerikil dan tanah. Dengan kondisi tersebut maka banyak potensi daerah yang tidak bisa dikembangkan seoptimal mungkin. Dalam tulisan ini dibahas tentang evaluasi ekonomi terhadapp peningkatan status ruas jalan di Provinsi Aceh. Untuk analisis manfaat ekonomi, diakukan dengan pendekatan pembandingan kondisi dengan adanya proyek dan tanpa proyek. Dari hasil analisis diperoleh bahwa di Provinsi Aceh perlu dilakukan peningkatan status jalan Provinsi menjadi jalan Nasional sebanyak 3 (tiga) ruas yang berlokasi di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan peningkatan jalan Kabupaten/Kota menjadi jalan Provinsi senbanyak 66 ruas yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota kecuali Kabupaten Simeulue dan Sabang. Hasil analisis evaluasi ekonomi terhadap peningkatan status jalan di Provinsi Aceh menghasilkan nilai Nett Present Value sebesar Rp. 797.063.226.209,-, Benefit Cost Ratio sebesar 1,11 dan Economic Internal Rate of Return sebesar 13,71 %. Kata kunci : pengembangan wilayah, jaringan jalan, status jalan, evaluasi ekonomi, peningkatan jalan
MODEL PEMBEBANAN LALU LINTAS UNTUK TIPIKAL JARINGAN JALAN PERKANTORAN Tanan, Natalia
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 26 No 3 (2009)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15073.76 KB)

Abstract

Kota-kota di Indonesia sebagai pusat kegiatan akan selalu menghadapi permasalahan pergerakan kendaraan yang mana memerlukan sarana dan prasarana. Oleh karena itu perlu diteliti mengenai pola pembebanan pergerakan pada jaringan jalan di perkotaan. Oleh karena itu perlu diteliti mengenai pola pembebanan pergerakan pada jaringan jalan di perkotaan. Dengan diketahuinya model pembebanan jaringan, memungkinkan dilakukannya estimasi biaya perjalanan antar zona. Hasil estimasi biaya ini akan menjadi masukan bagi proses peramalan manfaat untuk mengevaluasi kinerja suatu usulan alternatif skema perencanaan yang menjadi tujuan dari sebagian besar studi transportasi, Dalam proses pembebanan rute (Trip Assigment), dikenal beberapa metode untuk menghitung jumlah pembebanan pergerakan (volume lalulintas) pada setiap ruas jalan. Dalam studi ini dicobakan 2 (dua) metode pembebanan pada jaringan jalan Kota Cimahi, yakni : metode All-or-Nothing dan metode Keseimbangan (Equilibrium). Untuk mengetahui metoda pembebanan yang terbaik, arus laluluntas hasil estimasi/pemodelan dibandingkan dengan arus lalu lintas hasil ekspektasi/survey langsung dilapangan. Arus lalu lintas lapangan (ekspektasi) adalah hasil survey arus lalu lintas pada 11 (Sebelas) ruas yang ada dalam wilayah Kota Cimahi yang meliputi pergerakan pada jalan arteri, kolektor serta lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembebanan keseimbangan lebih sesuai diterapkan di jaringan jalan dalam kota Cimahi saat ini, dimana kondisi transportasinya sudah mulai macet di beberapa titik. Namun pada beberapa ruas khususnya ruas jalan di pinggiran kota Cimahi, seperti ruas jalan Ciwaruga-Cibabat, jalan Kolonel Masturi-Lembang, dan jalan Soreang-Nanjung model all-or-nothing lebih sesuai dengan kondisi lapangan (ekspektasi). Kata kunci : arus lalu lintas, jaringan jalan, pembebanan, all-or nothing, equilibrium
PEMANFAATAN KENDARAAN SURVEI JARINGAN JALAN UNTUK MENGUMPULKAN DATA UJI LAIK FUNGSI JALAN Tanan, Natalia; Putranto, Wira; Solihin, Ade
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 36 No 2 (2019)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemenuhan kelaikan fungsi jalan menjadi tujuan penyelenggara jalan bagi terwujudnya jalan andal sesuai amanat undang-undang. Untuk memastikan suatu ruas jalan disebut laik atau tidak, maka dilaksanakan suatu uji yang meliputi pemeriksaan fisik jalan dan pemeriksaan dokumen penyelenggaraan jalan. Pemeriksaan fisik jalan yang telah berjalan selama ini masih dilakukan melalui pengumpulan data serta pengisian formulir secara manual. Oleh karena itu untuk mempermudah dan mempercepat pengumpulan data serta pelaporan hasil survei kondisi jalan, dapat dilakukan pemanfaatan aplikasi teknologi informasi. Untuk itu dalam makalah ini dilakukan pengembangan aplikasi laik fungsi jalan pada kendaraan survei jaringan jalan menggunakan hawkeye processing toolkit. Selanjutnya dilakukan analisis berapa banyak fokus penilaian laik fungsi jalan yang dapat dikumpulkan dan diolah menggunakan kendaraan survei jaringan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kendaraan survei jaringan jalan dapat dimanfaatkan untuk pengumpulan serta pengolahan data uji laik fungsi jalan serta dapat mereduksi 45% dari total data yang harus dikumpulkan dan diolah secara manual. Kata Kunci: laik fungsi jalan, kendaraan survey jaringan jalan, hawkeye processing toolkit, formulir survei, pemeriksaan fisik jalan