Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia Di RPSCW Ciparay Lia nurlianawati; Wulan Ayu Utami; Sri Mulyati Rahayu
Jurnal Keperawatan BSI Vol 8 No 1 (2020): Jurnal Keperawatan BSI
Publisher : LPPM Universitas BSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (570.792 KB)

Abstract

Interaksi sosial merupakan suatu hubungan timbal balik, saling mempengaruhi serta tidak terpisahkan dari suatu hubungan yang terjadi antar individu, sosial dalam kehidupan sehari-hari. Jika melihat kondisi tersebut sebagian lansia mengalami proses degeneratif yang menyebabkan lansia mengalami penurunan fisik, psikologis dan sosial, salah satu dampaknya yaitu penarikan diri dengan lingkungan, tidak memiliki dukungan sosial keluarga, teman, lingkungan sekitar dan secara tidak langsung mengalami perubahan yang dialami lansia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di UPTD PSRLU Ciparay. Metode penelitian menggunakan korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 153 dengan pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dengan jumlah 60 sampel. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner interaksi sosial untuk interaksi sosial dan WHOQOLBREFF untuk kualitas hidup. Analisa data menggunkan rumus Chi-Square. Hasil uji statistik menunjukan 40 (66,7%) lansia memiliki interaksi sosial baik dan 32 (53,3%) lansia memiliki kualitas hidup baik. Nilai fisher’s exact test pvalue = 0,000 < α 0,05 yang berarti H0 ditolak artinya ada hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia. Kesimpulan penelitian ini yaitu semakin baik interaksi sosial yang dilakukan oleh lansia maka semakin baik kualitas hidup lansia. Saran pada penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi, mampu mempertahankan interaksi sosial lansia dalam kerjasama lansia dengan lansia lainnya serta meningkatkan interaksi sosial lansia dalam menyelesaikan masalah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.
Hubungan Kemandirian Lansia Dalam Activity of Daily Living Terhadap Kualitas Hidup Lansia Lia nurlianawati
Jurnal Keperawatan BSI Vol 9 No 1 (2021): Jurnal Keperawatan BSI
Publisher : LPPM Universitas BSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.464 KB)

Abstract

The Elderly is the last stage of development in the process of human life starting from babies, children, adults and eventually becoming old. In the elderly, there will be various changes and there will be a decrease in physical conditions, namely immobilization, severe senility (dementia), unbearable urination or bowel movements (incontinence), insufficient food and drink intake. The problem in the elderly requires the elderly to adjust themselves continuously, and if the adjustment process is not successful it will be the cause the elderly to become dependent on others and unable to carry out activities independently. Independence is the freedom to act, independent of others, and free to regulate oneself or one's activities, both individually and in groups. Independence is influenced by individual physical, psychological, and environmental factors that can affect the quality of life. The purpose of this study was to determine the relationship between the level of independence of the elderly and the quality of life of the elderly. The research method uses a correlational cross-sectional approach. The population and sample in this study were the elderly in the Budi Pertiwi Nursing Home. The research instrument used the Barthel index for the level of independence and WHOQOL BREFF for quality of life. health status or value of humans as God's creatures who are equipped with thoughts, feelings, determination, rights, and basic human obligations to reach a respectable position in the eyes of humans and Allah SWT. Results of the initial study, the number of elderly people in the nursing home was 35 people, when the study obtained data related to their physical and psychological conditions, some of the elderly suffered from chronic diseases consisting of diabetes, gastritis, hypertension and rheumatism and psychological problems, most of the elderly experienced loneliness because they did not have activities in their spare time that are only spent daydreaming alone, the adaptation of new habits in the midst of the Covid 19 pandemic has created a limitation of social activity for the elderly so that many elderly people do not do activities and activities in their spare time which eventually make the elderly feel lonely, to continue to hone their potential for the elderly and improving the health of the elderly, it is very necessary to implement activities / activities for the elderly during the adaptation of new habits in the midst of the Covid 19 pandemic in the form of implementing activities that can be done in their spare time by the elderly to improve the health, welfare and quality of life of the elderly.
Pola Asuh Ibu Berhubungan dengan Perilaku Sulit Makan pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Lia Nurlianawati; Anisa Nurjanah; Imam Abidin
Jurnal Penelitian Perawat Profesional Vol 5 No 1 (2023): Februari 2023, Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jppp.v5i1.1356

Abstract

Pola asuh ibu sangat penting dalam psikologis, kemampuan bersosialisasi, kemandirian, serta perilaku sulit makan pada anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan pola asuh ibu dengan perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di PAUD Nusa Indah dan MDTA An-Nur. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi berjumlah 50 responden, menggunakan total sampling. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah pola asuh ibu.Variabel independent dalam penelitian ini adalah perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di PAUD Nusa Indah dan MDTA An-Nur. Pengumpulan data menggunakan kuesioner baku melalui google form dan uji statistik Chi Square dengan α=0,05.Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar ibu menerapkan pola asuh otoriter 44,0%, dan diketahui bahwa sebagian besar anak memiliki perilaku sulit makan tinggi 58,0%. P-value 0,001 ≤ 0,05, sehingga Ha diterima, artinya ada hubungan pola asuh ibu dengan perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di PAUD Nusa Indah.
Terapi Modalitas Berkebun terhadap Kesepian pada Lansia Lia Nurlianawati; Widyawati Widyawati; Tini Kurniasih
Jurnal Penelitian Perawat Profesional Vol 5 No 3 (2023): Agustus 2023, Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jppp.v5i3.1727

Abstract

Kesepian disebut juga sebagai sifat subjektif dimana seseorang merasa sendiri dan sepi, Kesepian terjadi pada masa tua yang terjadi pada lansia yang memiliki keinginan untuk tetap bisa berkumpul dengan anak dan keluarganya, tetapi sering berjalannya waktu lansia akan hidup Bersama pasangan atau sendiri setalah ditinggal oleh pasangan hidupnya, sehingga lansia sering mengalami kehilangan, stress, penurunan fungsi tubuh hingga ketidakmampuan untuk beraktivitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh terapi berkebun terhadap kesepian pada lansia. Jenis penelitian ini adalah pre eksperimental One grup pre dan post Test. Populasi penelitian ini adalah 36 lansia. Sample dari penelitian ini adalah 15 lansia dengan tehnik purposive sampling. Variabel Independen dari penelitian ini adalah terapi berkebun sedangkan variable dependen penelitian ini adalah kesepian pada lansia. Pengumpulan data menggunakan lembar kuisioner dan dianalisis dengan menggunakan Uji Paired Test dengan signifikasinya yaitu a= 0,05. Uji ini menunjukan hasil a= 0,01 yang berarti ada pengaruh terapi berkebun terhadap kesepian pada lansia. Pengaruh terapi berkebun terhadap kesepian dapat dijadikan alternative untuk menurunkan kesepian pada lansia, karena dengan berkebun dapat menjadikan lansia lebih produktif, lansia juga adapat menjadi stimulasi untuk lansia dapat bersosialisasi dan menjadikan harga diri lansia meningkat. Peneliti juga dapat menggunakan terapi berkebun untuk mensupport dan membantu kesepian lansia agar menghasilkan lansia yang sehat dan bahagia.
HUBUNGAN INTERNET ADDICTION DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA DI SMA NEGERI 8 BANDUNG Lia Nurlianawati; Diyawati Kuspianitah; Inggrid Dirgahayu
National Nursing Conference Vol. 1 No. 1 (2020): National Nursing Conference
Publisher : Lembaga Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34305/nnc.v1i1.120

Abstract

Remaja dengan segala karakteristik dan tugas perkembangannya tidak lepas dari perkembangan teknologi yang semakin canggih, remaja memanfaatkan fasilitas internet dengan berbagai macam kebutuhan termasuk kebutuhan bersosialisasi. Kebiasaan yang sering menghabiskan banyak waktu dengan berkomunikasi melalui media, sehingga waktu yang mereka gunakan untuk berkomunikasi secara langsung akan berkurang, selain itu juga dapat mengakibatkan kecanduan terhadap internet. Jumlah pengguna internet tahun 2017 telah mencapai 143,26 juta jiwa (54,68%) dari total jumlah penduduk di Indonesia, pulau jawa mendominasi (58,08%), dan kebanyakan pengguna internet adalah remaja usia 13-18 tahun (75.50%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara internet addiction dengan interaksi sosial pada remaja di SMA Negeri 8 Bandung. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi sebanyak 873 siswa dengan sampel dalam penelitian ini yaitu 90 siswa SMA Negeri 8 Bandung, Hasil Analisa univariat menunjukan hampir seluruh dari siswa (86.7%) mengalami internet addiction dan sebagian besar siswa memiliki interaksi sosial yang kurang baik (62.2%). Hasil penelitian didapatkan nilai p-value = 0.000 sehingga disimpulkan terdapat hubungan antara internet addiction dengan interaksi sosial pada remaja di SMA Negeri 8 Bandung. Berdasarkan hasil penelitian disarankan pihak sekolah mengadakan kebijakan mengenai pembatasan penggunaan internet hanya untuk kegiatan pembelajaran ketika berada di lingkungan sekolah.
PENINGKATAN KESEHATAN MENTAL REMAJA MELALUI TERAPI BRAIN GYM DAN ICE BREAKING DI SMK BHAKTI KENCANA SOREANG KABUPATEN BANDUNG Anri Anri; Lia Nurlianawati; Denni Fransiska Helena M.; Asep Aep Indarna; Wini Resna Novianti
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 8, No 1 (2024): March
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v8i1.21870

Abstract

Abstrak Lebih dari 12 juta orang yang berusia di atas 15 tahun menderita  selama periode ini, sementara lebih dari 19 juta orang di bawah usia 15 tahun enghadapi kesulitan mental yang serius (Rikerdas, 2018). Perubahan prilaku dan pola pikir, gangguan konsentrasi, penurunan nafsu makan, dan bahkan menyakiti diri sendiri adalah beberapa indikasi penyakit mental pada anak muda. Bekrja untuk mempromosikan kesejahtraan emotional anak muda melalui program Brain Gym dan pemecah kebekuan. Brain Gym adalah program Latihan yang mengitegrasikan fungsi otak kiri dan kanan, hal ini meningkatkan aliran darah dan oksigenasi ke otak, yang pada gilirannya meningkatkan hormone serotonin, endrfin, dan dopamine yang membuat perasaan senang, dan pemecah kebekuan adalah kegiatan yang menghangatkan anda saat anda merasa tidak enak badan. Dalam upaya untuk menumbuhkan  dinamika kelompok yang ada. Hasil analisis sebelum dan sesudah  edukasi yaitu sebelum edukasi dan kegiatan brains gym dan ice breaking, sebagian besar siswa mengalami tekanan ringan sebanyak 62 (38,27%) dan sebagian kecil mengalami tekanan sedang. tekanan 56 (34,27%) dan normal 44 (27,26%). Dan sesudah dilakukan kegiatan edukasi dan praktek brains gym dan ice breaking hamper seluruh reponden 88 (54,32%) normal, Sebagian besar 64 (39,51%) stress ringan dan Sebagian kevil 10 (6,17%) stress sedang. Penerapan senam otak dan ice breaking setelah kegiatan edukasi Pendamping dapat membangun fokus belajar siswa Kata kunci: kesehatan mental; brain gym; ice breaking AbstractMore than 12 million people over the age of 15 suffered during this period, while more than 19 million people under the age of 15 faced serious mental difficulties (Rikerdas, 2018). Changes in behavior and thought patterns, impaired concentration, decreased appetite, and even self-harm are some indications of mental illness in young people. Working to promote the emotional well-being of young people through the Brain Gym and icebreaker programs. Brain Gym is an exercise program that integrates left and right brain functions, this increases blood flow and oxygenation to the brain, which in turn increases the hormones serotonin, endrphin, and dopamine which make you feel happy, and icebreakers are activities that warm you up when you feel feeling unwell. In an effort to grow existing group dynamics. The results of the analysis before and after education, namely before education and brains gym and ice breaking activities, the majority of students experienced mild pressure, 62 (38.27%) and a small number experienced moderate pressure. pressure 56 (34.27%) and normal 44 (27.26%). And after carrying out educational activities and brain gym and ice breaking practices, almost all of the respondents, 88 (54.32%) were normal, most of them, 64 (39.51%) were mildly stressed and a small number of 10 (6.17%) were moderately stressed. Applying brain exercises and ice breaking after accompanying educational activities can build students' learning focus Keywords: mental health; brain gym; ice breaking