Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Kadar kolesterol pada guru yang menjalani Work From Home (WFH) di saat pandemic Covid-19 Anri Anri; Widyawati Widyawati; Ian Asriani
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 16, No 7 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v16i7.8540

Abstract

Background: Currently, at least one person in every province in Indonesia has tested positive for the Covid-19 virus, so the spread of the virus has become very concerning. All work done from home is referred to as "work from home" (WFH). The absence of real work due to lifestyle changes will lead to overweight. In metabolic syndrome disease, physical activity lacks physical activity. Glycerides, very low thickness lipoprotein cholesterol, and LDL levels can generally be reduced with increased action. The level of physical activity of working mothers and society is currently declining.Purpose: To determine the relationship between "work from home" (WFH) during the Corona-19 virus pandemic with cholesterol levels in working mothers.Method: Descriptive correlation research, which used a cross-sectional design and a sample of 30 people. Using sampling quotas, by measuring total cholesterol levels directly, primary data are used in the data collection method. The statistical test used is the chi square test.Results: Showed the relationship between WFH during the COVID-19 pandemic with cholesterol levels in working mothers obtained p-esteem (0.001) < alpha value (0.05) so that Ho was dismissed Ha was stated, so that the relationship between WFH during the COVID-19 pandemic and cholesterol levels was achieved for mothers who worked at the Bhakti Kencana Professional School, Bandung.Conclusion: During the Covid-19 pandemic, there is a strong correlation between working from home (WFH) and cholesterol levels of working mothers.Keywords: Work From Home (WFH); Cholesterol; Covid-19; Pandemic.Pendahuluan: Saat ini, setidaknya satu orang di setiap provinsi di Indonesia telah dinyatakan positif terkena virus Covid-19, sehingga penyebaran virus tersebut menjadi sangat memprihatinkan. Semua pekerjaan yang dilakukan dari rumah disebut sebagai "work from home" (WFH). Tidak adanya pekerjaan nyata karena perubahan gaya hidup akan menyebabkan kelebihan berat badan. Pada penyakit sindrom metabolik, aktivitas fisik kekurangan aktifitas fisik. Gliserida, kolesterol lipoprotein ketebalan sangat rendah, dan kadar LDL umumnya dapat dikurangi dengan peningkatan tindakan.Tingkat aktivitas fisik ibu pekerja dan masyarakat saat ini menurun.Tujuan: Untuk mengetahui hubungan "work from home" (WFH) selama pandemi virus Corona-19 dengan kadar kolesterol pada ibu bekerja.Metode: Penelitian korelasi deskriptif, yang menggunakan desain cross-sectional dan sampel 30 orang. menggunakan kuota sampling, dengan mengukur kadar kolesterol total secara langsung, digunakan data primer dalam metode pengumpulan data. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square.Hasil: Menunjukan hubungan WFH selama pandemi Covid-19 dengan kadar kolesterol pada ibu bekerja didapatkan p-esteem (0,001) < nilai alpha (0,05) sehingga Ho diberhentikan Ha dinyatakan, sehingga tercapai hubungan WFH di masa pandemi COVID-19 dengan kadar kolesterol bagi para ibu yang bekerja di Sekolah Profesi Bhakti Kencana, Bandung.Simpulan: Pada masa pandemi Covid-19 terdapat korelasi yang kuat antara working from home (WFH) dengan kadar kolesterol ibu bekerja.
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan Stunting Dewi Nurlaela Sari; Rahma Zisca; Widyawati Widyawati; Yuli Astuti; Melysa Melysa
JPKMI (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Indonesia) Vol 4, No 1: Februari (2023)
Publisher : ICSE (Institute of Computer Science and Engineering)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36596/jpkmi.v4i1.552

Abstract

Abstrak: Kondisi kekurangan gizi yang disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dalam jangka panjang dari pemberian makan yang tidak didasarkan pada kebutuhan gizi disebut dengan stunting. Kondisi tersebut dimulai sejak bayi didalam kandungan hingga anak berusia dua tahun, stunting dapat terjadi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Stunting pada balita banyak terjadi di Indonesia sebesar 30,8%, menurut data riset kesehatan dasar tahun 2018. Sementara angka stunting di Jawa Barat tetap tinggi pada tahun 2019 (26,21%), terjadi penurunan sebesar 4,89% dari tahun sebelumnya (Layanan digital Jabar, 2022). Salah satu wilayah Provinsi Jawa Barat yang mendokumentasikan prevalensi stunting adalah Kabupaten Bandung. Sebanyak 62 Desa di Kabupaten Bandung menjadi lokasi fokus (lokus) Stunting, yang meliputi desa XXXX. Di komunitas XXXX, 20% anak kecil mengalami stunting. Pengetahuan masyarakat tentang pemberdayaan kesehatan adalah elemen utama yang berkontribusi terhadap masalah ini. Tujuan kegiatan ini meningkatkan kesadaran masyarakat tentang stunting melalui Pemberdayaan Masyarakat Sehat Anti Stunting. Kelompok usia dengan faktor risiko stunting menjadi fokus kegiatan ini, yaitu remaja putri, anak balita, ibu hamil, dan ibu nifas. Tujuan dari program ini adalah untuk menggali potensi desa dengan mengelola sumber daya gizi yang dibutuhkan oleh potensi alam desa dan potensi sumber daya manusianya, serta meningkatkan kesadaran dan sikap lokal terhadap inisiatif untuk menghindari stunting. Dengan bantuan penyuluhan, lomba membuat makanan sehari-hari anti stunting, dan strategi direct target approach, pelaksanaannya akan berlangsung mulai 11 Juli hingga 15 Agustus 2022 dengan cara yang menarik. Temuan menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, masyarakat dapat menciptakan menu makanan sehari-hari yang memenuhi kebutuhan gizi mereka dan beragam. Hipotesis terkait stunting sedang dipahami dengan lebih baik di masyarakat, yang merupakan hasil lain. Oleh karena itu, diharapkan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam secara bijaksana kejadian stunting dapat dikurangi.Abstract: Stunting is a chronic malnutrition issue brought on by long-term insufficient nutrient intake from feeding that is not based on nutrient requirements. From the time the fetus is still in the womb until the kid is two years old, stunting can happen (Ministry of Health of the Republic of Indonesia, 2016). Under-five stunting is prevalent in Indonesia at 30.8%, according to basic health research data from 2018. While the stunting rate in West Java remained high in 2019 (26.21%), it did so with a drop of 4.89% from the previous year (Jabar digital service, 2022). One of the regions of West Java Province to document the prevalence of stunting is Bandung Regency. A total of 62 settlements in the Bandung Regency make up the Stunting focal location (Locus), which includes the hamlet of XXXX. In the community of XXXX, 20% of young children are stunted. The public's knowledge of health empowerment is the primary contributing element to the issue. We want to raise people's awareness of stunting through the Anti-Stunting Healthy Community Empowerment. The age group with risk factors for stunting is the focus of this activity, namely teenage girls, children under the age of five, pregnant women, and postpartum. The goal of this program is to discover the village's potential by managing the nutritional resources required by the village's natural potential and the potential of its human resources, as well as by enhancing local awareness of and attitudes toward initiatives to avoid stunting. With the help of counseling, a competition to create anti-stunting daily meals, and a direct target approach strategy, the implementation will take place from July 11 through August 15, 2022, in an appealing manner. The findings demonstrate that by employing available resources, the community can create daily meal menus that both satisfy their nutritional needs and are diverse. Stunting-related hypotheses are being better understood in the community, which is another outcome. Therefore, it is thought that by using natural resource potential wisely, stunting in the hamlet may be reduced.
EDUKASI PENERAPAN PHBS DALAM UPAYA PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN PADA ANAK DI PANTI ASUHAN Widyawati Widyawati; Winasih Rachmawati; Raihany Sholihatul Mukaromah; Sri Wahyuni; Uum Safari; Manaf Manaf
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 7, No 2 (2023): June
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v7i2.15205

Abstract

ABSTRAKAnak merupakan aset bangsa yang harus dirawat dan dijaga serta berhak untuk hidup, tumbuh dan berkembang sesuai harkat dan martabat kemanusiaan. Termasuk anak-anak yang tinggal di panti asuhan. Permasalahan kesehatan yang sering terjadi di panti asuhan adalah penyakit menular yang disebabkan kebiasaaan menggunakan alat secara bersama dan kurangnya personal hygiene seperti mandi dan gosok gigi. Tujuan kegiatan adalah memberikan edukasi penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada anak-anak di panti asuhan YAMUTI Banjaran Kabupaten Bandung sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan. Kegiatan ini juga diikuti dengan pemberian peralatan personal hygiene dan pembuatan fasilitas hand hygiene agar dapat memenuhi kebutuhan anak dalam menerapkan PHBS. Metode yang digunakan dalam edukasi adalah ceramah dan demontrasi. Edukasi yang diberikan adalah hand hygiene (cuci tangan), kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit menular dan pengobatannya.  Media yang digunakan antara lain infocus, poster,  dan flyer. Kegiatan diikuti dengan antusias dimana peserta terlibat diskusi serta mau mencoba peragaan mencuci tangan dan menyikat gigi dengan benar. Evaluasi dilakukan dengan memberikan angket sebelum dan sesudah kegiatan edukasi untuk melihat perbedaan pengetahuan setelah dilakukan edukasi. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa edukasi yang diberikan dapat meningkatkan pengetahuan dibuktikan dengan presentasi sebelum edukasi sebesar 22% meningkat menjadi 87.5%. Kata kunci:  edukasi; PHBS ; panti asuhan. ABSTRACTChildren are national assets that must be cared for and cared for and have the right to live, grow and develop according to human dignity and worth. This includes children living in orphanages. Health problems that often occur in orphanages are infectious diseases caused by the habit of using tools together and lack of personal hygiene such as bathing and brushing teeth. The purpose of the activity is to provide education on the application of clean and healthy living behavior (PHBS) to children at the YAMUTI Banjaran orphanage in Bandung Regency as an effort to improve health status. This activity was also followed by providing personal hygiene equipment and making hand hygiene facilities so that they could meet the needs of children in implementing PHBS. The methods used in education are lectures and demonstrations. The education provided is hand hygiene (washing hands), dental and oral health, prevention of infectious diseases and their treatment. The media used include infocus, posters, and flyers. The activity was followed enthusiastically where the participants were involved in the discussion and wanted to try a demonstration of washing their hands and brushing their teeth properly. Evaluation is carried out by giving questionnaires before and after educational activities to see differences in knowledge after education. The results of the activity show that the education provided can increase knowledge as evidenced by the presentation before education of 22% increasing to 87.5%. Keywords: education; PHBS; orphanage.
Terapi Modalitas Berkebun terhadap Kesepian pada Lansia Lia Nurlianawati; Widyawati Widyawati; Tini Kurniasih
Jurnal Penelitian Perawat Profesional Vol 5 No 3 (2023): Agustus 2023, Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jppp.v5i3.1727

Abstract

Kesepian disebut juga sebagai sifat subjektif dimana seseorang merasa sendiri dan sepi, Kesepian terjadi pada masa tua yang terjadi pada lansia yang memiliki keinginan untuk tetap bisa berkumpul dengan anak dan keluarganya, tetapi sering berjalannya waktu lansia akan hidup Bersama pasangan atau sendiri setalah ditinggal oleh pasangan hidupnya, sehingga lansia sering mengalami kehilangan, stress, penurunan fungsi tubuh hingga ketidakmampuan untuk beraktivitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh terapi berkebun terhadap kesepian pada lansia. Jenis penelitian ini adalah pre eksperimental One grup pre dan post Test. Populasi penelitian ini adalah 36 lansia. Sample dari penelitian ini adalah 15 lansia dengan tehnik purposive sampling. Variabel Independen dari penelitian ini adalah terapi berkebun sedangkan variable dependen penelitian ini adalah kesepian pada lansia. Pengumpulan data menggunakan lembar kuisioner dan dianalisis dengan menggunakan Uji Paired Test dengan signifikasinya yaitu a= 0,05. Uji ini menunjukan hasil a= 0,01 yang berarti ada pengaruh terapi berkebun terhadap kesepian pada lansia. Pengaruh terapi berkebun terhadap kesepian dapat dijadikan alternative untuk menurunkan kesepian pada lansia, karena dengan berkebun dapat menjadikan lansia lebih produktif, lansia juga adapat menjadi stimulasi untuk lansia dapat bersosialisasi dan menjadikan harga diri lansia meningkat. Peneliti juga dapat menggunakan terapi berkebun untuk mensupport dan membantu kesepian lansia agar menghasilkan lansia yang sehat dan bahagia.