Ika Rochdjatun Sastrahidayat
Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search
Journal : Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan)

KEJADIAN PENYAKIT PADA TANAMAN BAWANG MERAH YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA VERTIKULTUR DI SIDOARJO Ade Supriyadi; Ika Rochdjatun Sastrahidayat; Syamsuddin Djauhari
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 1 No. 3 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKBudidaya bawang merah saat ini hanya menggunakan teknik konvensional yangdalam budidayanya membutuhkan banyak lahan seperti lahan persawahan. Budidaya bawang merah tidak hanya dapat dibudidayakan secara konvensional tetapi dapat juga dengan teknik vertikultur. Terdapat beberapa faktor yang menjadi hambatan dalam budidaya bawang merah. Salah satunya yaitu adanya infeksi penyakit yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus dan berbagai macam patogen lainnya yang mampu menurunkan hasil produksi bawang merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyakit yang menyerang tanaman bawang merah yang ditanam secara vertikultur dan untuk mengetahuiintensitas serangan penyakit pada bawang merah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang dilakukan terhadap budidaya tanaman bawang merah dengan teknik vertikultur dan inventarisasi penyakit yang menyerang daun, umbi maupun akar tanaman bawang merah yang dibudidayakan dengan teknik vertikultur yang dilakukan dengan cara mengamati langsung di lapangan. Dari hasil penelitian penyakit yangditemukan pada budidaya tanaman bawang merah yang dibudidayakan secara vertikultur yaitu layu Fusarium sp. dan defisiensi unsur hara N dan K. intensitas serangan patogen Fusarium sp. mulai tampak pada umur 20 HST dengan rata-rata 0,15 %. Intensitas serangan Fusarium sp. pada umur 24 HST terus meningkat hingga umur 48 HST yaitu 5,99 %. Berdasarkan letak lubang tanam pada paralon, intensitas serangan penyakit layu Fusarium sp. tertinggi terdapat pada paralon bagian bawah dengan rata-rata 7,5 % dan yang terendah terdapat pada paralon bagian atas dengan rata-rata 4,99 %. Gejala defisiensi unsur haramulai tampak pada umur 20 HST dan terus mengalami peningkatan hingga umur 36 HST dengan persentase 100% tanaman yang sakit.Kata kunci: bawang merah, vertikultur, Fusarium sp, defisiensi unsur hara
KEJADIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABAI KECIL YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA VERTIKULTUR DI SIDOARJO Fatkur Roziq; Ika Rochdjatun Sastrahidayat; Syamsuddin Djauhari
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 1 No. 4 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan, hama dan penyakitpada tanaman cabai kecil yang dibudidayakan secara vertikultur. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah bunga, jumlah buah cabai, bobot buah cabai yang dipanen, jenis hama cabai dan jumlahnya, dan penyakit yang menyerang serta intensitasnya. Pertumbuhan tanaman cabai kecil dilihat dari tinggi tanaman, jumlah bunga dan buah serta bobot buah yang mengalami kenaikan pada tiap pengamatan menunjukkan bahwa budidaya tanaman cabai kecil secara vertikultur dapat dilakukan pada lahan sempit. Hama yang ditemukan pada lahan budidaya cabai secara vertikultur yaitu kutu daun aphid dan kutu kebul Bemisia tabacci. Penyakit yang ditemukan pada lahan budidaya cabai secara vertikultur yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus gemini yang ditularkan oleh kutu kebul. Posisi tanaman pada paralon mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah bunga, jumlah buah, bobot buah, jumlah kutu daun aphid, kutu kebul B. tabacci dan persentase tanaman terserang.Kata kunci: aphid, B. tabaci, gemini virus
PENGARUH POPULASI TANAMAN TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TOMAT YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA VERTIKULTUR Virgien Margi Nirwana; Ika Rochdjatun Sastrahidayat; Anton Muhibuddin
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 1 No. 4 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKTanaman tomat adalah salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Indonesia dari tahun ke tahun berusaha untuk meningkatkan produksi tomat dengan cara perluasan wilayah budidaya, namun pembangunan yang pesat pada berbagai sektor telah menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sehingga luas lahan pertanian menyusut dan menurunkan produktivitas pertanian. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas pertanian adalah vertikultur. Vertikultur diartikan sebagai budidaya tanaman secara vertikal. Jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi, berumur pendek, dan memiliki sistem perakaran yang tidak terlalu luas. Salah satu tanaman yang dapat dibudidayakan dengan teknik vertikultur ini ialah tomat. Budidaya tomat secara vertikultur juga membutuhkan penentuan jarak tanam, kerapatan, dan populasi tanaman. Penelitian dilaksanakan di Sidoklumpuk, Sidoarjo Jawa Timur dan Laboratorium Mikologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang pada bulan Juni 2012 hingga November 2012. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 5 perlakuan (4 tanaman/paralon, 6 tanaman/paralon, 8 tanaman/paralon, 10 tanaman/paralon, dan 12 tanaman/paralon) yang diulang sebanyak 4 kali. Hasil dari penelitian ini adalah perlakuan populasi 4 tanaman/paralon menunjukkan hasil terbaik pada semua parameter pertumbuhan tanaman, namun perlakuan populasi 12 tanaman/paralon menunjukkan hasil terbaik pada produksi tanaman tomat. Perlakuan populasi tanaman yang berbeda menunjukkan adanya  pengaruh  terhadap  populasi  kutu kebul  (Bemisia tabaci) pada  tanaman  tomat. Perlakuan populasi 4 tanaman/paralon menunjukkan populasi kutu kebul  terendah dengan rata-rata 2  ekor/tanaman dan populasi tertinggi terdapat pada perlakuan  populasi 12 tanaman/paralon dengan rata-rata 8 ekor/tanaman. Populasi tanaman yang berbeda pada setiap perlakuan tidak menunjukkan pengaruh  terhadap serangan penyakit Tobacco Crinkle Virus, tetapi  berpengaruh terhadap serangan penyakit Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV) dengan intensitas serangan terendah 0% pada perlakuan populasi 4 tanaman/paralon.Kata kunci: tomat, vertikultur, populasi tanaman
PENGARUH METODE INOKULASI JAMUR Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici(Sacc.) TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT LAYU Fusarium PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) Oktavia Shinta Dwiyana Putri; Ika Rochdjatun Sastrahidayat; Syamsuddin Djauhari
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 2 No. 3 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui peran penting luka pada akar tanaman (yang dilakukan melalui metode inokulasi jamur) dalam pengaruhnya terhadap kejadian penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat. Perlakuan pelukaan akar tanaman dan tanpa pelukaan akar tanaman diamati sebagai metode inokulasi. Kejadian penyakit dihitung berdasarkan persentase tanaman layu pada waktu pengamatan, yakni pada hari ke-3, hari ke-6, hari ke-9, hari ke-12, dan hari ke-15 setelah inokulasi jamur F. oxysporumf.sp. lycopersici pada tanaman tomat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kejadian penyakit tertinggi terjadi pada tanaman tomat yang diinokulasi dengan metode pelukaan akar dengan laju infeksi rata-rata sebesar 0,304 unit/hari.   Kata kunci: penyakit tomat, layu Fusarium, F. oxysporumf.sp. lycopersici, kejadian penyakit
PEKECAMBAHAN JAMUR Alternaria solani DAN INFEKSINYA PADA SEMBILAN VARIETAS TOMAT Bayu Widhayasa; Ika Rochdjatun Sastrahidayat; Samsuddin Djauhari
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 2 No. 3 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK   Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan rumah kasa Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang sejak Nopember 2013-Februari 2014. Persentase perkecambahan spora A.solani pada ekstrak daun tomat lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak batang tomat dan air destilasi pada semua waktu pengamatan. Demikian pula persentase perkecambahan spora A. solani pada ekstrak batang tomat lebih tinggi dibandingkan dengan air destilasi. Varietas tomat yang berbeda mempengaruhi intensitas dan laju infeksi penyakit bercak coklat. Intensitas penyakit dan laju infeksi tercepat terdapat pada Varietas Gondol dibandingkan dengan varietas lainnya.   Kata Kunci: A. solani, perkecambahan spora, intensitas penyakit, varietas tomat.
PENGARUH JENIS AIR TERHADAP PERKECAMBAHAN SPORA JAMUR Colletotrichum capsici PADA CABAI DAN Fusarium oxysporum f. sp. lycopersicii PADA TOMAT Kartika Try Rosanti; Ika Rochdjatun Sastrahidayat; Abdul Latief Abadi
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 2 No. 3 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Perkecambahan spora merupakan tahapan awal jamur untuk berkembang dan bertumbuh. Perkecambahan spora pada jamur dipengaruhi oleh faktor lingkungan anatara lain suhu, cahaya, derajat keasaman (pH), nutrisi dan kelembaban. Bagi kebanyakan jenis spora jamur, kehadiran air penting untuk perkecambahan. Beberapa spora mampu berkecambah pada kelembaban relatif tinggi. Karena spora sebagian besar memiliki kadar air rendah, hidrasi merupakan langkah awal yang penting dalam proses perkecambahan. Penyerapan air adalah proses aktif dan memerlukan perubahan dalam permeabilitas dinding spora. Penyakit yang menyerang tanaman tomat dan cabai antara lain adalah penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici dan antraknosa pada cabai yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici. Penyakit-penyakit ini cepat sekali menyebar dari lahan ke lahan, dan menurut Semangun (1994) penyakit antraknosa pada buah dapat terus berkembang setelah pemetikan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis air yang paling mempengaruhi perkecambahan spora. Perlakuan uji pengaruh jenis air terhadap perkecambahan spora dengan menggunakan lima jenis air yang berbeda yaitu air hujan, air embun, air gutasi, air kran dan air zam zam terhadap spora jamur Colletotrichum capsicidan jamur Fusarium oxysporum f.sp.lycopersici dengan interval waktu pengamatan 3, 6, 12 dan 24 jam setelah spora di masukkan dalam masing-masing jenis air. Suspeensi dari jamur Colletotrichum capsici terhadap lima jenis air juga diteteskan pada permukaan buah cabai dan diamati perkecambahan yang terjadi pada bagian buah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkecambahan jamur Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici dan Colletotrichum capsici yang terendah terjadi pada air zam zam. Hal ini karena kandungan yang dibutuhkan oleh jamur untuk berkecambah tidak tersedia pada air ini.   Kata kunci: perkecambahan, jenis air, Colletotrichum capsici, Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici
UPAYA PENEKANAN SERANGAN PENYAKIT REBAH SEMAI (Sclerotium roflsii ) PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) DENGAN MIKORIZA YANG DIPERBANYAK DENGAN INANG PERANTARA TANAMAN KACANG TANAH Andik Setiawan; Ika Rochdjatun Sastrahidayat; Anton Muhibuddin
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 2 No. 4 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 - Februari 2014. Dengan tujuanmengungkapkan bagaimana membiakan populasi mikoriza dengan mudah dan praktis dengan menggunakan inang perantara kacang tanah. Selain itu, untuk mengetahui pengaruh aplikasi mikoriza terhadap intensitas penyakit rebah semai dan mengetahui pengaruh aplikasi mikoriza terhadap pengurangan dosis pupuk.perlakuan dengan inang kacang tanah lebih efektif dalam meningkatkan populasi mikoriza hingga 285 % dibandingkan tanpa inang.Perlakuan dengan menggunakan mikoriza mampu menekan serangan Sclerotium rolfsii sebesar 75 % dibandingkan dengan tanpa mikoriza. Penggunaan mikoriza dapat mengurangi dosis pupuk sebesar 25 % dilihat dari hasil produksi pada perlakuan P2 dengan P3 yang mempunyai hasil yang hampir sama.Kata kunci : Sclerotium rolfsii, mikoriza, inang perantara, kedelai, kacang tanah
PEMANFAATAN BAHAN NABATI EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum bacilicum L), DAUN SIRIH (Piper bettle Linn) DAN DAUN SALAM (Syzygium polyanthum), DALAM PENCEGAHAN SERANGAN PENYAKIT KARAT (Phakopsora pachyrhizi Sydow) PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max L) Nila Safitri; Ika Rochdjatun Sastrahidayat; Anton Muhibuddin
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 3 No. 3 (2015)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Salah satu hambatan dalam peningkatan dan stabilisasi produksi kedelai di Indonesia adalah serangan penyakit karat daun yang disebabkan oleh cendawan Phakopsora pachyrhizi. Penyakit karat dapat menurunkan hasil karena daun-daun yang terserang akan mengalami defoliasi lebih awal sehingga akan mengakibatkan berkurangnya berat biji dan jumlah polong yang bervariasi. Tindakan pengendalian selama ini hanya mengandalkan penggunanan pestisida kimia, sedangkan dampak dari pestisida dapat membahayakan lingkungan, masyarakat dan ternak. Untuk mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida kimia tersebut, diperlukan upaya perlindungan tanaman berbasis pada pengelolaan ekosistem secara terpadu dan berwawasan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pestisida nabati terhadap pencegahan penyakit karat daun kedelai Phakopsora pachyrizi. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan dan Rumah Kawat Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial pada percobaan dilaboratorium, dimana terdapat 4 perlakuan dan 10 ulangan, yang terdiri dari perlakuan kontrol (P0), eksrak daun salam (P1), ekstrak daun sirih (P2), dan ekstrak daun kemangi (P3), sedangkan pada percobaan di rumah kawat penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial, terdiri dari 4 perlakuan dan 6 ulangan. Hasil penelitian yang dilakukan diketahui pemberian ekstrak bahan nabati terhadap serangan penyakit karat pada tanaman kedelai memiliki pengaruh nyata   Kata Kunci: karat kedelai,  Phakopsora pachyrizi, pengendalian
EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI UNTUK PENGENDALIAN JAMUR Sclerotium rolfsii Sacc PENYEBAB PENYAKIT REBAH SEMAI PADA TANAMAN KEDELAI Muhammad Arsys Tawa; Ika Rochdjatun Sastrahidayat; Syamsuddin Djauhari
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 5 No. 2 (2017)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikologi, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang dan rumah kaca STPP II Tanjung, Malang. Tujuan penelitian ini untuk menyeleksi jenis ekstrak tanaman potensial sebagai pestisida nabati yaitu daun cengkeh, daun tembakau, bawang putih dan kayu manis dalam menghambat jamur Sclerotium rolfsii Sacc penyebab penyakit rebah semai kedelai secara in vitro di laboratorium dan hasil seleksi ekstrak tanaman digunakan untuk penelitian di rumah kaca (in vivo). Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: 1) persentase daya hambat ekstrak tanaman terhadap pertumbuhan diameter koloni jamur S. rolfsii; dan 2) intensitas serangan penyakit rebah semai. Dari keempat ekstrak tanaman yang diuji dengan metode food poison technique, pada konsentrasi 0,2 ml/10 ml ekstrak daun cengkeh menghambat pertumbuhan diameter koloni jamur sebesar 93,29%. Penyiraman larutan ekstrak daun cengkeh ke tanah yang mengandung jamur S. rolfsii pada konsentrasi 0,5%; 0,75%; 1%; 1,25% dan 1,5% mampu mengurangi intensitas serangan penyakit rebah semai kedelai lebih rendah daripada tanpa perlakuan penyiraman. Aplikasi ekstrak daun cengkeh pada konsentrasi 1,5% mampu menekan serangan penyakit rebah semai paling optimal dengan tingkat serangan hanya 3,25%.
IDENTIFIKASI DAN UJI PERKECAMBAHAN SPORA JAMUR PATOGEN YANG MENYEBABKAN BERCAK DAUN PADA TANAMAN KAKTUS PAKIS GIWANG (Euphorbia milii) Devia Enitasepa; Ika Rochdjatun Sastrahidayat; Syamsuddin Djauhari
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 7 No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit yang sering ditemukan pada tanaman hias Euphorbia milii adalah penyakit bercak daun. Namun, penyebab penyakit bercak daun pada tanaman E. milii masih belum banyak diketahui hingga saat ini. Perkecambahan merupakan faktor yang penting bagi kelangsungan hidup spora. Pada beberapa kasus tertentu diketahui bahwa pertambahan spora patogen dapat dirangsang oleh metabolit sekunder tanaman yang rentan terhadap patogen tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab penyakit bercak daun pada tanaman E. milii dan perkecambahan spora jamur patogen yang menyebabkan penyakit bercak daun pada berbagai konsentrasi ekstrak daun E. milii. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Identifikasi penyakit bercak daun dilakukan dengan menggunakan uji postulat Koch. Pengujian perkecambahan spora memakai ekstrak daun E.milii dengan perlakuan konsentrasi ekstrak 0, 10, 25, 50, 100%, dan setiap perlakuan diulang 3 kali. Percobaan ini disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Hasil dari  identifikasi didapatkan  bahwa penyakit bercak daun pada tanaman E. milii disebabkan oleh jamur Pestalotia sp. Persentase tertinggi dari perkecambahan spora jamur patogen Pestalotia sp. pada ekstrak tanaman E. milii dan air destilasi ditunjukkan pada perlakuan kontrol dengan nilai 82,25%, dan nilai terendah yaitu pada perlakuan ekstrak daun E. milii 100% dengan nilai 52,83%.