Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pemanfaatan Tumbuhan Obat Sebagai Ramuan Tradisional pada Ibu Nifas di Wilayah Kecamatan Mentok Kabupaten Bangka Barat Tahun 2020 Eva Dewi Rosmawati Purba; M Seto Sudirman; Rachmawati Felani Djuria
JOURNAL OF NONCOMMUNICABLE DISEASES Vol 1, No 2 (2021): November 2021
Publisher : Poltekkes Kemenkes Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.361 KB) | DOI: 10.52365/jond.v1i2.358

Abstract

Banyak jenis tumbuhan yang dapat dieksplorasi sebagai bahan obat tradisional. Salah satu penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional adalah ramuan herbal untuk ibu nifas. Penyehat tradisional (Hatra) menggunakan ramuan herbal dalam pengobatan pada ibu nifas ada yang telah menyiapkan ramuan herbal tersebut dalam bentuk sediaan obat siap pakai (bentuk sediaan padat seperti pil, serbuk dan parem). Penggunaan jamu atau herbal hendaknya memperhatikan aspek pengawasan peredaran dan pengawasan obat tradisional. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dengan tujuan untuk  meningkatkan pengetahuan masyarakat berupa pelatihan pembuatan obat tradisional serta pemberian informasi terkait pendaftaran dan ijin edar Obat Tradisional. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah pemberian penyuluhan, diskusi dan pelatihan pembuatan obat tradisional dalam pengobatan ibu masa nifas. Hasil Kegiatan pengabdian ini menghasilkan 4 obat tradisional jamu bersalin yakni parem perut dan parem badan untuk membersihkan kotoran/darah kotor, jamu seduh untuk menghilangkan pegel-pegel/ meningkatkan stamina dan jamu seduh untuk menghindari masuk angin. Kesimpulan kegiatan pengabdian efektif dalam meningkatkan ketrampilan dalam pembuatan obat tradisional jamu bersalin dan meningkatkan jumlah masyarkat yang mengetahui cara pembuatan jamu bersalin tersebut yang selama ini hanya turun menurun dalam satu keluarga saja
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MADU PAHIT PELAWAN TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus Eva Dewi Rosmawati Purba
Jurnal Ilmiah JOPHUS : Journal Of Pharmacy UMUS Vol. 4 No. 02 (2023): Februari
Publisher : Program Studi Farmasi, Universitas Muhadi Setiabudi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Honey can be efficacious in curing various diseases. Based on research results, honey contained alkaloid, flavonoid, triterpenoid, phenolic, and glycoside. Those compound that act as antibacterial agents were flavonoid, phenolic, and terpenoid. This study aimed to determine the antibacterial activity of Pelawan Bitter Honey on the growth of the Staphylococcus aureus bacteria that causes wounds. This research was experimental and measures the diameter of the inhibition zone for bacterial growth in Staphylococcus aureus. This research was conducted using nine concentrations of Pelawan Bitter Honey with concentrations of 10% w/v, 20% w/v, 30% w/v, 40% w/v, 50% w/v, 60% w/v, 70% b/v, 80% b/v, and 90% b/v; Belitong Bitter Honey as a positive control with concentrations of 10% w/v, 20% w/v, 30% w/v, 40% w/v, 50% w/v, 60% w/v, 70% w/v, 80% w/v and 90% w/v; aqua dest as a negative control. Extracts that had an inhibition zone as an antibacterial are characterized by the presence of a clear spot around the disc paper. The Kruskal-Wallis test yields was a significant value of 0.000 p-value (0.05), indicating that the concentration of Pelawan Bitter Honey had a significant effect on the growth of Staphylococcus aureus bacteria.
Persepsi pasien terhadap peran keluarga sebagai pengawas menelan obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada pasien tuberkulosis paru Eva Dewi Rosmawati Purba; Muhammad Seto Sudirman
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 9 (2024)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i9.10252

Abstract

Background: Tuberculosis is a chronic disease characterized by the formation of tuberculosis granules in the lungs, caused by Mycobacterium tuberculosis. Supervision of medication intake is one of the keys to success in the Directly Observed Treatment Short Course (DOTS).Purpose: To determine whether or not the relationship between the supervisor of medication intake for pulmonary tuberculosis treatment and the level of patient compliance at the Gerunggang Public Health Center, Pangkalpinang City.Method: Descriptive observational research with a cross sectional research design. Data collection is primary data obtained from the results of questionnaire answers from respondents suffering from pulmonary tuberculosis by distributing questionnaires to respondents and secondary data in the form of data obtained from existing sources such as recording and reporting pulmonary tuberculosis.Results: Shows the relationship between the role of a good supervisor that 2 people have adherence to taking medication which is included in the obedient category. Meanwhile, 1 person had medication compliance in the non-compliant category, so it can be seen that patients with a good PMO role tend to have medication compliance in the adherent category. Of the patients with less than 10 PMO roles, it was found that they had medication adherence which was in the compliant category, while 8 patients had medication compliance which was in the non-compliant category. The Chi Square test results obtained a value of R2 = 0.719.Conclusion: There is no significant relationship between the role of drug swallowing supervisor and the level of patient compliance in taking pulmonary TB. Keywords: Medication Adherence; Monitoring Drug Ingestion; Pulmonary Tuberculosis (Pulmonary TB). Pendahuluan: Tuberkulosis merupakan suatu penyakit yang sifatnya kronis dengan karakteristik terbentuknya tuberkel granuloma pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Pengawas Minum Obat (PMO) merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam strategi program Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS).Tujuan: Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan peran pengawas menelan obat tuberkulosis paru dan tingkat kepatuhan pasien di Puskesmas Gerunggang Kota Pangkalpinang.Metode: Penelitian observasional deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Pengumpulan data menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil jawaban kuesioner responden pasien tuberkulosis paru dengan cara membagikan kuesioner kepada responden dan data sekunder yang diperoleh dari sumber-sumber yang telah ada seperti pencatatan dan pelaporan tuberkulosis paru.Hasil:  Menunjukkan hubungan antara peran pengawas yang baik bahwa 2 orang mempunyai kepatuhan minum obat yang termasuk kategori patuh. Sedangkan 1 orang mempunyai kepatuhan minum obat dalam kategori tidak patuh sehingga dapat diketahui bahwa pasien dengan peran PMO yang baik cenderung mempunyai kepatuhan minum obat dalam kategori patuh. Pada pasien dengan peran PMO yang kurang 10 orang diketahui bahwa    mempunyai kepatuhan minum obat yang termasuk kategori patuh, sedangkan 8 pasien mempunyai kepatuhan minum obat yang termasuk kategori tidak patuh. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai R2hitung = 0.719.Simpulan: Tidak ada hubungan yang bermakna antara peran pengawas menelan obat dan tingkat kepatuhan pasien dalam meminum obat TB Paru. Kata Kunci: Kepatuhan Minum Obat; Pengawas Menelan Obat (PMO); Tuberkulosis Paru (TB Paru).