Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Etnobotani Tumbuhan Obat Tradisional di Suku Colol Kabupaten Manggarai Timur Andi Nur Samsi; Gustina Gustina; Karolina Susandri
Justek : Jurnal Sains dan Teknologi Vol 5, No 2 (2022): November
Publisher : Unversitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/justek.v5i2.9635

Abstract

Abstract: This research is research on Ethnobotany of Traditional Medicinal Plants in the Colol Tribe, Ulu Wae Village, East Manggarai Regency. The purpose of this study was to find out what plants are used by the community in the Colol Tribe, Ulu Wae Village, the use and processing of these plants for traditional medicine, and what parts of the plants are used in treatment. The method used in this study is a structured interview, namely an interview that has been planned by referring to a list of questions that have been prepared. The data from the research results were analyzed descriptively and qualitatively according to the research objectives which would later be presented in the form of tables, pictures, or photos. The plants commonly used by people in the Colol tribe are turmeric (Curcuma domestica), temulawak (Curcuma zanthorrhiza), ginger (Zingiber officinale), betel (Piper betle), and jatropha (Jatropha curcas). The processing of medicinal plants carried out by the community in Ulu Wae Village is grated, pounded, cut, sliced, boiled, burned, chewed, drunk, and applied to the sick part. Diseases that can be cured include rheumatism, high blood pressure, cough, vaginal discharge, burns, toothache, fever, shortness of breath, liver, backache, dysentery, malaria, urinary stones, kidney stones, gout, and headaches.Abstrak: Peran tumbuhan yaitu dapat menjadi obat yang mudah ditemukan oleh masyarakat. Penelitian ini penting untuk mengetahui  tumbuhan apa saja yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Suku Colol Desa Ulu Wae, pemanfaatan, pengolahan tumbuhan tersebut untuk pengobatan tradisional dan bagian – bagian tumbuhan apa yang digunakan dalam pengobatan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara testruktur (structured interview) yaitu wawancara yang telah terencana dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data disajikan dalam bentuk tabel, gambar, dan foto. Tumbuhan yang biasa digunakan oleh masyarakat  di Suku Colol adalah kunyit (Curcuma domestica), temulawak (Curcuma zanthorrhiza), jahe (Zingiber officinalec), sirih (Piper betle), dan jarak pagar (Jatropha curcas). Pengolahan tanaman obat yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Ulu Wae yaitu diparut, ditumbuk, dipotong, diiris, direbus, dibakar, dikunyah, diminum, dan dioleskan pada bagian yang sakit.  Penyakit yang dapat disembuhkan antara lain rematik, darah tinggi, batuk, keputihan, luka bakar, sakit gigi, demam, sesak nafas, lever, sakit pinggang, disentri, malaria, kencing batu, batu ginjal, asam urat,dan  sakit kepala. 
Kepadatan Siput Terebralia palustris (Jantan dan Betina) pada Ekosistem Mangrove Pulau Pannikiang Andi Nur Samsi; Rusmidin Rusmidin
Justek : Jurnal Sains dan Teknologi Vol 5, No 2 (2022): November
Publisher : Unversitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/justek.v5i2.9726

Abstract

Abstract: The snail Terebralia palustris is a species of snail that lives in the mangrove ecosystem on Pannikiang Island, Barru Regency, South Sulawesi. This snail is known as "Bakoleng" by local residents. This research is critical to know because these snails are consumed by local residents and to find out the location with the highest density. Sampling was conducted once every month from August 2018 to July 2019. The study was conducted for ten months. Due to unfavorable environmental conditions, the research was not conducted in December 2018 and January 2019. Sampling was carried out using a plot size of 1x1 m2 at stations A and B. Data were analyzed and tabulated using Excel. Male snails were 33.47% and females at station A were 66.53%, while at station B the males were 25.91% and females were 74.09%. The ratio of male snails at station A is 31.88% while at station B is 68.12%. The ratio of female snails at station A is 24.54%, while at station B is 75.46%. The number of female snails is always more than the male. The density of male and female snails was higher at station B. This allowed the snail harvest to be can carry out at station B.Abstrak: Siput Terebralia palustris merupakan salah satu spesies siput yang hidup pada ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Siput ini dikenal dengan nama “Bakoleng” oleh warga setempat. Penelitian ini penting diketahui karena siput ini dikonsumsi oleh warga setempat dan untuk mengetahui titik lokasi dengan kepadatan tertinggi. Sampling dilakukan sekali setiap bulan mulai bulan Agustus 2018 sampai Juli 2019. Penelitian dilakukan selama sepuluh bulan. Penelitian tidak dilakukan pada bulan Desember 2018 dan Januari 2019 karena kondisi lingkungan tidak mendukung. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan plot ukuran 1x1 m2 pada stasiun A dan B. Data dianalisis dan ditabulasi dengan menggunakan excel. Siput jantan sebesar 33,47% dan betina di stasiun A sebesar 66,53% sedangkan di stasiun B untuk jantan yaitu 25,91% dan betina yaitu 74,09%. Perbandingan siput jantan di stasiun A yaitu 31,88% sedangkan di stasiun B yaitu 68,12%. Perbandingan siput betina di stasiun A yaitu 24,54% sedangkan di stasiun B yaitu 75,46%. Jumlah siput betina selalu lebih banyak dibandingkan jantan. Kepadatan siput jantan dan betina lebih tinggi pada stasiun B. Hal ini memungkinkan panen siput dilakukan di stasiun B.
Diversity of Land Insect in Polda Plantation South Sulawesi Muh Yunus; Muh Sri Yusal; Andi Nur Samsi
JURNAL PEMBELAJARAN DAN BIOLOGI NUKLEUS Vol 8, No 3 (2022): Jurnal Pembelajaran Dan Biologi Nukleus November 2022
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Labuhanbatu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36987/jpbn.v8i3.3374

Abstract

Land insects function in the soil fertility process, assist the soil decomposition, and to accelerate soil material cycle so as there are equilibrum on food chains  and food webs cycle. The study aimed to examine of land insects in the South Sulawesi Regional Polda plantation and their surrounding environment benefits. The sampling technique was purposive sampling with an exploratory method, namely direct observation or observation in the field using the Pitffal Trap method at 5 stations. The study results at the South Sulawesi Regional Polda plantation obtained 172 individuals of soil insects consisting of 14 genera in 13 families. The land insects of Carabidae and Gryllidae families are insect genus with high abundance, while the families of Pentatomidae, Alydidae, Syrphidae, Saturniidae, Stratiomyidae, Blattidae, and Gryllotalpidae families has low abundances. The causing land insects genera high abundance at several research stations are the presence of supportive environmental conditions, where the habitats of some of these land insects are still preserved or natural, abundant food sources, and locations far from residential areas. The land insects found act as pollinators, decomposers, predators, parasitoids and bioindicators.
EDUKASI COMPUTATIONAL THINKING DALAM PROSES PEMBELAJARAN Nur Amaliah Akhmad; Riskawati Riskawati; Eka Fitriana Hamsyah; Gustina Gustina; St. Humaerah Syarif; Andi Nur Samsi
J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 2 No. 8: Januari 2023
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Computational thinking pertama kali diperkenalkan oleh Seymour Papert pada tahun 1990 – 1996. Computational thinking awalnya digunakan dalam bidang ilmu sains dan bidang informatika. Tetapi, seiring perkembangannya, computational thinking mulai digunakan dalam dunia pendidikan. Metode computational thinking mengarahkan siswa untuk memiliki keterampilan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, serta keterampilan untuk berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Masih banyaknya tenaga pendidik yang belum memahami tentang apa itu computational thinking, manfaat, dan bagaimana pengaplikasiannya dalam pembelajaran membuat kami melakukan edukasi pengenalan compuputational thinking agar dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah seminar via online berkerjasama dengan Konklusi Indonesiayang dilakukan via zoom dan live YouTube. Hasil yang diperoleh dari pengabdian ini adalah para peserta peserta sepakat bahwa metode ini sangat cocok untuk diterapkan pada peserta didik di era perkembangan teknologi saat ini sehingga memudahkan peserta didik untuk belajar dan menganalisa sebuah masalah.
IDENTIFIKASI PLANKTON DAN BENTOS DI SUNGAI TAMANROYA KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR Rusmidin Rusmidin; Andi Nur Samsi
Borneo Journal of Biology Education (BJBE) Vol 5, No 1 (2023): APRIL
Publisher : Prodi Pendidikan Biologi Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35334/bjbe.v5i1.3900

Abstract

Plankton dan bentos sangat penting peranannya karena dapat dijadikan sebagai bioindikator. Kelompok ini dapat menjadi indikator kesehatan lingkungan. Pengambilan sampel dilakukan di muara sungai Tamanroya di Desa Parak, Kabupaten Kepulauan Selayar pada bulan Juli 2020. Sampel plankton diambil dengan cara menyaring air dengan menggunakan plankton net. Sampel bentos diambil secara random dengan menggunakan plot ukuran 1x1 m2 pada lokasi penelitian. Analisis yang dilakukan yaitu indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi. Indeks keanekaragaman menunjukkan nilai stabil (H’= 2,608), indeks keseragaman menunjukkan nilai mendekati 1 (E = 0,843), dan indeks dominansi mendekati 0 (C = 0,127) pada kelompok fitoplankton. Indeks keanekaragaman menunjukkan nilai sedang (H’= 1,480), indeks keseragaman menunjukkan nilai mendekati 1 (0,920), dan indeks dominansi mendekati 0 (C = 0,253) pada kelompok zooplankton. Indeks keanekaragaman menunjukkan nilai rendah (H’= 0,283), indeks keseragaman menunjukkan nilai mendekati 1 (C = 0,905), dan indeks dominansi mendekati 0 (E = 0,283)pada kelompok bentos. Kondisi muara sungai Tamanroya tergolong belum tercemar berdasarkan indeks keanekaragaman plankton. Jika berdasarkan nilai indeks keanekaragaman bentos, maka tergolong tercemar berat.