Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Model Bangkitan Perjalanan Pada Kawasan Pinggiran Menuju Pusat Kota (Studi Pada Kawasan Yang Mengalami Perubahan Spasial) Theresia Avila Bria; Tedy Wonlele; Onisius Loden
Potensi: Jurnal Sipil Politeknik Vol 21 No 2 (2019): Potensi: Jurnal Sipil Politeknik
Publisher : Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.347 KB) | DOI: 10.35313/potensi.v21i2.1671

Abstract

Pertumbuhan dan perkembangan kota-kota di Indonesia sangat berpengaruh pada perubahan spasial wilayah-wilayah di sekitarnya. Kawasan pinggiran yang awalnya adalah desa, kini berubah secara fisik menjadi kawasan kota baru yang ditandai dengan berkurangnya penggunaan lahan untuk pertanian di satu sisi penggunaan lahan untuk pemukiman dan kegiatan ekonomi semakin meningkat. Namun demikian, ketergantungan terhadap kota induknya sangat besar terutama untuk kegiatan pendidikan, bekerja dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu penyebab terjadinya pergerakan. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui bagaimana model bangkitan perjalanan dari kawasan pinggiran menuju kawasan perkotaan. Studi ini mengambil lokasi di wilayah Kota Kupang dengan wilayah pinggiran terdiri dari kawasan Penfui Timur dan sekitarnya. Model yang dikembangkan adalah menggunakan analisa regresi linier. Hasil menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap bangkitan perjalanan adalah jumlah anggota keluarga dengan koefisen regresi (0.2832), jumlah anggota keluarga yang bersekolah (0.3763) dan pendapatan (1.8*10-7) serta nilai konstanta sebesar 1.4062. Berdasarkan hasil ini maka untuk mengurangi perjalanan ke kota salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan memperluas akses untuk mendapatkan pendidikan di sekitar kawasan pinggiran sehingga perjalananan dengan tujuan sekolah ke kota dapat dikurangi.
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK- PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA KUPANG Theresia Avila Bria; Onisius Loden
JUTEKS : Jurnal Teknik Sipil Vol 1 No 2 (2016): JUTEKS JURNAL TEKNIK SIPILJUTEKS (Jurnal Teknik Sipil)
Publisher : P3M- Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (906.419 KB) | DOI: 10.32511/juteks.v1i2.113

Abstract

Dunia usaha jasa konstruksi selalu menginginkan hasil yang terbaik dalam setiap hasil akhir kegiatan proyek yang dilakukan. Hasil terbaik yang dimaksudkan tersebut yaitu salah satunya dengan selesainya suatu pekerjaan proyek konstruksi dengan tepat waktu, namun hal tersebut sering tidak dapat tercapai akibat beberapa hal yang mungkin terjadi, salah satunya adalah kecelakaan kerja yang terjadi pada suatu proyek konstruksi. Oleh karena itu sangat perlu untuk menerapkan sistem manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi berlangsung karena hal tersebut merupakan bagian dari perencanaan dan pengendalian proyek.Upaya pemantauan, pengukuran, pengendalian risiko hingga tindakan pencegahan terhadap hal yang paling tidak diinginkan perusahaan yakni kecelakaan. Pada penelitian ini akan diteliti mengenai identifikasi risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang berkaitan dengan kegiatan proyek konstruksi di Kota Kupang, dan penilaian risiko- risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang terjadi pada kegiatan proyek-proyek konstruksi di Kota Kupang. Dalam penelitian ini digunakan metode penilaian risiko dengan menggunakan matriks penilaian risiko.Setelah diidentifikasi, risiko-risiko tersebut dilakukan penilaian untuk mengetahui seberapa besar risiko yang terjadi dalam proyek - proyek konstruksi di Kota Kupang. Dari perkalian frekuensi risiko dan dampak risiko maka diperoleh Kriteria kecelakaan kerja tertinggi yaitu terjatuhnya pekerja dengan Risk Level L (Low) sebesar 52 % dan sub kriteria kecelakaan kerja tertinggi yaitu pekerja terjatuh dari tangga dengan Risk Level L (Low) sebesar 52%. Dari perkalian frekuensi risiko dan dampak risiko juga diperoleh kriteria penyebab kecelakaan kerja tertinggi adalah manusia dengan Risk Level L (Low) sebesar 56% dan subkriteria penyebab kecelakaan tertinggi adalah tidak memakai APD dengan Risk Level L (Low) sebesar 56%. Berdasarkan analisa lapangan dan studi, diperoleh alternative pengendalian risiko yang dapat dilakukan pada risiko terjatuhnya pekerja, pengendalian risikonya adalah inspeksi K3 harian untuk pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) lengkap, memperketat pengawasan manajemen terhadap pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri, menyediakan dan melengkapi rambu-rambu keselamatan di proyek konstruksi jika tidak ada atau tidak lengkap.
PENERAPAN PRINSIP GREEN BUILDING COUNCIL DITINJAU DARI ASPEK MATERIAL DAN PENENTUAN KRITERIA PEMILIHAN MATERIAL KONSTRUKSI Melchior Bria; Mathelda CH. Mauta; Theresia Avila Bria
JUTEKS : Jurnal Teknik Sipil Vol 2 No 1 (2017): JUTEKS (Jurnal Teknik Sipil)
Publisher : P3M- Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (839.994 KB) | DOI: 10.32511/juteks.v2i1.122

Abstract

Salah satu agenda yang diusulkan dalam penerapan green construction adalah promosi sustainable construction untuk penghematan bahan dan pengurangan limbah (bahan sisa) serta kemudahan pemeliharaan bangunan pasca konstruksi (LPJKN, 2007). Untuk itu dalam penelitian ini bermaksud mengkaji kesesuaian penggunaan material konstruksi pada bangunan gedung bertingkat di Kota Kupang dan sekitarnya dengan standar green BUILDING COUNCIL serta mengidentifikasi kriteria yang digunakan untuk pengambilan keputusan penentuan jenis material. Penelitian dilakukan terhadap bangunan bertingkat di Kota Kupang, Ruko, Sekolah, Perkantoran dan Hotel. Hasil menunjukkan secara umum, penerapan prinsip green building council Indonesia dalam penggunaan material konstruksi pada bangunan gedung di Kota Kupang masih belum dilakukan secara baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil survey menunjukkan bahwa 55% dari bangunan gedung di Kota Kupang belum optimal dalam penggunaan material berdasarkan Green Building Council Indonesia. Sedangkan kriteria yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan jenis material konstruksi adalah Gambar rencana dan spesifikasi teknis sesuai peruntukan; Metode kerja; Penggunaan material lama; Penggunaan material terbarukan; Penggunaan kayu bersertifikat; Penggunaan material off site (prefabrikasi); dan Penggunaan material dari radius 1000 km dan berasal dari lokal.